Semua agama mengajarkan dusta termasuk dosa dan kejujuran adalah kebenaran. Bagaimana dengan dusta suci? Ada sebagian orang yang beragama berkata, dusta demi kebaikan bukanlah dosa. Bukankah ini salah dan berbahaya? Lalu, bukankah penting umat beragama tahu ajaran dan batasan Al-Quran dan Alkitab tentang dusta?
Apakah dalam Agama Islam Dusta Termasuk Dosa?
Orang Muslim mengenal dusta suci atau taqiyyah. Bahkan Allah sendiripun melakukan dusta taqiyyah tersebut. Tentang hal itu kita dapat membacanya dalam Qs 3:54, “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
Bukan hanya Allah saja, tetapi Muhammad juga boleh mendustakan sumpahnya. Sebuah hadistnya mencatat, “Demi Allah, jikalau saya mengucapkan sebuah sumpah dan kelak ternyata saya menemukan sesuatu yang lebih baik dari pada itu, maka saya akan melakukan apa yang lebih baik sambil membatalkan sumpah saya” (H Bukhari No.7,67,427). Bahkan Muhammad berkata: “Taqiyyah akan berlaku hingga hari kebangkitan” (HSB vol.9, book 89).
Demikianlah Al-Quran mengijinkan umat Muslim mendustakan sumpahnya. Sebagaimana Muhammad juga melakukan hal tersebut. Walaupun sumpah itu telah diikat atas nama Allah. Pembatalan ini bukan dengan meminta pengampunan atau pertobatan. Tapi cukup dengan materi. Yaitu memberi makanan atau pakaian untuk sepuluh orang miskin. Bagi orang miskin yang tidak mampu memberi, bisa memilih untuk tiga hari berpuasa (Qs 5:89).
Kitab Suci Allah: Siapakah Bapak Segala Dusta?
Alkitab dengan tegas mengatakan, “Jangan mengucapkan kesaksian dusta terhadap sesamamu” (Taurat, Kitab Keluaran 20:16). Sebab bapak segala dusta adalah Iblis. “Kamu berasal dari bapamu, yaitu Iblis, . . . tidak tinggal dalam kebenaran, . . . Ketika ia berkata bohong, ia berbicara dari nalurinya sendiri, karena ia adalah pembohong dan bapa dari semua pembohong” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:44).
Dua ayat di atas memberikan petunjuk kepada kita, dusta termasuk dosa! Dalam bentuk apapun dusta adalah kekejian dan dosa di hadapan Allah. Tidak ada yang namanya dusta suci.
Isa Al-Masih Memampukan Anda Terhindar dari Dusta
Isa adalah satu-satunya kebenaran dan musuh dari kebohongan. Baik Al-Quran maupun Alkitab tidak pernah menuliskan bahwa Isa pernah berdusta. Sebaliknya, Al-Quran berkata Isa Al-Masih adalah satu-satunya Pribadi yang pernah lahir ke dunia hingga kematian-Nya dalam keadaan suci (Qs 19:19).
Karena Isa Al-Masih adalah Kebenaran, maka setiap orang yang mengikuti Kebenaran tersebut, akan dimerdekakan dari perbudakan dosa. Dia juga akan memberinya jaminan hidup kekal.
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut saudara, mungkinkah Allah berdusta? Apakah dusta termasuk dosa dalam Islam? Jelaskanlah!
- Mengapa Isa Al-Masih tidak pernah berdusta?
- Menurut saudara, mengapa Al-Quran mengijinkan seorang Mukmin untuk berdusta?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Apakah Al-Quran Mengajarkan bahwa Dusta Termasuk Dosa?“ Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Allah Islam Membedakan Dosa Kecil Dan Besar
- Pemahaman Kristen Dan Muslim Tentang Kunci Surga
- Bagaimana Sikap Kita Terhadap Orang Kafir?
- Ngerinya Dosa Dan Hari Pembalasan, Bagaimana Kita Selamat?
