Saya, Jamal, berlutut dalam lumpur di ladang brokoli jam satu subuh. Di sana saya berdoa, “Allah, saya tahu Engkau ada. Saya ingin dekat dengan-Mu, Allah. Tapi saya selalu merasa jauh. Mengapa Engkau Allah yang jauh dari saya?!”
Malam itu majikan menugaskan saya memindahkan pipa-pipa irigasi pada ladang seluas 40 hektare. Setiap dua jam saya matikan mesin diesel dan memindahkan 30 pipa irigasi terhadap 20 deretan brokoli.
Waktu itu bintang-bintang di langit cemerlang. Angin bertiup sepoi-sepoi. Semuanya tenang sekali dan sungguh indah. Saya belum pernah menikmati malam hari yang begitu bagus dan elok.
Saya tahu semuanya hasil ciptaan Allah! Saya merasa terpaksa berdoa. Tetapi sayang! Rasanya Allah jauh dari saya. Seakan-akan ada tembok besar memisahkan saya dari Dia!
Sangat sulit merobohkan tembok pemisah itu. Mungkin Anda seorang Mukmin, walau ingin dekat dengan Allah, tapi merasa jauh dari-Nya. Dengan membaca kisah saya berikut ini, Anda akan tahu cara merasa dekat dengan Allah.
Kehidupan Saya dari Kecil
Saya selalu percaya akan Allah tetapi merasa Ia terpisah jauh sekali dari saya. Seakan-akan Ia tidak perduli, tidak memperhatikan saya. Saya merasa kecil dan tidak berarti. Ayah saya, sewaktu-waktu, mendorong adik dan saya untuk sembahyang, tetapi ia tidak konsisten.
Keluarga kami sangat miskin. Ayah dan ibu saya tidak pernah beribadah. Ayah saya sangat baik dan bekerja keras dari pagi hingga malam hari untuk menafkahi keluarganya. Sayang, ia selalu capai dan tidak punya waktu untuk beragama. Sehingga pendidikan rohani saya sangat kurang.
Pengalaman di Sekolah
Selama di SLA saya kurang fokus belajar. Orang tua saya juga kurang memperhatikan saya. Ayah tiap hari kerja keras. Ibu sering sakit. Mata pelajaran yang saya senangi adalah olahraga, yaitu basket. Seperti pemuda pada umumnya, saya tertarik pada seorang gadis.
Satu malam waktu kelas 3 SLA saya keluar bersama pacar. Kami naik sepeda motor dan pergi ke kota lain untuk makan. Pada waktu pulang, sekitar 11:00 malam, terjadi kecelakaan dimana sepeda motor saya hancur.
Pacar saya mengalami luka berat dan pingsan. Saya mendapat luka di wajah dan berdarah. Saat itu saya sangat takut. Takut pacar saya akan meninggal!
Bertahun-tahun saya jarang memikirkan Allah tetapi malam itu saya sangat takut. Saya berdiri di dekat pacar dan berdoa, “Allah, selamatkanlah pacar saya. Kalau ia tidak meninggal, saya berjanji akan menjadi rajin beramal dan sembahyang.”
Ajaib, pacar saya tidak meninggal!
Karena janji itu, saya mulai beribadah dengan serius. Tetapi siapa Allah? Dimanakah Dia? Khotbah-khotbah sangat membosankan. Saya kurang suka sembahyang. Bagi saya, sembahyang agak membosankan. Akibatnya saya tidak merasa dekat, malah tetap merasa jauh dari Allah.
Tujuan Masuk Pendidikan Lanjutan
Sesudah tamat SLA saya mau melanjutkan pendidikan. Tetapi, karena keluarga kami miskin, tidak mungkin ayah dapat membiayai uang kuliah.
Lalu saya bekerja dengan seorang petani yang agak kaya. Memang, bekerja di kebunnya tidak menghasilkan banyak uang. Namun sedikit demi sedikit saya dapat mengumpulkan uang kuliah.
Di malam yang indah itu saya berlutut dalam lumpur di ladang brokoli. Saya sadar kembali bahwa Allah ada. Ciptaan alam yang begitu indah tidak terjadi dengan sendirinya. Pasti ada Pencipta. Tetapi apakah Ia peduli akan saya? Apakah mungkin Ia tahu siapa saya, nama saya?
