• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
Isa Dan Islam
  • Awal
  • Maksud Situs Ini
    • Tentang Kami
    • Isa dan Al-Fatihah
    • Daftar Artikel
  • Jalan ke Surga
  • Artikel
  • Media
  • Kitab Suci
  • Hubungi Kami
  • Al-Fatihah
Isa Dan Islam > Artikel > Ajaran Isa dan Islam > Puasa > Puasa Karena Taat Perintah Allah Atau Mengharap Pahala?

Puasa Karena Taat Perintah Allah Atau Mengharap Pahala?

3 Juni 2019 oleh Web Administrator 202 Komentar

ayah-dan-anak-sedang-berdoa-buka-puasa-untuk-mengharap-pahalaSebelum menikah, saya kost di rumah seorang haji. Walau berbeda agama, kami mempunyai hubungan baik.

Saya sangat senang bila Ramadhan tiba, sebab setiap sore ibu kost memasak berbagai makanan untuk berbuka. Kadang juga saya ikut membantu menyediakannya.

Tetapi dalam benak saya timbul pertanyaan, “apakah tujuan utama puasa?” Apakah orang Islam wajib puasa karena taat perintah Allah ataukah untuk mendapatkan pahala?

Walau saya bukan seorang Muslim, di bulan Ramadhan kadang saya juga ikut berpuasa. Tentunya sesuai ajaran kepercayaan saya.

wanita-wanita-muslim-sedang-membaca-al-quran-karena-taat-perintah-allahPerintah Menjalankan Puasa dalam Al-Quran

Al-Quran memerintahkan, “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa” (Qs 2:183).

Benarkah Allah mewajibkan umat Muslim, Yahudi, dan Nasrani untuk berpuasa? “. . .  sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu . . .”(Qs 2:183). Bukankah puasa Ramadhan hanya diwajibkan bagi umat Muslim?

Tujuan Utama Puasa Ramadhan Umat Islam

Menurut ayat itu tujuan Muslim berpuasa supaya bertakwa dan menaati perintah Allah.

Namun banyak Muslim berpandangan bahwa tujuan utama puasa karena ingin mendapatkan pahala yang berlipat-lipat. Seringkali ulama Islam mendorong umat berpuasa dengan pahala yang berlipat-lipat itu.

Jadi, umat Islam wajib puasa karena taat perintah Allah ataukah mengharapkan pahala berlipat? Apakah para Muslim masih giat berpuasa jika tidak dapat pahala berlipat-lipat?

Tujuan Utama Kristen Berpuasa

Kitab Allah menyaksikan, “Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit” (Kitab Nabi Nehemia 1:4).

Menurut Kitab Allah, tujuan utama puasa pengikut Isa adalah merendahkan diri dan membangun hubungan intim dengan-Nya. Jelaskan pendapatmu di sini akan tujuan berpuasa yang baik.

penampakan-isa-al-masih-dan-cahayanya-di-atas-langitEtika Puasa Pengikut Isa Al-Masih

Isa Al-Masih mengajarkan, “Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi . . .” (Injil, Rasul Besar Matius 6:17-18).

Pengikut Isa yang berpuasa tidak boleh diketahui orang lain dan tidak perlu menjauhkan setiap makanan-minuman dari hadapannya.

Ia juga tidak menganiaya orang yang sedang makan di hadapannya karena tidak menghargai dia yang berpuasa. Tujuan utama puasa adalah membangun hubungan rohani dengan Allah. Cukup Allah saja yang mengetahuinya!

Apakah Tujuan Anda Berpuasa?

Jadi, tujuan orang Nasrani berpuasa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Bukan untuk mendapat pahala berlimpah agar layak masuk surga. Sebab, seseorang yang mengimani Isa Al-Masih sebagai Juruselamat, telah menerima jaminan keselamatan sorgawi dari-Nya, pahala terbaik.

Firman-Nya, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia [Isa Al-Masih], sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Injil, Kisah Para Rasul 4:12).

Berimanlah kepada Isa Al-Masih bagi keselamatan kekal Anda. Atau bertanya di sini.

[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim emailkepada Staff Isa dan Islam.]

 


Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca

Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:

  1. Apa perbedaan tujuan utama puasa Ramadhan dalam Islam dan pengikut Isa Al-Masih?
  2. Dari kedua tujuan berpuasa di atas, manakah yang terbaik? Berikan alasannya!
  3. Mengapa tujuan utama puasa pengikut Isa Al-Masih bukan untuk mendapatkan pahala?

Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.