- Mengapa Orang Islam Harus Menjauhkan Diri Dari Zakir Naik
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
~
Maksud membalas tipu daya orang kafir tersebut adalah menghukum kafir atas tipu daya kafir. Jadi, Allah bukan pelaku tipu daya tetapi membalas suatu tipu daya. Semua tahu bahwa tindakan sanksi terhadap suatu kejahatan itu bukan suatu kejahatan, tetapi itu adalah penegakan hukum.
Bila dikaji secara detil, pada pangkal ayat 54 disebutkan, “Dan mereka telah membuat tipudaya.” Ayat ini mengisahkan fakta kaum Bani Israel yang menolak risalah Nabi Isa. Tak hanya menolak, mereka malah mengatur siasat jahat untuk menyingkirkan Nabi Isa Al-Masih dari muka bumi, tegasnya hendak membunuh beliau.
~
Saudara Cari Ilmu,
Kami akan mengutip ayat tersebut kembali agar lebih jelas. Qs 3:54, “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” Ayat ini menyatakan Allah membalas tipu daya dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. Dengan demikian, Allah berdusta dan melakukan tipu daya. Kami kira redaksi tersebut sangat jelas dan tidak perlu ditafsirkan terlalu jauh. Pertanyaannya, mengapa Allah berdusta? Bukankah ini melanggar kemahasucian-Nya?
~
Solihin
~
Tafsir Qs 3:54 Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Ali ‘Imran 54:
“Dalam ayat ini Allah menerangkan sikap Bani Israel terhadap Isa. Mereka membuat tipu daya dan bermaksud membinasakannya dengan jalan melaporkan dan memfitnah Isa kepada raja mereka. Tetapi Allah memperdayakan dan menggagalkan tipu daya mereka itu dan mereka tidak berhasil membunuhnya. Beliau diangkat ke langit oleh Allah dan diganti dengan orang yang serupa dengan beliau. Sehingga orang-orang yakin bahwa yang disalib itu adalah Isa. Tipu muslihat Allah mengatasi tipu muslihat mereka, dan menimpakan kesengsaraan kepada orang-orang kafir itu, tanpa mereka perkirakan. Rencana Tuhan yang tak diketahui oleh hambu-hamba-Nya, sebenarnya adalah untuk menegakkan sunah-Nya dan menyempumakan hikmah-Nya.
~
Saudara Ahmad Zaihab,
Dengan mengorbankan orang lain untuk menyelamatkan Isa Al-Masih adalah sebuah penipuan dan melanggar sifat maha suci Allah. Benarkah Allah penipu? Kami berpikir bahwa sangat mustahil Allah menggunakan cara-cara tipuan untuk menyelamatkan hamba-Nya. Bukankah Dia maha kuasa? Mengapa Allah menipu? Hanya manusia yang memiliki sifat menipu. Tidak demikian dengan Allah.
Hal ini memunculkan pertanyaan besar. Siapakah sesungguhnya yang berkata-kata di sana, Allah atau nabi saudara? Mengapa sifat manusia dilekatkan pada Allah? Mohon kiranya saudara memberikan pencerahan terhadap beberapa pertanyaan kami.
~
Solihin
~
To: Siapa yang berani menjawab dari Nasrani,
Pertanyaan saya, yakinkah anda tentang konsep “penebusan dosa” itu sehingga dosa anda sudah ditanggung oleh Yesus dan anda terbebas dari dosa itu hingga keselamatan hanya milik anda?
~
Saudara Panggabean,
Kami berterimakasih untuk pertanyaan saudara. Kami memiliki artikel yang membahas hal itu secara khusus. Barangkali lebih baik melanjutkan diskusi mengenai hal itu di link ini http://tinyurl.com/6wf9w8k . Terimakasih.
~
Solihin
~
Untuk Nasrani,
Jika benar engkau “telah ditebus dosanya”, maka beranikah kalian mati segera? Niscaya kaum kafir itu akan ketakutan seperti perumpamaan ketakutan mendengar petir menggelegar dan ditutupnya telinga rapat-rapat. Tujuan Allah menciptakan manusia ke bumi adalah untuk beribadah. Bukan untuk merayakan kegembiraan. Karena sebetulnya itu tipu daya Iblis.
