Apakah Anda pernah merasa ragu-ragu bila Allah menerima puasa Anda? Mungkin Anda merasa malu karena perasaan itu. Sebenarnya, tidak sedikit Muslim yang merasa demikian.
Jadi, bagaimana cara agar puasa diterima Allah? Atau, bagaimana kita bisa tahu jika Allah akan berkenan kepada puasa kita? Apakah kita harus menunggu sampai hari kiamat untuk mengetahui jawabannya?
Mengapa Penting Kita Tahu Cara Agar Puasa Diterima Allah?
Kami setuju bahwa pertanyaan itu sangat penting. Karena setiap tahun jutaan Muslim berpuasa selama 30 hari. Dan jika Allah tidak akan menerima puasa mereka, banyak orang sudah menderita sia-sia. Misalnya, terkadang umat Islam yang tinggal di Kanada harus berpuasa selama 20 jam sehari.
Bukan hanya itu. Menurut ajaran Islam, jika puasanya tidak diterima Allah, itu termasuk dosa besar. Sepertinya mereka tidak berpuasa. Akibatnya, mereka susah masuk surga, bukan?
Dapatkah Kita Tahu Jika Puasa Kita Akan Diterima?
Menurut situs-situs Islam, cara agar puasa diterima Allah, jika:
- Menjaga anggota tubuh dari setiap aktivitas yang Allah benci
- Menjaga perkataan dari gosip dan bohong
- Memperbanyak dzikir dan sholat
- Menjaga pandangan dari sesuatu yang Allah haramkan
- Jangan menghadirkan perasaan takut (akan neraka, jin, jika puasanya akan diterima, dll)
Apakah Anda selalu mengikuti semua hal di atas dengan sempurna? Ataukah terkadang merasa sombong, berbuka puasa sebelum jamnya, atau berdosa pada bulan Ramadan?
Adz-Dzahabi dalam Al-Kabair mengatakan bila tidak berpuasa ketika bulan Ramadhan tanpa alasan yang sangat kuat, itu termasuk dosa besar.
Lebih dari itu, satu situs Islam lain mengatakan, “Dia [Allah] yang berhak menentukan ibadah diterima atau tidak.”
Kalau begitu, bagaimana bisa yakin jika Allah akan menerima puasa kita? Silakan menjawab di sini.
Dapatkah Kita Punya Jaminan?
Sebenarnya, kita bisa mempunyai jaminan bahwa Allah menerima puasa kita. Menurut ajaran Isa Al-Masih, hal pertama dan terpenting adalah hati yang suci. Inilah cara agar puasa diterima Allah: “memiliki hati yang bersih dari dosa.”
Memang, kita masih harus berpuasa sesuai dengan perintah-perintah Allah. Misalnya, jangan menarik perhatian orang lain, jangan sombong, dll. Jadi, kita tidak harus menunggu sampai hari terakhir.
Hati Yang Suci Mengakibatkan Penerimaan Oleh Allah
Bagaimana cara mendapat hati yang suci? Isa Al-Masih sudah menjadi pengantara buat kita.
“Karena Allah itu esa dan esa pula Dia [Isa Al-Masih] yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus [Isa Al-Masih], yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia” (Injil, 1 Timotius 2:15).
Walau Anda mungkin berdosa besar dan banyak, Isa dapat mengampuni semuanya.
Jika Isa sudah menyucikan hati Anda, Allah bukan hanya akan menerima puasa Anda. Tetapi, Allah juga akan menerima Anda sebagai satu anggota keluarga-Nya di sorga. Anda akan diberkati di bumi ini dan di sorga.
Jika mau masuk ke dalam keluarga Allah, percayalah kepada Isa hari ini! Atau juga bisa hubungi kami.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Lihat artikel ini dalam bentuk video
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa sangat penting Allah menerima puasa kita? Apa akibatnya jika puasa kita tidak diterima Allah?
- Apakah Saudara yakin bahwa Allah akan menerima puasa Saudara setiap tahun? Jelaskan alasannya!
- Setelah membaca artikel di atas, bagaimana caranya diterima Allah di surga? Mengapa lebih baik kalau percaya kepada Isa?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Cara Agar Puasa Diterima Allah dan Anda Berkenan Kepada-Nya” Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Gol Utama Warga Islam Pada Bulan Ramadhan
- Tiga Kunci Berhasil Puasa Menurut Isa Al-Masih
- Apakah Pengertian Puasa Ramadan Yang Benar?