Artikel Terkait

Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:

  1. Yang Melebihi bulan Ramadhan Bagi Para Mukmin
  2. Hal Yang Terutama Pada Bulan Ramadhan
  3. Apakah Pengertian Puasa Ramadan Yang Benar?
  4. Satu-Satunya Kelalaian Yang Pasti Membatalkan Puasa

Video:

  1. Tiga Kunci Berhasil Puasa Menurut Isa Al-Masih

Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”

 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Anda Puasa Karena Taat Perintah Allah Atau Mengharap Pahala?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS/WA ke: 0812-8100-0718

 

Bagikan Artikel Ini:

Share on Facebook Share on Twitter Share on WhatsApp Share on Email Share on SMS

Ditempatkan di bawah: Ajaran Isa dan Islam, Puasa

Subscribe
Beritahulah
202 Comments
Paling lama
Terbaru
Inline Feedbacks
Baca Semua Komentar
abu syarif
4 Agustus 2011 6:07 am

*
“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.“

Sudah jelas tujuan puasa supaya menjadi orang yang bertakwa.

Anda tahu artinya takwa? orang yang bertakwa akan mendapat ridho Allah yaitu, keselamatan dan nikmat yang besar.

Balas
staff
5 Agustus 2011 4:35 am
Balasan ke  abu syarif

~
Saudara Abu Syarif,

Kami setuju dengan pendapat saudara, bahwa dalam ajaran Muslim tujuan orang berpuasa adalah untuk mendapatkan pahala keselamatan. Pada penjelasan di atas pun kami mengatakan seperti itu.

Jelas hal ini berbeda dengan motivasi orang Kristen berpuasa yaitu, merendahkan diri, mencari wajah Tuhan dan membangun satu hubungan khusus dengan-Nya.

Mengapa orang Kristen dalam berpuasa tidak mengharapkan pahala untuk keselamatannya? Jawabannya: Sebab, seorang yang menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat, telah menerima ‘jaminan’ keselamatan sorgawi dari Isa Al-Masih.

Kitab Suci berkata, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia [Isa Al-Masih], sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Injil, Kisah Para Rasul 4:12).
~
SO

Balas
bejo
4 Agustus 2011 7:33 pm

*
Shalat yang paling Allah cintai adalah shalatnya Nabi Daud dan puasa yang paling Allah cintai adalah puasanya Nabi Daud, yang puasa sehari dan berbuka sehari. (Hadits Bukhari 11.237/1063)

Tidak ada puasa yang lebih uatama dari puasa Daud, yaitu puasa setengah masa (tahun), yakni puasa sehari dan berbuka sehari.(Hadits Muslim 14.179/1971)

Kalau begitu puasalah dengan puasanya Nabi Daud, yang dia berpuasa sehari dan berbuka sehari sehingga dia tidak akan kabur ketika berjumpa dengan musuh.(Hadits Bukhari 15.86/1843)

Isa adalah keturuan Nabi Daud. Kalau Nabi Daud saja berpuasa, tentunya ada kewajiban Isa Al-Masih dan umat-Nya untuk berpuasa.

Balas
staff
8 Agustus 2011 6:19 am
Balasan ke  bejo

~
Bagi Allah, setiap ibadah yang ditujukan untuk menyenangkan hati-Nya adalah baik dihadapan-Nya. Sehingga tidak ada pembedaan bagi-Nya, ibadah siapa yang paling dicintai, kurang dicintai, bahkan tidak dicintai.

Termasuk berpuasa, Allah menjelaskan puasa yang berkenan dihadapan-Nya bila puasa tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh dan hanya mencari hadirat-Nya.

Puasa artinya tidak makan dan minum (Injil, Surat Kisah Para Rasul 27:21). Hanya orang yang merasa laparlah yang bergantung pada Allah. Di dalam ketergantungan kepada Allah, manusia mengendalikan dirinya.

Isa Al-Masih menyinggung hal berpuasa, “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” (Injil, Rasul Besar Matius 6:16)
~
SL/SO

Balas
wito
4 Agustus 2011 7:37 pm

*
“Puasa itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya ) janganlah berbuat kotor dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang puasa (dia mengulang ucapannya dua kali)” (Hadits Bukhari 15.4/1761)

“Apabila salah seorang dari kalian berpuasa di suatu hari, maka janganlah ia berkata-kata kotor dan berbuat kesia-siaan. Bila ia dicaci seseorang atau menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan, Sesungguhnya saya sedang berpusa” (Hadits Muslim 14.149/1941

Balas
staff
8 Agustus 2011 6:16 am
Balasan ke  wito

~
Puasa yang hanya ikut-ikutan tidak makan dan minum, tidak akan membawa hasil. Tuhan tidak akan berkenan dengan puasa seperti itu. Tuhan tidak melihat cara berpuasa secara lahiriah namun yang Tuhan perhatikan adalah HATI. Puasa yg tidak ada pertobatan dan tetap hidup dalam ikatan-ikatan dosa, tidak akan mendapat berkat apapun dari Tuhan.