~
Saudara Saluyo,
Kami mengerti rasa penasaran yang saudara miliki. Namun, karena artikel di atas tidak membahas mengenai hal itu secara khusus, maka kami mempersilakan saudara melanjutkan diskusi dengan topik keselamatan di link ini http://tinyurl.com/6wf9w8k . Terimakasih.
~
Solihin
~
Setahu saya ajaran yang memperbolehkan berbohong dengan alasan tertentu adalah ajaran Islam. Tentu saja ajaran ini dipertanyakan kebenarannya, sesuai uraian Isa dan Islam di atas.
~
Saudara Aladin,
Adalah wajar mempertanyakan sebuah ajaran yang memperbolehkan berbohong. Sebab sifat bohong bertentangan dengan sifat maha suci-Nya. Lagi pula, mustahil Allah tidak jujur. Manusia sangat menghargai kejujuran, apalagi Tuhan. Dengan demikian, ajaran yang mengajarkan berbohong bukan berasal dari Tuhan. Terimakasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin
~
“…Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” Dari kalimat di atas, saya dapat mengerti maksudnya bahwa pembalasan dari Allah bukanlah kebohongan dibalas dengan kebohongan. Wajar non Muslim melihat ada yang lain dengan allah (bukan Allah) dalam Al-Quran karena banyak fakta yang memihak Muhammad yang berbuat taqiyah.
Seperti yang pernah dikatakan oleh seseorang bahwa bagi Muhammad sebenarnya allah itu ada di kantong, karena begitu dia terpojok langsung muncul wahyu. Begitu ada kemauan langsung muncul wahyu. Begitu dia berbuat kesalahan langsung muncul wahyu pembelaan, dll. Karena Al-Quran turut menyertakan nama Abraham, Ishak, Yaqub, Musa, Isa Al-Masih, dll. Jangan, sampai umat Islam secara sadar turut memfitnah Allah yang benar.
~
Saudara Boas,
Kami setuju dengan saudara bahwa hanya allah palsu yang mengajarkan kebohongan. Kami yakin Allah sejati tidak pernah mengajarkan kebohongan. Oleh sebab itu, hal ini patut dipertanyakan. Terimakasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin
~
Apakah maksud dosa suci ini seperti yang diucapkan Paulus?
“Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku (Paulus) semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang yang berdosa” (Roma 3:7). “Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita” (Filipi 1:18). “Aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku” (1 Kor. 7:25).
~
Saudara Anto,
Kami sangat senang bila saudara membaca keseluruhan teks dari ayat-ayat yang saudara kutip. Sebab memang banyak yang memberitakan Isa Al-Masih dengan maksud palsu. Tetapi bukan Paulus yang bertindak demikian. Mohon kiranya saudara teliti dan jeli. Paulus saja mengagungkan kejujuran. Mengapa alloh Al-Quran senang dengan tipu daya? Mohon saudara merenungkan hal ini.
~
Solihin
~
Solihin,
Orang kafir membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya itu. Misal: Si Kafir membuat lubang dan menutupi lubang itu agar Muslim celaka, tapi Allah membalas tipu daya itu maka bukannya Muslim yang terperosok melainkan si kafir sendiri yang terperosok di lubang buatannya sendiri. Begitulah cara Allah membalas tipu daya.
Apakah orang Kristen akan jujur pada orang yang sakit parah bahwa akan mati dalam beberapa hari, ataukah harus menghibur dengan kebohongan bahwa dia akan sehat, yang pada kenyataannya dia akan mati?
~
Saudara Mantan Kafir,
Ilustrasi yang saudara buat menjelaskan bahwa Allah tidak maha kuasa. Pekerjaannya hanya menipu. Lagi pula, Allah tidak akan bertindak diskriminasi. Ilustrasi kedua adalah ingin mengajarkan bahwa bohong diperbolehkan. Ini adalah pekerjaan Iblis. Sebab Iblis adalah Bapa segala dusta (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:44). Pertanyaannya, mengapa alloh saudara senang menipu? Bukankah menipu adalah pekerjaan Iblis? Apakah alloh dan Iblis adalah sama? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
To: Anto,
Saudara tampak bahagia bisa membaca Roma 3:7 dan saudara salah dalam memahaminya. Makanya kalau membaca Injil itu minta petunjuk dulu supaya Roh Kudus berkarya bukan roh yang lain? Maksud adalah bahwa Paulus itu mengatakan bahwa jika Paulus salah memberitakan kebenaran Allah padahal Paulus itu tidak salah memberitakannya tetapi mengapa Paulus masih saja dihakimi. Dimanakah kesalahan Paulus? Semua pemberitaannya adalah semua untuk kebesaran Allah dan bukan untuk kebesaran Paulus.
