Gara-gara video berjudul “Hudud: Sebuah Isu Semangkok Nasi,” Aisyah Tajuddin menghadapi ancaman hukuman penjara dari pemerintah Kelantan, Malaysia. Di Facebook ada yang mengancamnya, “Mereka yang menghina hukum Allah, darahnya halal untuk dibunuh.” Padahal “sindiran” Aisyah belumlah jelas tujuannya. Apakah sindirannya ditujukan kepada hukum Hudud atau pelaksana hukum itu, yakni partai yang berkuasa di sana. Bagaimana hukum penghina agama, haruskah seorang penista dibunuh atau dikasihi? Bagaimana cikap orang Islam dan Kristen?
Hukum Penghina Agama Menurut Al-Quran
“…barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka Jahannamlah baginya, dia kekal di dalamnya …” (Qs 9:63). “… Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya” (Qs 33:60-61). Abu Muhtadi Lajnah Tsaqofiyah, Hafidz Abdurrahman, KH. Ridwan Anshory, percaya bahwa Qs 33:60-66 dasar yang tepat untuk membunuh orang penista agama Allah, ayat-Nya, dan rasul-Nya.
Sikap Nabi Muhammad Terhadap Para Penghinanya
Nabi Muhammad pernah memaafkan pengejek-pengejeknya. Ia tidak menghukum mereka. Bahkan dia menyantuni pengemis buta yang telah menghinanya.
Namun, tidak sedikit yang dibunuhnya, antara lain:
- Al-Nadr bin al-Harith,
- Uqbah bin Abu Muayt,
- Seorang Yahudi berumur120 tahun.
- Asma bint Marwan,
- Kab bin al-Ashraf dan sebagainya.
Abu Dawud (4361-4362) meriwayatkan bahwa ada seorang wanita dibunuh karena menghina Muhammad. Lalu, Muhammad berkata, “Saksikanlah, darah wanita itu halal.”
Bagaimana hukum penghina agama menurut Isa Al-Masih? Apakah penghina Agama dibunuh atau dikasihi? Marilah kita melihatnya.
Isa Al-Masih Menderita Berbagai Penghinaan
Isa Al-Masih menderita banyak penghinaan dan perlakuan tidak adil semasa hidup-Nya, antara lain:
- Orang-orang Yahudi menolak Isa Al-Masih (Injil, Rasul Besar Matius 13:57).
- Mereka hendak menjatuhkan-Nya ke jurang (Injil, Rasul Lukas 4:29).
- Mereka hendak melempari-Nya dengan batu. (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:59).
- Mereka menuduh-Nya mengusir setan dengan kuasa setan (Injil, Rasul Besar Matius 12:24).
- Mereka mengolok-olok Dia (Injil, Rasul Markus 15:31).
- Para prajurit Romawi meninju dan meludahi muka-Nya (Injil, Rasul Besar Matius 26:67-68).
- Orang-orang Yahudi mendesak Pilatus agar menyalibkan-Nya (Injil, Rasul Besar Yohanes 19:15).
Tindakan Isa Al-Masih Terhadap Penghinaan Menghasilkan Jalan Keselamatan
Walaupun mendapat penghinaan yang begitu hebat, Isa Al-Masih tidak dendam, sebaliknya mengajarkan untuk mengasihi musuh. “Tetapi Aku [Isa Al-masih] berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Injil, Rasul Besar Matius 5:44).
Hebatnya lagi, Isa Al-Masih memberikan teladan mengasihi. Saat disalib pun, Ia mendoakan mereka, kata-Nya, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Injil, Rasul Lukas 23:34).
Isa Al-Masih mengasihi dan mengampuni dosa-dosa manusia yang percaya kepada-Nya. Jika Anda berdoa dan menerima-Nya, maka Anda akan beroleh pengampunan dosa dan hidup kekal dalam Dia.
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah ajaran Al-Quran terhadap para penista agama Islam dapat dibenarkan? Mengapa?
- Apa yang akan terjadi, jika semua agama membunuh para pengejek mereka? Jelaskan!
- Menurut Saudara, manakah yang lebih baik, reaksi Islam atau reaksi Isa Al-Masih dalam menghadapi penghinaan? Jelaskan!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Ulama Senior Islam: Seks Pra-Nikah Picu Gempa Bumi
- Cara Orang Islam Menangani Masalah Ahmadiyah
- Adakah Kekejaman Dalam Islam Dan Nasrani?
- Apakah Syariah Islam Pantas Diterapkan Di Semua Masyarakat?
- Bolehkah Agama Islam Dikritik?