Puasa yang berkenan di hadapan Allah adalah jika kita menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Belajar menahan diri dari sesuatu keinginan, kata-kata yang sia-sia, iri hati. Belajar penguasaan diri, serta mentaati perintah Tuhan.

Menyalibkan kedagingan memang pahit tetapi kelak buahnya manis .
~
SL

Balas
abduh
4 Agustus 2011 7:39 pm

*
“Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat kelak daripada wanginya kesturi. Dan bagi mereka yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Ia merasa senang saat berbuka lantaran puasanya, dan senang pula saat berjumpa dengan Rabbnya(Tuhannya)juga karena puasanya” (Hadits Muslim 14.152/1944.)

“Siapa yang berpuasa Ramadlan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa” (Hadits Muslim 14.192/1984)

“Bila bulan Ramadlan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan pun dibelenggu” (Hadits Muslim 14.1/1793)

Balas
staff
8 Agustus 2011 6:15 am
Balasan ke  abduh

~
Sekalipun puasa selalu berhubungan dengan tidak makan, namun puasa bukanlah menunda waktu untuk makan. Puasa juga bukan untuk menghukum tubuh untuk tidak makan dan minum. Ada cara-cara lain untuk berpuasa.

Apapun yang dapat kita tinggalkan untuk sementara demi untuk memusatkan perhatian pada Tuhan dengan cara yang lebih baik dapat dianggap sebagai puasa (Injil, Surat 1 Korintus 7:1-5).

Dengan mengalihkan mata dari hal-hal duniawi, kita dapat memusatkan diri pada Allah dengan lebih baik. Puasa bukanlah cara untuk membuat Allah melakukan apa yang kita inginkan. Puasa bukanlah cara untuk kelihatan lebih rohani dibanding orang lain.
~
SL

Balas
mikael
4 Agustus 2011 7:44 pm

*
Kewajiban puasa di Injil:

Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu.(Imamat 16:29)

Itu harus menjadi suatu Sabat, hari perhentian penuh bagimu, dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Mulai pada malam tanggal sembilan bulan itu, dari matahari terbenam sampai matahari terbenam, kamu harus merayakan Sabatmu.”(Imamat 23:32)

Hari itu harus menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya. (Imamat 16:31)

Balas
staff
8 Agustus 2011 6:14 am
Balasan ke  mikael

~
Sebagaimana dalam syariat Taurat arti rohani puasa terkubur oleh penampakan lahir, sehingga arti puasa semakin melenceng dari yang sebenarnya. Puasa bukan ditujukan sebagai ekspresi pertobatan tetapi sebagai tuntutan untuk memperoleh sesuatu. Bahkan hanya sekedar upacara ritual agama tanpa penyerahan diri kepada Tuhan

Oleh sebab itu Tuhan berfirman: “Berpuasa yang kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang-orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecahkan rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (Kitab Nabi Yesaya58:6-7).
~
SL

Balas
Valen
5 Agustus 2011 6:24 am

*
Saya bertanya, orang Muslim yang sudah mati ada yang sudah dihakimi (masuk surga/neraka) apa masih menunggu hari penghakiman tersebut? Kalau bisa tolong dikasih dalilnya.

Satu hal lagi, begitu pula umat Kristen, apa bila saya suatu saat mati sebelum hari akhir (kiamat) apakah saya harus menunggu sampai hari penghakiman itu terjadi baru saya bisa masuk ke surga? Tolong berikan rinciannya dalam Injil.

Terimakasih.

Balas
staff
10 Agustus 2011 2:25 am
Balasan ke  Valen

~
Seseorang yang sudah meninggal tetapi belum bertobat, belum menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat, maka yang bersangkutan berada di alam maut (Yunani: ‘HADES’). Umat Muslim bilang “alam barzakh”. Kata “Hades” menunjuk kepada alam maut, sebuah tempat sementara untuk menantikan kebangkitan (Injil, Rasul Lukas 16:23)

Neraka adalah tempat yang permanen dan merupakan tempat di mana orang-orang yang namanya tidak tercantum dalam kitab kehidupan. Yaitu orang-orang yang tidak percaya Isa Al-Masih namun setelah dihakimi (Injil, Surat Wahyu 20:11-15)

Sebaliknya orang-orang yang sudah menerima Isa Al-Masih untuk sementara berada di pangkuan Abraham (Firdaus). “Kemudian setelah pengadilan “tahta putih” orang yang percaya akan tinggal bersama-sama dengan Isa Al-Masih di sorga. Yaitu orang-orang yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan Isa Al-Masih” (Injil, Surat Wahyu 21:27)
~
SL

Balas
Fidy
8 Agustus 2011 10:16 am

*
Kebiasaan melakukan puasa Ramadhan terhadap umat terdahulu.