~
Saudara Juned,
Kami setuju dengan saudara bahwa Allah tidak mungkin berbohong. Paulus saja sangat mengutamakan kejujuran. Bagaimana mungkin alloh mengutamakan kebohongan? Tidakkah ini memunculkan pertanyaan besar? Benarkah taqiyyah adalah ajaran Allah atau ajaran Muhammad? Terimakasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin
~
Luar biasa, saudara-saudara pengikut Kristus di sini. Kemampuannya sangat jauh di atas Muslims. Semoga yang masih Islam bertobat, menyadari salah jalannya. Standar moral yang diajarkan Tuhan itu sangat tinggi. Katakan ya, jika ya; dan tidak jika tidak. Ini tentu saja bagi manusia sangat berat, tapi kita harus berusaha untuk mentaatinya.
Iblis memang ingin jadi Tuhan, makanya dia ajarkan taqiyah. Saya hanya berdoa supaya makin banyak yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi Muslims. Ahlul sunah waljamaah dengan ahlul bait berperang tidak ada habis-habisnya, saling mengkafirkan. Banyak Muslim yang sudah capai dan mulai bertanya-tanya, apakah sebabnya ini?
~
Saudara Ismail,
Kami sangat setuju dengan saudara bahwa Allah memiliki standar moral yang sempurna dan sangat tinggi. Mustahil standar moral yang sangat sempurna ini dibarengi dengan standar moral paling buruk, yaitu berbohong. Kami berharap pengunjung situs ini merenungkannya. Terimakasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin
~
Ahmad Zaihab,
Anda ingin memberikan pengertian mengenai Qs 3:54 dengan mengambil tafsiran Depag. Jadi terlihat anda ini tidak berpikiran kritis. Saya berikan sedikit bekal untuk anda dalam menafsirkan ayat tersebut:
1. Ayat tersebut ayat Madaniyah atau Makiyah?
2. Dalam rangka apa ayat tersebut dibuat?
3. Ayat tersebut bercerita pada saat lampau atau saat ini atau masa mendatang?
4. Bila bercerita pada saat lampau maka harus dicari kebenaran dari referensi atau sumber yang dekat dengan peristiwa tersebut?
5. Bila tidak ada referensinya maka dapat dikatakan ayat tersebut hanya karangan saja.
Sekian dulu untuk anda.
~
Saudara Orang,
Kami berterimakasih untuk tanggapan saudara. Saudara membantu saudara Ahmad Zaihab untuk berpikir kritis dengan memberikan beberapa pertanyaan kritis. Sudah seharusnya demikian setiap orang yang memiliki akal budi. Tidak serta merta setiap tafsiran yang ada benar. Hal ini perlu dikaji kembali.
~
Solihin
*****
1. Allah adalah Roh dan kebenaran. Jadi, tidak mungkin Allah berdusta.
2. Isa tidak pernah berdusta. Sebab Dia adalah jalan kebenaran dan hidup, tidak seorangpun sampai ke Bapa tanpa melalui Dia.
3. Berdusta artinya menyembunyikan kebenaran. Oleh karena Al-Quran mengijinkan orang berdusta, maka bisa disebut Al-Quran mengajarkan orang untuk menyembunyikan kebenaran.
*****
Saudara Yudi,
Kami berterimakasih untuk tiga jawaban yang saudara berikan. Kami sangat setuju dengan saudara bahwa berdusta berarti menyembunyikan kebenaran. Menjadi pertanyaan penting adalah mengapa Al-Quran mengajarkan dusta? Kiranya hal ini direnungkan oleh pengunjung situs ini.