- Isa Al-Masih Berkata, “Puasa Tidak Menyelamatkan!”
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
~
Maaf saya sedang berpuasa, sehingga saya tidak mau berdebat panjang lebar. Yang jelas dalil tentang keutamaan berpuasa adalah di [Al-Baqarah : 184] dan [A-Ahzab : 35] dimana Allah SWT memberikan ganjaran yang besar berupa pahala. Dan adanya perintah berpuasa di Bulan Ramadan seperti sekarang merupakan kewajiban kami untuk berpuasa dan beribadah. Dan kami yakin dengan apa yang kami dapat sesuai dengan (QS.Muhammad:7). Dan untuk menjawab “Dia [Allah] yang berhak menentukan ibadah diterima atau tidak.”. Kami muslim beriman percaya 100%, bila ibadah kami diterima selama kami yakin dan menjauhi segala larangan serta dosa-dosa.
~
Saudara Fuad,
Kami tidak sedang mengajak saudara untuk berdebat. Sebaliknya, kami mengajak saudara berdiskusi. Itu sebabnya, kami berharap saudara memikirkan makna puasa sesungguhnya. Benarkah Allah SWT akan menerima puasa saudara sekalipun saudara telah menjauhi segala larangan dan dosa-dosa? Apa buktinya? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
Kalau tidak yakin diterima, mendingan tidak puasa saja, tapi kalau tidak puasa berdosa. Mau terima atau tidak, yang penting kewajiban sebagai seorang Muslim, sudah dilaksanakan. Judulnya harusnya: penyebab tidak diterima amal ibadah kita, bukan ibadah kita diterima tidak ya, tidak usah dipikirkan. Yang kita pikirkan “penyebabnya apa”, selebihnya kita berdoa kepada Allah agar ibadah kita diterima.
Namanya ikhtiar dan tawakkal. Jangan dipikirkan, diterima tidak. Tidak jalan-jalan itu ibadahnya. Jika tidak mengerjakan puasa, maka hukumnya berdosa “lebih parah, bukan? Begitulah, cara mengambil sebuah kesimpulan. Kata siapa tidak boleh mengambil sebuah kesimpulan.
~
Saudara Hakkulah,
Menarik sekali pemikiran saudara. Saudara beribadah tetapi tidak tahu apakah ibadah itu diterima atau tidak. Bukankah ini sama dengan memilih kucing dalam karung? Artinya tidak ada kepastian dan kejelasan. Bukankah seharusnya Al-Quran yang menjadi panduan agar ibadah puasa diterima atau tidak? Nampaknya dalam hal ini, Al-Quran bukan menjadi tuntunan dan panduan agar puasa diterima.
Pertanyaannya, mengapa Muslim tidak menjadikan Al-Quran sebagai panduan agar puasa diterima? Bukankah Al-Quran dianggap sebagai kitab penyempurna?
~
Solihin
~
Terima kasih admin yang sudah membuka wawasan tentang puasa yang benar namun yang jadi pertanyaan bagaimana teman-teman Muslim yang melanggar aturan-aturan menjaga anggota tubuh dari setiap aktivitas yang Allah benci. Menjaga perkataan dari gosip dan bohong. Memperbanyak dzikir dan sholat. Menjaga pandangan dari sesuatu yang Allah haramkan. Jangan menghadirkan perasaan takut (akan neraka, jin, jika puasanya akan diterima, dll).
~
Saudara Juned,
Melanggar aturan berarti berbicara tentang hukuman. Dalam hal ini, kami bukan hakim dan tidak mau menghakimi. Sebab hanya Allah dan yang bersangkutan yang mengetahui apa yang dilakukan. Kami mempersilakan Allah yang menghakimi, bukan manusia atau kami.
Sebab Isa Al-Masih melarang untuk menghakimi sesama. Namun, hal ini menjadi menarik mengingat puasa harus menjaga diri. Hal ini bukan saja terkait mengendalikan nafsu makan, tetapi lebih dari itu, yaitu menjaga hati, pikiran, perkataan, mata, bibir, dan sebagainya.