(Yeremia 36:9) “Adapun dalam tahun yang kelima pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, dalam bulan yang kesembilan, orang telah memaklumkan puasa di hadapan Tuhan bagi segenap rakyat di Yerusalem dan bagi segenap rakyat yang telah datang dari kota-kota Yehuda ke Yerusalem”.

Dalam penanggalan Islam, Ramadhan itu adalah bulan yang kesembilan.

Balas
kumbang
8 Agustus 2011 7:32 pm

*
Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada Tuhan?(Yesaya 58:5)

“Beginilah firman TUHAN semesta alam: Waktu puasa dalam bulan yang keempat, dalam bulan yang kelima, dalam bulan yang ketujuh dan dalam bulan yang kesepuluh akan menjadi kegirangan dan sukacita dan menjadi waktu-waktu perayaan yang menggembirakan bagi kaum Yehuda. Maka cintailah kebenaran dan damai!”(Zakharia 8:19)

Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus(Matius 4:2).

Balas
staff
12 Agustus 2011 6:04 am
Balasan ke  kumbang

~
Walaupun Isa Al-Masih berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, Alkitab tidak memutlakkan orang Kristen untuk berpuasa. Puasa bukanlah sesuatu yang dituntut atau diminta Allah dari orang Kristen. Pada saat yang sama, Alkitab memperkenalkan puasa sebagai sesuatu yang baik, berguna dan perlu dilakukan.

Kitab Kisah Rasul mencatat tentang orang-orang percaya yang berpuasa sebelum mereka mengambil keputusan-keputusan penting (Injil, Surat Kisah Rasul 13:4; 14:23). Doa dan puasa sering dihubungkan bersama (Injil, Rasul Lukas 2:37; 5:33).

Pada umumnya fokus tujuan dari puasa adalah tidak makan. Seharusnya tujuan dari puasa adalah melepaskan hidup kita dari hal-hal duniawi dan berpusat pada Tuhan. Puasa adalah cara untuk menyatakan kepada Tuhan dan kepada diri sendiri bahwa kita sungguh-sungguh ingin bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
~
SL

Balas
Fidy
10 Agustus 2011 10:05 am

*
Yeremia 36:9, puasa pada bulan ke-9 yang jatuh pada bulan Ramadhan sudah menjadi kemakluman dan kebiasaan rakyat Yerusalem, dengan demikian puasa dibulan tersebut adalah suatu kewajiban.

Balas
staff
12 Agustus 2011 6:13 am
Balasan ke  Fidy

~
Orang Kristen tidak diperintahkan untuk berdoa, berpuasa pada hari maupun bulan tertentu, serta berbagai peraturan Perjanjian Lama. Ini semua adalah paket dari ibadah simbolik yang sifatnya mengingatkan manusia pada janji Allah.

Sejak kedatangan Juruselamat yang dijanjikan Allah yaitu Isa Al-Masih, maka seluruh rangkaian ibadah simbolik sudah tergenapi. Itulah sebabnya kini tidak perlu lagi melakukan upacara penyembelihan binatang korban karena Isa Al-Masih, penggenapan dari seluruh ibadah simbolik, telah dikorbankan di kayu salib.

Orang Kristen melakukan ibadah hakekat, menyembah Allah secara rohani dan bersifat kebenaran (Injil, Rasul Besar Yohanes 4:23). Itulah sebabnya mereka meninggalkan ibadah yang menekankan waktu,tempat, dan postur tubuh. Kini kita menyembah dengan hati, tanpa dibatasi waktu sehingga tidak ada ketentuan hari maupun bulan tertentu.
~
SL

Balas
andy
12 Agustus 2011 3:12 am

*
Bagaimana dengan puasa kita, hanya kita dan Allah yang tahu.

Teman saya banyak yang Nasrani, saya tidak enak kalo tidak tahu tentang Injil. Maaf, Injil yang sekarang sudah versi keberapa? Mengapa isinya selalu berubah? Injil bisa di update secara online tidak?

Terimakasih.