~
Solihin
*****
1. Menurut saya, sangat tidak mungkin Allah berdusta. Sebab tidak mungkin di dalam diri Allah ada dua hal yang sangat bertentangan di mana Ia adalah kebenaran yang artinya tidak ada dusta dan tidak ada kebohongan. Sangatlah tidak mungkin bila kebenaran bisa bercampur dengan kebohongan.
2. Isa Al-Masih tidak pernah berdusta, karena Isa Al-Masih adalah kebenaran (Injil Yohanes 14:6) dan Firman Allah adalah kebenaran (Injil Yohanes 17:17).
3. Menurut saya, mengapa Al-Quran mengijinkan seorang Mukmin untuk berdusta karena di dalam Al-Quran tidak terdapat kebenaran dan kepastian akan masuk surga. Bila bohong adalah dosa, sekecil apapun kebohongan tetaplah dosa. Taurat pun mengatakan jangan bersaksi dusta. Selain itu sangat perlu dipertanyakan mengapa allah dalam Al-Quran tampak tidak konsisten?
*****
Saudara Andreas,
Kami sangat setuju dengan saudara bahwa Isa Al-Masih adalah kebenaran. Sehingga tidak mungkin Allah berdusta. Menjadi pertanyaan penting adalah mengapa alloh senang menipu dan berdusta? Kami berterimakasih untuk tiga jawaban yang saudara berikan.
~
Solihin
~
Saluyo,
Kalau di Alkitab, kitab Injil ada dengan tegas diberitahukan akibat dari kemunafikan yang pura-pura jujur telah menginfakkan hartanya namun telah berdusta sehingga mati suami istri, yaitu Ananias dan Safira. Apakah anda pernah lihat informasi ini? Namun lain halnya dengan Muhammad karena 20% hasil rampasan itu menjadi miliknya dan allahnya. Adil, bukan?
~
Saudara Boas,
Contoh yang saudara berikan menjelaskan bahwa Allah sangat tidak senang dengan dusta dan tipu menipu. Jika demikian, pertanyaan yang seharusnya muncul adalah mengapa alloh mengajarkan berdusta? Benarkah ini ajaran Allah atau ajaran Iblis? Terimakasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin
~
Taqiyyah adalah inti dari jihad.
~
Saudara Orang,
Menarik sekali pernyataan saudara. Barangkali saudara dapat menjelaskan lebih lanjut maksud taqiyyah adalah inti dari jihad agar hal ini semakin jelas bagi pengunjung situs ini. Terimakasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin
~
To: Saluyo dan Panggabean,
Cobalah fokus pada pertanyaan dan jawablah dengan jujur sesuai topik supaya tidak dihapus oleh staff IDI nantinya. Jurus menghindar/mengalihkan topik yang anda terapkan seperti dalam kebanyakan forum dialog antar agama lainnya tidak laku di sini.
~
Saudara Yudi,
Kami berterimakasih untuk himbauan saudara. Kami berharap setiap pengunjung situs ini memerhatikan topik yang ada sehingga diskusi dapat fokus. Semoga ini menjadi komitmen bersama.
~
Solihin
*****
1. Allah tidak mungkin berdusta, karena Allah Ya dan Amin. Wahyu 22:20, “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ‘Ya, Aku datang segera!’ Amin, datanglah, Tuhan Yesus!”
2. Isa Al-Masih tidak pernah berdusta, karena Dia adalah gambar wujud Allah. Ibrani 1:3, “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah…”
3. Al-Quran mengijinkan seorang Mukmin untuk berdusta, karena Al-Quran adalah Kitab Pendusta, dengan mengatakan bahwa Allahlah yang mengutus syaitan untuk menceraikan suami dari isterinya diakhiri sama punishment: “ceraikan mereka diwaktu mendapat iddahnya” (Qs 11:7, QS 19:83, Qs 2:102 dan Qs 65:1).
