Apakah Allah itu dekat atau jauh dari kita?
Ideologi adalah sistem ide dan gagasan yang mempengaruhi nilai hidup dan perilaku manusia. Cara pandang terhadap Allah mempengaruhi cara kita beribadah. Contohnya, apakah kita memandang Tuhan sebagai Allah yang dekat atau Allah yang jauh, menentukan sikap hati saat berdoa kepada Allah.
Pandangan Allah yang Jauh vs Dekat
Semua agama percaya bahwa Tuhan adalah Allah yang Mahakuasa, tinggi di atas segalanya. Dialah pencipta yang Maha Besar. Tentu kita semua patut sujud dan menyembah-Nya.
Islam mengajarkan, “. . . Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (Qs 2:255).
Namun, apakah Allah yang Maha Besar itu mau berkomunikasi dengan manusia? Apakah Allah yang “jauh” mau mendekat untuk peduli dengan kehidupan sehari-hari? Apakah kita bisa mengenal Allah secara dekat, ataukah “sekadar” mentaati perintah-Nya saja?
Silakan menjawab semua pertanyaan di atas lewat email ini.
Jika ideologinya melihat Allah sebagai yang Maha Besar saja, maka ibadah akan berfokus pada sujud menyembah-Nya dengan sangat takut dan gentar. Kita perlu mentaati semua peraturan-Nya supaya terhindar dari hukuman.
Gambaran Allah Itu Dekat
Walau semua hal di atas terkesan baik, penulis menemukan hanya dalam Kitab Allah digambarkan secara lebih lagi yaitu sebagai Allah yang dekat. Injil memberikan gambaran hubungan dengan Allah secara sangat pribadi.
Contohnya, kita digambarkan sebagai:
1. Teman dari Allah
Dalam Injil, Surat Yakobus 2:23, Allah mengatakan: “. . . Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”
Teman atau sahabat adalah sebutan yang melambangkan kedekatan. Allah mau berteman dengan kita dan perduli dengan keadaan hidup sehari-hari. Ini adalah gambaran mengenai Allah yang berbeda dari banyak kepercayaan lainnya.
2. Anak dari Allah
“. . . kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’” (Injil, Surat Roma 8:15).
Pola pikir ini sangat luar biasa! Allah mau menerima manusia biasa untuk menjadi anak-Nya.
Allah menjadi Bapa berarti Ia mau peduli dengan kehidupan kita. Ia mau mengurus, melindungi, menolong, dan mengayomi manusia.
Sampaikan pandangan Anda di sini mengenai konsep Allah di atas.
Allah tidak jauh dan mau bersahabat dengan Anda! Pola pikir ini memberikan dimensi baru dari kepercayaan kita. Ibadah bukan sekadar keharusan melainkan kerinduan. Kita mentaati perintah-Nya bukan karena takut hukuman, melainkan karena bersyukur atas semua kebaikan-Nya. Kita menyembah Allah dengan penuh sukacita karena kasih-Nya.
Jalan untuk Mendekatkan Diri
Kadang kita ragu bagaimana mungkin Allah yang Maha Besar mau menjadi dekat dengan manusia berdosa? Sering kita merasa tidak layak beribadah kepada-Nya. Mungkin kita merasa jauh dari Allah.
Untuk alasan inilah Isa Al-Masih datang ke dalam dunia menjadi “Pembuka Jalan” manusia dengan Allah. Isa yang dapat menyucikan manusia dari segala dosa. Jika mau percaya kepada Isa, maka Allah yang Mahakuasa bisa menjadi dekat dengan kita.
“Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus [Isa Al-Masih] kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus” (Injil, Surat Efesus 2:13).
Mari kita membuka hati untuk menerima Isa Al-Masih agar bisa mengenal dari dekat Allah yang kita sembah.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Lihat artikel ini dalam bentuk video
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apa yang pendapat Saudara mengenai dampak perbedaan ideologi dalam cara ibadah kita?
- Apa pendapat Saudara mengenai Allah tidak jauh dengan manusia secara pribadi?
- Apakah manusia berdosa bisa mendekat kepada-Nya? Jelaskan jawaban Saudara!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Mengapa Orang Kristen Memanggil Allah Sebagai “Bapa”?
- Mengapa Sebaiknya Muslim Mengenal Allah Sebagai “Bapa”
- Orang Islam, Kristen dan Kedekatan Allah
- Hubungan Orang Kristen Dengan Allah Menurut Pandangan Alkitab
- Sahabat Terbaik Bagi Kaum Mukmin, Siapakah Dia?
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].