Hampir semua umat beragama berusaha untuk beramal baik karena merindukan menjadi pewaris surga Allah. Tetapi, tahukah Anda bagaimana syarat seseorang menjadi pewaris surga?
Menjadi pewaris surga artinya kita harus meninggalkan semua perbuatan dosa dan mulai hidup sesuai dengan kebenaran Allah. Karena dosa adalah penghambat satu-satunya bagi manusia dapat tinggal di surga Allah yang Maha Suci. Pertanyaannya, apakah amal baik kita cukup untuk membersihkan dosa kita?
Mari kita lihat bagaimana cara Allah menjadikan manusia berdosa layak menjadi pewaris surga-Nya.
Perbedaan Anak Allah dan Hamba Allah
Joyo Darsono, sangat bangga menjadi abdi dalem/pelayan di Keraton Yogyakarta. Sebab dia dipercayai Sultan Keraton Yogyakarta dan mendapatkan kepuasan batin.
Apa yang dapat kita pelajari dari kisah Joyo Darsono? Tentu, boleh bangga menjadi abdi dalem, namun tidak ada abdi dalem yang mewarisi tahta kerajaan. Hanya anak (atau keluarga)Sultan yang pasti mewarisinya. Buktinya, Sultan Hamengku Buwono VII, VIII, IX dan ke X, adalah satu keturunan.
Demikian juga ketika seseorang menjadi Anak Allah maka haknya berbeda dengan Hamba Allah. Tentu Anak Allah yang lebih berhak menjadi pewaris surga dari pada seorang Hamba Allah, bukan?
Makna Manusia Menjadi “Hamba Allah” Menurut Al-Quran
Islam percaya bahwa relasi manusia dan Allah SWT adalah hubungan seorang hamba/’abid dengan tuannya. Hamba harus senantiasa taat dan tunduk dengan ikhlas sepenuh hati pada tuannya. “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah . . .” (Qs 4:125). Padahal selama kita masih mengharapkan surga, ketundukan kita tidak dapat ikhlas sepenuhnya.
“Hamba Allah” Tidak Pasti Menjadi Pewaris Surga
Karena relasi tuan-hamba, para Mukmin dinilai berdasarkan amalnya. Jika perbuatan baik mereka lebih banyak dari dosa-dosanya, maka masuk surga. Sebaliknya, jika dosa mereka lebih banyak daripada kebaikannya, maka masuk neraka (Qs 18:48-49,103-106).
Akibat relasi tuan-hamba, para Mukmin tidak pasti mendapat warisan surga. Itulah sebabnya para Mukmin selalu berkata “insya Allah”, “mudah-mudahan”, “semoga” dan “allahu alam/hanya Allah SWT yang tahu.” Tepatlah Kitab Allah menuliskan bahwa “hamba” tidak memperoleh warisan sorga (Injil, Surat Galatia 4:7).
Makna “Anak Allah”, Menurut Kitab Allah
Injil mengajarkan konsep anak Allah. Melalui kematian-Nya di kayu salib, Dia menebus semua manusia dari dosa. Isa mengangkat setiap orang yang percaya kepada-Nya menjadi anak Allah. “… semua orang yang menerima-Nya [Isa Al-Masih] diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, … yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:12-13).
Manusia dapat terlepas dari kebiasaan dosanya dan menjadi suci melalui Isa Al-Masih. Dengan menjadikan kita anak-Nya, Allah menbuat kita yang berdosa layak menjadi pewaris surga.
“Anak Allah” Pasti Menjadi Pewaris Surga
Tujuan pengangkatan anak ini ialah agar umat-Nya “… menjadi ahli waris Kerajaan [sorga] yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Injil, Surat Rasul Besar Yakobus 2:5). Bukankah orang tua kita membagikan warisannya kepada anak-anaknya, dan bukan kepada pembantunya? Terlebih lagi Allah, memberikan warisan surga dan hidup kekal hanya kepada anak-anak-Nya.
Karena penilaian seorang hamba Allah SWT adalah amalnya, maka para Mukmin tidak pasti menjadi pewaris surga. Sebaliknya, anak Allah beroleh pengampunan dosa dan pewaris surga karena karya penyelamatan Isa Al-Masih.
Saudara dapat berdoa mohon pengampunan dosa kepada Isa Al-Masih, supaya menjadi anak Allah secara rohani dan mewarisi kehidupan kekal di surga.
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa menjadi hamba Allah tidak mempunyai hak menjadi pewaris surga?
- Sekarang mana yang Saudara pilih, menjadi “hamba Allah” atau “anak Allah”? Berikan alasan pilihan Saudara!
- Mengapa konsep anak Allah lebih baik dari konsep budak Allah?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Bagaimana Caranya Mukmin Dapat Menjadi Pewaris Surga?“ Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Lebih Baik Hidup Sebagai “Anak” Ataukah “Hamba” Allah?
- Budak Allah Atau Anak Allah, Mana Yang Lebih Baik?
- Mengapa Orang Kristen Memanggil Allah Sebagai “Bapa”?
- Ke Sorga, Mengapa Tidak Cukup Menjadi Kekasih Allah?
- Ceritera Inspiratif Yatim Bagi Mukmin Dan Nasrani
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].