Umat Islam wajib mengimani empat kitab suci. Karena Al-Quran membenarkan kitab sebelumnya sebagai firman Allah. Kalau begitu, mengapa para Muslim jarang membaca Kitab Taurat, Zabur dan Injil?
Umat Islam berpendapat bahwa Al-Quran kitab penyempurna dari kitab-kitab yang telah diturunkan Allah. Itu sebabnya Al-Quran membenarkan Kitab Allah sebelumnya untuk dipelajari dan diimani umat Islam.
Ada tiga agama yang disebut “agama dari Ibrahim,” yaitu, Yahudi, Kristen, dan Islam. Agama Yahudi memakai Kitab Tanakh [Taurat dan Nabi]. Pengikut Kristen memakai Kitab Perjanjian Baru. Pengikut Islam memakai Al-Quran. Masing-masingnya mengakui Nabi Ibrahim.
Agama Yahudi – Tanakh
Ada dua puluh orang nabi yang diwahyukan Allah menulis Tanakh dalam waktu lebih dari 1,000 tahun. Dalam prosesnya, setiap wahyu baru harus dicek dengan wahyu yang telah diterima menjadi Firman Allah. Misalnya, Musa menulis Taurat dan menceritakan tentang Abraham. Kehidupannya sering dirujuk sebagai contoh oleh nabi lainnya. Umat Yahudi percaya, kisah Abraham harus berjalan beriringan.
Demikianlah, dalam Tanakh, ada ratusan ribu persetujuan antara ayat satu dan yang lain. Walaupun Tanakh ditulis selama 1,000 tahun, tidak ada wahyu yang merubah atau mengoreksi dari wahyu yang sebelumnya. “Menurut hukum-hukum-Mu semuanya itu ada sekarang, sebab segala sesuatu melayani Engkau” (Kitab Mazmur 119:91).
Gambaran Kaitan Pasal-Pasal Kitab Kejadian dengan Ucapan Semua Nabi Yahudi
Di sebelah kiri, “Gen” adalah singkatan untuk “Kitab Kejadian,” ditulis Musa. Di sebelah kanan, “OT” adalah singkatan untuk semua buku dalam Tanakh. Setiap garis hijau adalah persetujuan atau kutipan dari ayat Kejadian yang dirujuk tulisan nabi yang lain.
Agama Kristen – Perjanjian Baru
Kitab Suci Kristen disebut Perjanjian Baru. Diwahyukan selama 50 tahun kepada sembilan rasul keturunan Yahudi. Nabi Kristen memandang Tanakh sebagai firman Allah yang tidak dapat dirubah. Mereka juga tetap melanjutkan tradisi Yahudi tentang wahyu Allah.
Isa Al-Masih sendiri sering mengutip tulisan dari Tanakh. Dia berkata, “Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Injil, Rasul Besar Matius 5:18).
Kumpulan Perjanjian Baru dengan kutipan-kutipan dari Tanakh menjadi Buku Allah bagi umat Kristen.
Kaitan Para Rasul Perjanjian Baru dengan Isi Tanakh Yahudi
“Gen” adalah Kejadian. Di sebelah kanan, “NT” adalah singkatan untuk Perjanjian Baru. Setiap garis hijau adalah persetujuan atau kutipan dari Nabi Musa yang dirujuk nabi-nabi Kristen.
Setujukah Al-Quran dengan Tulisan Para Nabi Sebelumnya?
Al-Quran memang membenarkan Kitab sebelumnya sebagai Firman Allah. Namun, Al-Quran seringkali merujuk nabi-nabi Yahudi dan Kristen, terutama Nabi Abraham dan Kalimat Allah, Al-Masih. Setidaknya ada kira-kira lima puluh cerita dari Tanakh dan Perjanjian Baru / Injil yang dirujuk. Bahkan salah satu ayat Al-Quran mengatakan “Dia menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil” (Qs 3:3).
Sayangnya ada perbedaan antara Muhammad dan nabi-nabi yang sebelumnya. Muhammad tidak mengutip Tanakh atau Perjanjian Baru secara teliti. Justru apa yang diceritakan dalam Al-Quran berbeda dibandingkan Taurat dan Injil. Sungguh membingungkan, bukan? Bagaimana mungkin umat Nasrani akan menerima Al-Quran sebagai Firman Allah, sementara Al-Quran berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya?
Berita Utama dalam Kitab Allah
Artikel ini membahas kejernihan wahyu Allah. Namun demikian, janganlah kita melupakan berita utama yang termuat dalam kitab-kitab ini. Yaitu, Isa Al-Masih datang ke dunia sebagai “rahmat dari Allah”! (Qs 19:21). Tanakh mencatat “segala kejahatan kita ditimpakan kepada Dia” (Kitab Nabi, Yesaya 53:6). Injil dengan jelas menekankan “Isa menanggung dosa kita dan menjadi Juruselamat Dunia” (Injil, 1 Petrus 2:24, 3:18). Saudara diundang menerima keselamatan yang disediakan-Nya.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Apakah Al-Quran Membenarkan Kitab Sebelumnya?” Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Pengakuan Pewahyuan Al-Quran Adalah Firman Allah
- Benarkah Ada Bukti Sejarah Pembukuan Al-Quran Yang Terpelihara?
- Muslim: Al-Quran Masih Murni! Benarkah Demikian?
- Orang Islam Dan Kristen Berdosa Bila Meremehkan Kalimat Allah!
- Haruskah Muslim Percaya Alkitab Kristen?
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Wajarkah bila firman Allah mengoreksi firman Allah? Berikanlah alasan Saudara!
- Dapatkah manusia merubah firman Allah yang datangnya dari Allah sendiri? Apa alasan Saudara?
- Berita Al-Quran bertentangan dengan Kitab Allah sebelumnya. Kalau Al-Quran bertentangan dengan Kitab Allah, masihkah disebut Al-Quran sebagai firman Allah? Jelaskanlah jawaban saudara.
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].