Awal Februari 2011, kembali tragedi berdarah terjadi di negeri ini. Dua kelompok saling bentrok untuk mempertahankan kesucian ajaran agama masing-masing. Adalah sekelompok warga di Pandeglang, Banten, menyerang puluhan pengikut Ahmadiyah. Mereka menilai aliran Ahmadiyah telah menyebarkan alisan sesat yang bertentangan dengan akidah Islam di wilayah mereka. Merekapun menyerang jemaat Ahmadiyah sambil menyerukan Allahu Akbar. Sebuah media elektronik melaporkan, akibat tragedi tersebut tiga orang telah meninggal dunia, beberapa orang terluka parah, dan juga kerugian materi diderita oleh jemaat Ahmadiyah. Bagaimana cara orang Islam menangani masalah Ahmadiyah?
Sekilas Tentang Ahmadiyah
Ahmadiyah adalah sebuah gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1889, di Qadian, negara bagian Punjab, India. Dia mengaku sebagai Muhaddin, Al-Masih dan Al Mahdi.
Pengikut Ahmadiyah disebut Ahmadi atau Muslim Ahmadi. Mereka terbagi dua kelompok, yaitu “Ahmadiyya Muslim Jama’at” (atau Ahmadiyah Qadian). Di Indonesia dikenal dengan nama Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Mereka percaya Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang mujaddid (pembaharu) dan seorang nabi yang tidak membawa syariat baru.
Kelompok kedua, yaitu Ahmadiyya Anjuman Isha’at-e-Islam Lahore” (atau Ahmadiyah Lahore). Di Indonesia dikenal dengan nama Gerakan Ahmadiyah Indonesia. Secara umum kelompok ini tidak menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, tetapi hanya mujaddid dari ajaran Islam.
Pada tahun 2008, beberapa lembaga terkait atas nama Pemerintah Indonesia, telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama agar penganut Ahmadiyah menghentikan kegiatannya karena bertentangan dengan Islam. Bagaimana cara orang Islam menangani masalah Ahmadiyah?
Pandangan Beberapa Negara Tentang Ahmadiyah
Penganut Ahmadiyah juga terdapat di beberapa negara, seperti di Pakistan. Pemerintah Pakistan telah mendeklarasikan pengikut Ahmadiyah sebagai non-muslim. Penganut Ahmadiyah diperbolehkan menjalankan kepercayaannya tetapi harus mengaku sebagai agama tersendiri di luar Islam.
Di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak tahun 1980 mengatakan jemaat Ahmadiyah Qadiyah berada di luar Islam, ditegaskan lagi pada tahun 2005 bahwa “Aliran Ahmadiyah, baik Qodiyani ataupun Lahore, supaya keluar dari Islam karena mereka sesat dan menyesatkan“.
Hal senada dengan Malaysia dan Brunei Darussalam, mereka juga memberi status terlarang kepada Ahmadiyah.
Kontroversi Ajaran Ahmadiyah
Bagaimana cara orang Islam menangani masalah Ahmadiyah? Secara umum, umat Islam menilai ajaran Ahmadiyah melenceng dari ajaran Islam, karena telah mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Isa Al-Masih dan Imam Mahdi. Sebab umat Muslim percaya Muhammad sebagai nabi terakhir dan Isa Al-Masih adalah Imam Mahdi.
Perbedaan lain adalah, Ahmadiyah menganggap Isa Al-Masih dan Imam Mahdi telah datang ke dunia. Menurut Islam, Isa Al-Masih masih akan datang lagi dalam kedatangannya yang kedua. Selain perbedaan di atas, perbedaan lainnya adalah cara penafsiran ayat Al-Quran .
Injil Menyikapi Aliran Ahmadiyah
Sebagaimana umat Muslim yang menentang aliran Ahmadiyah, demikian halnya dengan pengikut Isa Al-Masih. Ajaran Isa Al-Masih bertentangan dengan Ahmadiyah. Salah satu ajaran Ahmadiyah yang menjadi dasar penolakan dari pengikut Isa Al-Masih adalah kepercayaan mereka mengenai nabi terakhir yang masih akan datang.
Isa Al-Masih telah menebus manusia dari belenggu dosa. Penebusan yang dilakukan-Nya telah cukup membawa siapapun yang mempercayai-Nya kepada Kemuliaan Allah. Pengikut Isa Al-Masih tidak membutuhkan nabi lain lagi untuk dapat membawa mereka pada hidup kekal.
“Isa bersabda: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6). Isa Al-Masih adalah sang “Jalan“. Melalui Dia orang dapat belajar mengenai “Kebenaran” tentang Allah dan menemukan “Hidup” bersama Allah
Jelas ajaran Isa Al-Masih tidak sepaham dengan ajaran Ahmadiyah, bahkan Ahmadiyah secara tidak langsung telah menghina Isa Al-Masih. Mengapa? Karena telah mengakui dirinya sebagai Isa Al-Masih dan Imam Mahdi. Hal itu adalah kesalahan dan kebohongan besar. Isa Al-Masih telah datang ke dunia, telah pula mati, bangkit, dan saat ini berada di sorga. Dan pada akhir zaman, Dia akan datang sebagai Imam Mahdi, yang akan menghakimi setiap suku bangsa.
Mengasihi atau Membunuh?
Setiap umat memang berhak untuk membela kesucian agamanya masing-masing. Tetapi alangkah indah bila pembelaan tersebut dilakukan dengan cara damai, bukan saling serang dan saling bunuh, seakan-akan kita lebih suci dibandingkan mereka.
Walaupun apa yang dilakukan oleh Mirza Ghulam Ahmad bertentangan dengan kebenaran firman Allah dan juga ajaran Isa Al-Masih, tetapi pengikut Isa Al-Masih tidak pernah berniat untuk menyerang bahkan membunuh mereka.
Penghakiman bukanlah milik manusia. Setiap manusia tidak mempunyai hak untuk menghakimi sesamanya. Allah dalam kitab suci-Nya mengatakan bahwa penghakiman adalah milik-Nya. “Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.” Dan lagi: “Tuhan akan menghakimi umat-Nya.” (Injil, Surat Ibrani 10:30)
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Injil, Rasul Besar Matius 7:1-2)
Umat non-Ahmadiyah telah mengetahui ajaran Ahmadiyah bertentangan setidaknya dengan akidah Islam dan juga Kristen. Walaupun demikian adanya, cara orang Islam menangani masalah Ahmadiyah adalah salah bila membunuh mereka. Hal terbaik adalah mendoakan dan mengasihi mereka. Dengan demikian mereka mendapat hidayah dari Allah dan menemukan siapakah Imam Mahdi sebenarnya dan Jalan Keselamatan yang telah Allah sediakan.
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Cara Orang Islam Menangani Masalah Ahmadiyah” ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718
{jcomments on}
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected]
Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.
Wassalam,
Staf, Isa dan Islam