Bagaimana saya dapat mengenal Dia? Apakah Ia mau berhubungan dengan saya? Pertanyaan-pertanyaan ini sangat membingungkan saya. Saya tetap merasa jauh dari Allah. Seperti saya sebutkan di atas, seakan-akan ada tembok tebal dan tinggi memisahkan saya daripada-Nya!
Pengertian Baru tentang “Tembok” antara Saya dan Allah!
Satu bulan sebelum masuk kuliah, kakak pacar saya mengundang saya keluar makan bersama. Dia menyetir mobil ke kota lain.
Sepanjang perjalanan dia menjelaskan bahwa Allah sangat ingin dekat dengan saya. Masalahnya, katanya, dosa-dosa saya merupakan tembok antara Allah dan saya. Itu sebabnya saya tidak merasa dekat dengan Allah.
Sekaligus ia mengucapkan kepada saya ayat suci, “Dosa-dosamu adalah penghalang, tembok yang memisahkan kamu dari Allah. Ini sebabnya Ia tidak mendengarkan waktu kamu berdoa” (Kitab Nabi Yesaya 59:2, parafrasa).
Saya heran! Allah ingin dekat dengan saya tetapi tembok dosa saya memisahkan saya daripada-Nya!
Kakak pacar saya menjelaskan lebih lanjut, saya hanya dapat mengenal Allah bila lebih dahulu tembok dosa itu dihancurkan. Katanya, kalau tidak dirobohkan, saya akan selalu merasa terpisah dari Allah.
Kami tiba di rumah makan. Sesudah ia memarkir mobil dan kita duduk di meja saya bertanya lagi, “Bagaimana cara merobohkan tembok dosa itu?”
Ia membuka Kitab Allah dan membaca ayat suci lagi dari Kitab Nabi Besar Yesaya. Bunyinya, “Ia dilukai dan ditikam karena segala kejahatan kita. Ia dihukum supaya kita diselamatkan. Kita sekalian tersesat seperti domba. Kita mau cari jalan sendiri. Allah menanggungkan segala kesalahan dan dosa kita ke atas Dia” (Kitab Nabi Yesaya 53:5-6).
Saya bertanya, “Siapa ditikam karena kesalahan saya? Siapa menanggung kesalahan saya?”
Kakak pacar saya menjawab, “Jamal, Allah mau merobohkan tembok dosa yang memisahkan kamu dari Dia. Isa Al-Masih menanggung segala dosa dan kesalahan kamu! Kalau kamu percaya kepada-Nya, tembok dosa itu akan roboh. Kamu akan mengenal Allah. Ia akan bersama-sama dengan kamu selama-lamanya.”
“Tembok” yang Memisahkan Saya dan Allah Roboh!
Malam itu, 30 Agustus 1965, saya percaya bahwa Isa Al-Masih di kayu salib menanggung dosa saya. Ia telah merobohkan tembok dosa itu. Sejak malam itu, Allah selalu dekat dengan saya, melindungi saya dan memimpin saya. Walaupun masih ada masalah hidup yang menantangi, saya tidak merasa sendirian lagi!
Mungkin Anda adalah Mukmin yang merasa jauh dari Allah. Anda tidak perlu hidup terpisah dari Dia. Serahkanlah dosa Anda kepada Isa Al-Masih. Seperti saya, tembok dosa Anda akan roboh dan Anda juga akan menikmati hubungan yang dekat dengan Allah!
Berikut ini ada janji indah untuk Anda. “Sekali-kali Aku [Allah] tidak akan meninggalkan engkau! Sekali-kali Aku tidak akan membiarkan engkau” (Injil, Surat Ibrani 13:5).
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa “tembok” merupakan metafora yang baik untuk menjelaskan bagaimana kita merasa terpisah dari Allah? Jelaskan jawaban Saudara.
- Apakah Saudara pernah merasa jauh dari Allah? Ceriterakan pengalaman dan perasaan Anda!
- Mengapa sebagian orang tidak perduli mengenai hubungan dekat dengan Allah? Bagaimana kita dapat memotivasikan mereka untuk mendekati Allah?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Allah Tak Pernah Mengabaikan Anda!
- Empat Hal yang Allah Ingin Anda Ketahui
- Apakah Allah itu Dekat atau Jauh bagi Muslim
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].