Balas
staff
17 Agustus 2011 12:58 pm
Balasan ke  andy

~
Isa Al-Masih tidak pernah memaksa orang Kristen untuk berpuasa, bahkan tidak membenarkan puasa dari orang –orang yang sombong. Tetapi Isa Al-Masih juga tidak melarang orang berpuasa. Jadi puasa tidak memiliki arti bila bukan merupakan ungkapan hati yang bertobat dan merendahkan diri di hadapan Allah.

Memang ada banyak terjemahan Alkitab, namun isi Injil tidak berubah. Tidak ada seorangpun dapat mengubah atau memusnakannya. Allah memiliki kuasa dan kemampuan untuk menjaga Firman-Nya itu.

Pada saat ini Injil dapat diakses secara online melalui program browser internet.
~
SL

Balas
Gufran Al Rivai Ibra
19 Agustus 2011 6:09 am

*
Bukankah aktifitas keagamaan apapun untuk mengejar pahala/imbalan. Taat kepada Tuhan, katakanlah Tuhan Yesus, juga untuk mengejar keselamatan.

Keselamatan itu sebagai pahala. Begitu juga puasa, untuk keselamatan sebagai bentuk terhadap taat perintah Tuhan.

Balas
staff
19 Agustus 2011 7:20 am
Balasan ke  Gufran Al Rivai Ibra

~
Saudara Gufran,

Setiap umat beragama tentu harus taat melakukan setiap ajaran agamanya. dalam Ke-Kristenan disebut dengan istilah, hidup yang berkenan dihadapan Allah atau hidup sesuai dengan kebenaran firman Allah.

Namun satu hal yang perlu saudara ketahui, walaupun pengikut Isa Al-Masih mempunyai motivasi yang berbeda dengan umat Muslim dalam mentaati perintah agamanya.

Bila dalam Islam, setiap kebaikan atau ibadah keagamaan selalu berkiblat pada pahala, tidak demikian halnya dengan pengikut Isa Al-Masih. Motivasi mereka melaksanakan setiap ajaran kitab sucinya, semata-mata hanya untuk memuliakan Allah dan sebagai ucapan syukur mereka pada Allah, sebab Allah telah menganugerahkan keselamatan bagi mereka. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Injil, Surat Efesus 2:8)
~
SO

Balas
Gufran Al Rivai Ibra
19 Agustus 2011 7:28 am

*
Saya balik bertanya saja, apakah janji keselamatan dari Yesus bukan pahala? Taat pada Yesus bertujuan untuk mengejar keselamatan, itulah pahalanya. Hanya agama anda tidak tegas mengatakan itu.

Tidak ada Yesus menjanjikan masuk neraka bagi yang percaya kepada-Nya.

Balas
staff
20 Agustus 2011 8:50 am
Balasan ke  Gufran Al Rivai Ibra

~
Saudara Gufran,

Keselamatan bukan “pahala”. Tetapi “Anugerah” dari Allah.

Jelas “pahala” dan “anugerah” mempunyai pengertian berbeda. Pahala merupakan imbalan sedangkan anugerah merupakan pemberian cuma-cuma. Pahala bersifat pamrih, tetapi anugerah tidak pamrih.

Perhatikanlah ayat berikut, [b]”Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Injil, Surat Efesus 2:8)

Saudara benar, Yesus tidak pernah menjanjikan neraka bagi pengikut-Nya, sebab Dia telah berjanji, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, Ia mempunyai hidup yang kekal (bukan ‘Insya Allah’) dan tidak turut dihukum sebab ia sudah pindah dari dalam maut (di neraka) ke dalam hidup (sorga)” (Injil, Rasul Besar Yohanes 5:24)

Memang anugerah keselamatan yang dibawa Isa Al-Masih hanya dapat dimengerti oleh mereka yang sudah menerima anugerah keselamatan tersebut.
~
SO

Balas
Gufran Al Rivai Ibra
19 Agustus 2011 12:44 pm

*
Anda begitu bangga menceritakan Yesus mampu berpuasa 40 hari 40 malam sebagai tanda Ke-TuhananNya. Muhammad bukan tidak mampu, cuma tidak mau memberatkan umat-Nya.

Balas
staff
22 Agustus 2011 12:08 pm
Balasan ke  Gufran Al Rivai Ibra

~
Saudara Gufran,

Saya percaya ada manusia yang mampu berpuasa lebih dari Isa Al-Masih tetapi jangan salah duga. Kami tidak mengatakan bahwa karena puasa maka Isa Al-Masih menjadi Tuhan. Tetapi perhatikanlah bahwa dalam kisah puasa Isa Al-Masih yang ditekankan bukan puasanya tetapi kisah perseteruannya dengan Iblis. Bahkan Iblis saat itu ragu bahwa Isa Al-Masih adalah Tuhan karena Isa Al-Masih menaruh diri serendahnya sehingga terlihat sangat manusiawi dan tidak memancar sedikutpun keilahian-Nya.