~
Solihin
~
Fuad,
Jangan debat, mari diskusi dengan santai. Puasa adalah perintah allah Quran? Puasa memberikan pahala besar, selain itu? Mengapa pahala yang besar tidak memastikan saudara ke surga, bahkan nabi saudara yang lebih taat dari semua muslim (menurut muslim) tidak dijamin allah Quran ke surga (QS 46:9)?
Hakkullah,
Jika tidak puasa maka berdosa, bukankah allah saudara yang memerintah agar berdosa dan setelah itu minta ampun, apakah saudara menolak allah Quran (HR. Muslim, 2748 b)?
Juned,
Kebanyakan cara muslim menghindar batal puasa yaitu dengan cara jasmani seperti menutup tempat makan, tidur, sahur sebanyak mungkin waktu subuh, dll. Tapi ada juga yang tulus walau hal ini sebenarnya keharusan?
~
Saudara Park,
Memang diperlukan pemahaman yang benar mengenai puasa. Seyogianya panduan untuk mengetahui diterima atau tidaknya puasa seorang Muslim berasal dari Al-Quran. Namun, nampaknya rekan-rekan Muslim di sini belum menyelidiki mengenai hal ini dalam Al-Quran. Terima kasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin
~
Kalian mengatakan bahwa menurut ajaran Islam, puasa yang tidak diterima Allah, itu termasuk dosa besar karena sama dengan tidak berpuasa. Kalian berdusta. Tak ada seorang pun ulama yang pernah mengatakan seperti apa yang kalian katakan. Apabila seseorang yang sedang berpuasa tidak menahan diri dari perbuatan maksiat, seperti perkataan sia-sia dan berkata kotor atau porno, serta tidak meninggalkan perkataan dusta dan lain-lain. Puasanya orang seperti ini tetap sah, hanya saja tidak memperoleh pahala di sisi Allah.
~
Saudara Bileam,
Kami senang bila saudara dapat membuktikan bahwa kami pernah menyatakan “menurut ajaran Islam, puasa yang tidak diterima Allah, itu termasuk dosa besar karena sama dengan tidak berpuasa.” Bagaimana saudara?
Kami menanyakan demikian. Sebab kami selalu meminta klarifikasi kepada saudara-saudara Muslim mengenai ajaran mereka dan tidak pernah membuat kesimpulan. Karena itu, kami bertanya kepada saudara. Apakah puasa dapat menjamin masuk sorga? Apa tolok ukur puasa seseorang diterima Allah SWT? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
Park: “Jika tidak puasa maka berdosa, bukankah allah saudara yang memerintah agar berdosa dan setelah itu minta ampun, apakah saudara menolak allah Quran (HR. Muslim, 2748 b)?”
Respon:
Bukan kita menolak Al-Quran, tapi menolak cara penyimpulan anda dalam sebuah ayat Al-Quran dan hadits. Jadi, tidak diperintahkan, siapa yang mau mengikuti pemahaman anda? Kalau mau pahami hadits, pahamilah secara realitas.
~
Saudara Hakkulah,
Menarik sekali pernyataan saudara. Memang diperlukan pemahaman yang obyektif untuk memahami sebuah kitab. Kami berharap saudara dapat membantu kami dengan menyertakan dalil dari Al-Quran.
Apakah setiap orang yang berpuasa pasti diterima Allah SWT? Apa dasarnya? Tertulis dimanakah itu dalam Al-Quran?
~
Solihin
~
Bulan ramadon adalah bulan penuh ampunan banyak yang berpuasa tapi bagaimana kita tahu bulan ramadon itu bulan Mei sedangkan dari dulu berganti-ganti bulan pernah pun dulu di bulan September dulu. Lalu kenapa harus lihat anak bulan sedang banyak yang tidak bisa lihat tapi tetap ikut-ikutan saja kapan ditentukan oleh Arab. Tolong dijawab atau dikoreksi.
~
Saudara Ingin Belajar,
Saudara memberikan pernyataan dan pertanyaan yang menarik. Kami berharap saudara-saudara Muslim di forum ini dapat menjawabnya. Terima kasih.