Qs 11:7, “…dαn αdαlαh ‘Arsy-Nyα di αtαs αir…” Dαri Jαbir rα, sαw bersαbdα: “Dαn αdαlαh ‘αrsy iblis di αtαs αir, dαri sαnα iblis telαh mengirim syαitαn-syαitαn itu untuk mencerαikαn αntαrα seorαng, dengαn istrinyα” (HR.Muslim, 5032). Qs 19:83, “…Kαmi telαh mengirim syαitαn-syαitαn…” Qs 2:102, “…syαitαn-s yαitαn itu…mengαjαrkαn sihir…dαpαt mencerαikαn αntαrα seorαng, dengαn istrinyα…” Sukses mencerαikαn, iblispun buat αturαn cerαi: Qs 65:1, “…cerαikαn merekα, pαdα wαktu merekα dαpαt iddαhnyα…” Yohαnes 8:44, “Iblislαh…pendustα dαn bαpα segαlα dustα.”
*****
Saudara Biangkala,
Kami setuju dengan saudara bahwa Allah tidak mungkin berdusta. Ini menjadi pertanyaan besar, mengapa alloh mengajarkan berdusta? Benarkah ajaran ini berasal dari Allah atau dari alloh atau dari Muhammad? Terimakasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin
*****
Menurut saya, Tuhan tidak mungkin berdusta sekalipun Dia dapat melakukannya karena Dia maha kuasa. Sesuai dengan kebenaran firman-Nya yang tertulis dalam Alkitab seperti ada tertulis hendaklah kamu katakan ya kalau ya tidak kalau tidak, apa yang lebih daripada itu adalah dosa. Jadi, Tuhan yang sebenarnya tidak akan mengajarkan kebohongan sekalipun dibingkai dengan” kebenaran”.
Kedua, Isa tidak pernah berbohong walau sekalipun karena Dia adalah Tuhan Pencipta langit dan bumi. Ketiga, mengapa Al-Quran mengajarkan kebohongan pada pengikutnya karena Al-Quran bukan firman Allah yang sebenarnya.
*****
Saudara Aladin,
Jawaban saudara sangat logis sekali. Setiap kitab yang mengajarkan kebohongan bukanlah firman Allah. Karena mustahil Allah memiliki sifat terang dan gelap, kejujuran dan kebohongan. Terimakasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin
~
Alkitab dengan tegas mengatakan, “Jangan mengucapkan kesaksian dusta terhadap sesamamu” (Keluaran 20:16) Sebab bapak segala dusta adalah Iblis. “Kamu berasal dari bapamu, yaitu Iblis, ia tidak tinggal dalam kebenaran, Ketika ia berkata Dusta, ia berbicara dari nalurinya sendiri, karena ia adalah pembohong dan bapa dari semua pembohong” (Yohanes 8:44).
Dua ayat di atas memberitahu kita. Dusta dalam bentuk apapun adalah kekejian dan dosa di hadapan Allah. Contohnya orang di bawah ini: “Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang yang berdosa” Roma 3:7, “Jika Yesus diberitakan, baik dengan maksud dusta maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita dan bersukacita” (Filipi 1:18).
~
Saudara Fakta Alkitab,
Kami sangat setuju dengan saudara bahwa dusta dalam bentuk apapun adalah kekejian. Kami berharap hal ini muncul dari hati saudara sehingga saudara tidak terikat dengan taqiyyah yang mengajarkan kebohongan. Perihal ayat-ayat Injil yang saudara kutip, kami telah menanggapinya. Silakan membaca tanggapan kami di atas.
~
Solihin
~
To: Fakta Alkitab,
Roma 3:7, Paulus mengajarkan tentang perilaku orang Yahudi. Tolong baca Roma 3:1-8. Di ayat 7, Paulus mengandaikan dirinya sebagai orang Yahudi yang berusaha membenarkan ketidakbenaran perilaku mereka (ayat 3-6).
~
Saudara Yudi,
Prinsip paling penting dalam memahami ayat Injil adalah membaca seluruh perikop yang ada sehingga tidak keliru dalam mengartikan ayat-ayat yang ada. Terimakasih untuk tanggapan saudara. Semoga ini menjadi jelas bagi saudara Yudi. Kami pun berharap bahwa tuduhan terhadap Paulus tidak perlu dilanjutkan karena saudara Fakta Alkitab keliru menafsirkannya. Lagi pula, artikel di atas tidak menekankan Paulus. Hal ini dilakukan hanya untuk mencari kesalahan yang tidak mungkin ditemukan dalam Isa Al-Masih.
~
Solihin