Mengapa Isa Al-Masih merendah, sehingga Iblispun tidak mengenal-Nya? Karena untuk itulah Isa Al-Masih ke dunia, yaitu menghilangkan jarak antara Allah dan manusia supaya manusia dapat mengenal Allah tanpa ada batas dan mencintai Allah. Bahkan dengan cara itulah manusia dapat diselamatkan. Pada waktu Isa Al-Masih mati, maka Injil mencatat bahwa tabir bait suci yang memisahkan ruang Maha kudus terkoyak. Sehingga tidak ada batasan untuk manusia beribadah kepada Allah.
~
NN

Balas
al-islam
19 Agustus 2011 1:30 pm

*
Saya justru ingin bertanya, siapakah diantara kaum Nasrani yang rajin berpuasa seperti di antara kaum muslim, senin kamis atau selang sehari hingga bertahun tahun. Bila anda cuma menunjuk Yesus sebagai contohnya, bukan diri andaN berarti anda cuma pandai berbicara saja.

Sudah dikatakan oleh moderator, pengikut Yesus tidak boleh menonjolkan diri. Jadi, kalau anda meminta mereka mengacungkan jari, mereka akan diam, tidak seperti anda (mungkin) yang selalu ingin dilihat sedang berpuasa.

Balas
staff
20 Agustus 2011 8:58 am
Balasan ke  al-islam

~
Memang umumnya umat Muslim tidak mengetahui jika orang Kristen pun menjalankan puasa. Mereka tidak mengetahuinya, sebab dalam berpuasa orang Kristen tidak gembar-gembor.

Hal ini sesuai dengan perintah Isa Al-Masih dalam kitab suci-Nya mengenai bagaimana seharusnya orang Kristen dalam berpuasa.

“Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Injil, Rasul Besar Matius 6:17-18)

Demikianlah Isa Al-Masih mengajarkan pada pengikut-Nya, cukup hanya Allah yang mengetahui bila mereka sedang berpuasa.
~
SO

Balas
al-islam
19 Agustus 2011 1:41 pm

*
[quote name=”Gufran Al Rivai Ibra”]Anda begitu bangga menceritakan Yesus mampu berpuasa 40 hari 40 malam sebagai tanda Ketuhanannya. Muhammad bukan tidak mampu, cuma tidak mau memberatkan umatnya. Tahukah anda syaikh Abdul Qadir Jailani, umat Muhammad, berpuasa 70 hari 70 malam,apalagi nabinya. Tapi umat Islam tidak pernah mengatakan syekh abdul qadir sebagai Tuhan.[/quote]
Yesus tidak berpuasa untuk menandakan Ke-Tuhanan-Nya. Yesus berpuasa untuk mempersiapkan diri mewartakan firman yang telah menjadi manusia.

Balas
staff
2 Februari 2012 6:53 am
Balasan ke  al-islam

~
Puasa adalah salah satu bentuk ibadah kita pada Allah. Namun satu hal yang perlu kita mengerti, apakah tujuan kita melakukan puasa tersebut. Apakah hanya sekedar melakukan perintah agama, atau ada motivasi lain?

Isa berkata, “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” (Injil, Rasul Besar Matius 6:16).

Pada artikel di atas kami telah menjelaskan, bahwa tujuan seseorang berpuasa adalah untuk merendahkan diri dan mencari hadirat Allah. Maka, tujuan puasa hanya semata-mata untuk membangun hubungan rohani dengan Allah. Cukup jikalau hanya Allah saja yang mengetahuinya.
~
SO

Balas
al
22 Agustus 2011 4:51 am

~
Orang Kristen tidak diperintahkan untuk berdoa, berpuasa pada hari maupun bulan tertentu, serta berbagai peraturan Perjanjian Lama. Ini semua adalah paket dari ibadah simbolik yang sifatnya mengingatkan manusia pada janji Allah.

Sejak kedatangan Juruselamat yang dijanjikan Allah yaitu Isa Al-Masih, maka seluruh rangkaian ibadah simbolik sudah tergenapi. Maka kini tidak perlu lagi melakukan upacara penyembelihan binatang korban karena Isa Al-Masih penggenapan dari seluruh ibadah simbolik telah dikorbankan di kayu salib.

~
SL

Apakah pernyataan anda diatas pernyataan pribadi, ataukah ajaran dari Yesus ?