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Flying duchman mengatakan
Saya muslim…
Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan nabi Muhammad utusan-Nya..😊
Kalau saya suka damai..😊 Saya suka umat Kristen, Hindu, Budha, Katholik. Karna menurut saya pribadi mereka adalah saudara. Saya ingin di Indonesia ini tetap beragam Kristen, Hindu, Budha, Katholik.
Bayangkan seandainya dari lintas agama saling bersatu dan saling mengasihi insya Allah Indonesia negara yang masyarakatnya berahlak mulia. Untuk saudaraku seiman (Islam) maafkan saya seandainya pernyataan pribadiku menurut kalian tidak baik, terserah kalian menilai aku kafir murtad atau lain sebagianya, yang penting aku tetap pada keyakinanku Allah SWT dan apa bila saya bersalah biarlah Allah yg menghukumku🙁
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Sdr. Flying,
Sdr termasuk berani menyatakan pendapat pribadi saudara yang menyukai umat beragama yang lain karena hal itu dapat dianggap murtad dan kafir. Memang seharusnya kita tidak boleh membenci orang lain yang berbeda dengan kita. Saya teringat perintah Isa Al-Masih untuk mengasihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri kita sendiri tanpa memandang suku, agama dan bahasanya.
Isa Al-Masih berkata: “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Injil, Rasul Besar Matius 22:39).
~
Juni
Jesus Park mengatakan
Flying
Memang damai itu indah, jika setiap orang saling mengasihi maka tidak akan ada kebencian dan peperangan. Kejahatan, kebencian, dll akibat ego manusia, perpecahan juga dikarenakan iman atau agama.
Saya menghormati pendapat saudara, tapi maaf, saya harus katakan bahwa salah satu penyebab kebencian adalah Islam. Jika orang menghina nabi Islam, menurut fatwa harus dihukum mati dalam hukum syariat. Ajaran Islam juga mengajarkan kekerasan seperti legal merampok (QS 59:7), legal membunuh umat lain (QS 9:29), kebencian dan permusuhan (QS 5:14), dll.
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Sdr. Park,
Jika pendiri suatu agama memberikan teladan yang baik atau sebaliknya maka teladannya itulah yang akan diikuti oleh pengikutnya dan terbukti sampai sekarang ada umat yang mengatasnamakan agama melakukan tindak kekerasan karena tidak sejalan dengan keyakinannya.
Semoga pertanyaan ini dapat dijawab oleh Sdr. Flying, Apakah ajaran Al-Quran terhadap para penghina agama Islam dapat dibenarkan? Mengapa?
~
Juni
sxygaruda mengatakan
~
Dari tulisan Abu Dawud (4361-4362) sudah bisa dipastikan berbanding sebelah. Seharusnya anda mencantumkan apa yang ada di Quran seperti anda mencantumkan apa yang ada pada Injil. Orang yang membaca satu kitab pun ada yang saling bertentangan. Seperti Luther dan Zwingli tentang masalah perjamuan kudus. Jadi, pertanyaan “apa yang akan orang Islam/Kristen lakukan” itu tergantung pribadi masing-masing dalam menafsirkan kitab. Tidak semua orang sama. Kebanyakan dari theis hanya mencari pembenaran masing-masing.
Kalau saya bertanya kepada semua, “Bukti nyatanya apa kalau kitab anda-anda ini benar?” Karena semua kitab hanya ditulis manusia. Well, jangan saling menjatuhkan dengan saling membandingkan antara sama-sama yang belum pasti.
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Saudara Sxygaruda,
Saudara mengajukan pertanyaan yang baik sekali. Tanda kitab suci adalah benar, yaitu kitab tersebut perlu menyatakan eksistensi Allah secara konkret, bukan sekedar konseptual. Artinya Allah sungguh-sungguh menyatakan diri kepada manusia dari waktu ke waktu. Lagi, terdapat konsistensi firman dan tindakan Allah. Bukankah Alkitab memenuhi hal ini? Bukankah Allah mengasihi manusia sehingga Ia nuzul ke dunia menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia dari neraka?
Bagaimana dengan Al-Quran? Nampaknya, ada inkonsistensi di dalamnya. Menyebut Allah SWT pengasih dan penyayang, tetapi tindakan dan ajaran yang diperintahkan adalah memenggal kepala orang (Qs 8:12). Bukankah ini bertentangan? Mengapa penghina agama harus dibunuh? Apakah ini mencerminkan sifat kasih dan penyayang dari Allah SWT? Mohon pencerahan.
~
Solihin