Balas
staff
30 Agustus 2011 3:26 am
Balasan ke  al

~
Saudara Al,

Tentulah pernyataan tersebut didasarkan pada ajaran Isa Al-Masih. Beginilah Isa Al-Masih mengajarkan dalam Injil, Rasul Besar Matius 12:5-8“Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia (Isa Al-Masih) adalah Tuhan atas hari Sabat.”

Isa Al-Masih menjelaskan diri-Nya melebihi hukum, bahkan Taurat sekalipun, karena Dia Tuhan atas hukum tersebut.

Dan Isa Al-Masih mendasarkan pengajarannya pada kebenaran batiniah karena apa yang kita perbuat dan perkatakan sesungguhnya lahir dari dalam hati.
~
NN

Balas
walisembilan
1 September 2011 3:41 pm

*
Puasa termasuk rukun agama Islam yang ke 4. Ibadah ini wajib dilaksanakan bagi orang yang sudah memenuhi syarat. Seperti sudah cukup baligh, sehat tubuh jasmaninya dll. Orang-orang yang tidak cukup syarat seperti anak kecil, orang yang sudah tua dan seorang musafir tidak wajib melaksanakan.

Jadi apa alasan untuk tidak melaksanakan sedangkan anda seorang Muslim di negara orang-orang Islam?

Balas
staff
7 September 2011 4:38 am
Balasan ke  walisembilan

~
Puasa itu baik, apalagi bila tujuannya tepat yaitu mempererat hubungan manusia dengan Allah dan sesama.

Puasa bukanlah suatu jalan keselamatan agar manusia diampuni dari dosanya. Sebab usaha apapun yang dilakukan manusia, termasuk puasa, tidak akan membebaskannya dari ancaman siksa neraka. Namun, hanya dengan percaya dan menerima Isa Al-Masih sebagai Tuhan dan juruselamat manusia diselamatkan terlepas dari belenggu maut. Perhatikan ayat di bawah ini:

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah”
(Injil, Surat Efesus 2:8-9). Allah memberikan keselamatan itu melalui diri-Nya yang menjadi manusia yaitu Isa Al-Masih.
~
NN

Balas
Nurul Mucharrom
3 September 2011 5:57 pm

*
Di dalam ajaran Islam, puasa itu ada yang wajib dan sunah. Puasa yang wajib itu untuk menaati perintah Allah, terlepas urusan niatan umatnya yang menjadikannya beban, mencari pahala atau menambah keimanan dan dari situ pulalah yang akan dijadikan tolok ukur kadar keimanan seorang umat, yakni keikhlasannya dalam menjalankan perintahnya.

Adapun puasa sunah, yakni puasa yang berbalut kecintaan hamba kepada Allah, dan seringkali puasanya hanya Allah dan hamba saja yang tahu.

Balas
staff
12 September 2011 11:53 am
Balasan ke  Nurul Mucharrom

~
Saudara Nurul,

Baik sekali pendapat saudara, namun pahamilah bahwa puasa kita tidak berkenan bagi Allah bila manusia yang berpuasa itu masih dalam belenggu dosa. Ibarat tubuh sekalipun dibasuh dengan amal dan ibadah akan tetap saja kotor bila masih menggunakan pakaian lamanya yang berlumur lumpur dosa.

Jadi siapakah yang telah ditetapkan untuk membasuh manusia bersih dari dosa dan bersih dari pakaian lama yang kotor oleh lumpur dosa tersebut?

Isa Al-Masih jawabannya. “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Isa Al-Masih), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya (Isa Al-Masih) kita dapat diselamatkan.” (Injil, Surat Kisah Para Rasul 4:12)
~
NN

Balas
alex
20 September 2011 2:05 am

*
Mohon penjelasan dan uraian yang lebih detil dari staf pengasuh forum ini tentang “Puasa tidak dapat menghapuskan dosa atau pun membawa kepada surga. Karena usaha apapun yang dilakukan manusia tidak akan dapat membawa kepada keselamatan. Hanya Allah yang dapat memberikan keselamatan dalam Isa -Al-Masih”.

Pertanyaaan saya, apakah di dalam ajaran Kristen, sebuah kejahatan atau amal kebaikan seseorang tidak menjadi penilaian oleh Sang Penguasa (Allah) setelah kematiannya?

Terima kasih atas penjelasannya.

Balas
staff
20 September 2011 4:19 am
Balasan ke  alex

~
Saudara Alex,

Keselamatan adalah anugerah Allah, bukan usaha manusia. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Injil, Surat Efesus 2:8-9).

Seorang Kristen yang telah menerima anugerah keselamatan dalam Isa Al-Masih, motivasi mereka melakukan setiap amal kebaikan, bukan untuk mencari pahala seperti umat Muslim. Semuanya mereka lakukan semata-mata sebagai ucapan syukur pada Allah atas nikmat yang telah Allah berikan.

Karena mereka mengasihi Allah, yang telah memberi anugerah keselamatan dalam Isa Al-Masih, mereka ingin mentaati setiap perintah Allah yang terdapat dalam kitab suci. Itulah sebabnya, seorang Kristen yang telah benar-benar bertobat, mereka tidak akan melakukan dosa atau kejahatan, bukan karena takut dosa, tetapi karena mereka mengasihi Allah dan ingin menyenangkan hati Allah.

“Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa” (Injil, Surat Roma 6:6).
~
SO

Balas
alex
20 September 2011 8:20 am

*
Terima kasih atas penjelasannya saudaraku, namun saya masih belum mantap.

Kalau memang bahwa karunia kasih itu hanya pemberian Tuhan saja yang tidak ada hubungannya dengan usaha manusia, lalu untuk apa kita berbuat kasih? Apakah hanya untuk kita persembahkan untuk Allah saja, atau hanya untuk diri sendiri atau bukan untuk siapa-siapa?

Menurut saya seharusnya sorga dan neraka sudah dipersiapkan di akhirat nanti, terlepas apakah manusia itu berbuat hanya untuk mendapatkan sorga atau sebaliknya, karena takut adanya neraka.

Kalau sorga dan neraka itu tidak ada di akhirat nanti maka keadilan hakiki itu tentu tidak akan pernah ada.

Mohon pencerahannya saudaraku, yang logis sesuai dengan hati nurani dan ajaran kasih Yesus yang sebenarnya.

Balas
staff
3 Februari 2012 8:32 am
Balasan ke  alex

~
Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa keselamatan atau masuk ke sorga semata-mata karena kasih karunia melalui iman di dalam Isa Al-Masih (Injil, Surat Efesus 2:8). Seseorang diselamatkan melalui iman – hanya oleh iman saja. Pada saat seseorang sungguh-sungguh percaya pada Isa Al-Masih, dia diselamatkan dan keselamatannya terjamin.

Setelah diselamatkan, artinya sudah dijadikan manusia baru, sifat manusia lama diubahkan menjadi sifat baru dalam Isa Al-Masih. Orang Kristen mutlak harus berbuat baik sebagai bukti bahwa dirinya telah diselamatkan. “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”. (Injil, Surat Efesus 2:10).

Memang benar bahwa sorga dan neraka itu ada. Sorga adalah tempat yang disediakan bagi orang yang menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat. Sedangkan nereka disediakan bagi orang yang menolak-Nya.

“Barangsiapa percaya kepada Anak (Isa Al-Masih), ia beroleh hidup yang kekal (sorga), tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak (Isa Al-Masih), ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya (neraka).” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:36)
~
SL

Balas

Sidebar Utama

Artikel Terbaru

  • Isa Al-Masih Memberi Pengetahuan Tentang Hari Kiamat
  • Kisah Mukmin menemukan Surga Melalui Mimpi Baik Dari Allah
  • Cara Bertaubat Dari Dosa Zina Yang Pasti Allah Terima!
  • Kisah Mukmin Saudi Mengalami Keajaiban Sembuh dari Kanker!
  • Wudhu Adalah Membersihkan Diri! Dapatkah Membersihkan Dosa?

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • Doa-Doa yang Pasti Dikabulkan Allah
  • Wudhu Adalah Membersihkan Diri! Dapatkah Membersihkan Dosa?
  • 4 Fakta Penting Tentang Isa Al-Masih dari Surah Al-Baqarah
  • 5 Mukjizat Nabi Isa Dalam Al-Quran yang Paling Besar!
  • 8 Alasan Utama Orang Beragama Pindah Masuk Kristen

Artikel Yang Terhubung

  • Menjadi Hamba Allah atau Anak Allah, Mana yang Terbaik?
  • 3 Kunci Berhasil Puasa Menurut Isa Al-Masih
  • Isa Al-Masih Berkata, “Puasa Tidak Menyelamatkan!”
  • Islam atau Kristen – Manakah Agama Damai?
  • Islam Dan Kristen Bertanya: Siapa Lebih Mulia, Adam Atau Isa…

Footer

Aplikasi Isa Dan Islam

Aplikasi Isa dan Islam merupakan aplikasi smartphone yang dapat Anda download GRATIS!

App Isadanislam

Renungan Berkala Isa dan Al-Fatihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Social Media

Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
Hak Cipta © 2009 - 2023 Dialog Agama Isa dan Islam. | Kebijakan Privasi |
Kebijakan Dalam Membalas Email
| Hubungi Kami

wpDiscuz