~
Solihin
~
Umat Islam yang kurang sempurna dalam menjalankan ibadah puasa karena terselip perbuatan dosa-dosa kecil, dapat berharap zakat fitrah yang akan kami tunaikan nanti akan dapat menutupi kekurangan-kekurangan kami dalam menjalankan puasa sehingga dapat menjadi sempurna. Karena zakat fitrah juga dapat mensucikan ibadah puasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan-perkataan kotor, sebagaimana disebutkan dalam Hadits berikut ini:
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ahmad bin Basyir bin Dzakwan dan Ahmad bin Al Azhar keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Marwan bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Yazid Al Khaulani dari Sayyar bin ‘Abdurrahman Ash Shadafi dari Ikrimah dari Ibnu Abbas ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah, ia sebagai pensuci dari perbuatan sia-sia dan perkataan kotor orang yang berpuasa, dan sebagai pemberian makan kepada orang-orang miskin. Barangsiapa menunaikannya sebelum shalat ‘ied maka zakatnya diterima, dan barangsiapa menunaikannya setelah shalat, maka ia hanyalah salah satu bentuk sedekah.” (Sunan Ibnu Majah: 1817)
~
Saudara Bileam,
Kami menghargai kutipan hadits di atas. Bila kita mencermati hadits tersebut, maka kita mengetahui bahwa hadits merupakan ucapan dan tindakan nabi saudara. Ini berarti tidak ada kepastian di dalamnya, bukan? Sebab yang menjamin sorga adalah Allah SWT, bukan nabi saudara, bukan?
Pertanyaannya, mengapa saudara mendasarkan penerimaa puasa pada hadits, dan bukan pada Al-Quran? Mohon pencerahan.
~
Solihin
~
Salah paham lagi. Harus tahu penyebabnya tidak diterima ibadah kita, bukan kita tidak tahu diterima atau tidak, mau tahu? Silakan baca surat alkahfi ayat terakhir. Maka itu, jauhilah penyebat tidak diterima ibadah kita bukan kita tidak tahu amal kita diterima atau tidak. Kalau kita tidak diterima, pasti Allah akan bukakan tabir penyebabnya dan itu ada hadits panjang lebar, di mana Allah berdialogi dengan hamba-hamba-Nya.
“Pertanyaannya, mengapa Muslim tidak menjadikan Al-Quran sebagai panduan agar puasa diterima? Bukankah Al-Quran dianggap sebagai kitab penyempurna?”
Respon: pertanyaan anda salah. Seharusnya, penyebabnya tidak diterimanya apa? Ada dalam Al-Quran dan hadits.
~
Saudara Hakkulah,
Saudara memiliki pertanyaan yang sama dengan yang disampaikan oleh kami. Namun, saudara melihat dari sisi negatif, sedangkan kami melihat dari sisi positif. Padahal intinya sama. Bila kita harus tahu penyebabnya, maka apa penyebab itu? Mohon saudara menjelaskan dengan dalil. Kami telah membaca surah Al Kahfi bagian terakhir, tetapi tidak menjelaskan tentang terima atau tidak diterima puasa seseorang.
~
Solihin
~
Ingin belajar,
Apakah anda tidak mengetahui perhitungan Kalender Hijriah? Dimana patokan dari kalender tersebut adalah menggunakan siklus penampakan bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya dalam kalender Islam adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan hitungan satu tahun kalender hijriyah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan penghitungan satu tahun dalam kalender masehi yang berdasarkan pada tahun tradisional yang dihitung sejak kelahiran Nabi Isa AS.
Jadi wajar saja, bulan Ramadan selalu berputar (karena melihat siklus bulan) dan bulan Masehi selalu diam tidak bergeser, karena kita memakainya sehari-hari.
~
Saudara Dani,
Kami berterima kasih karena saudara telah menjawab pertanyaan saudara Ingin Belajar. Tentu pertanyaan ini baik sekali. Namun, kami berpendapat bahwa siklus bulan ataupun puasa tidak menentukan bahwa kita diterima Allah.
Pertanyaannya, apakah dengan mengetahui waktu yang tepat untuk berpuasa dan melakukan puasa menjadikan kita diterima Allah? Apa indikator bahwa puasa diterima Allah? Mohon tuliskan dalilnya.
~
Solihin
~
Terimaksih admin untuk pencerahannya. Tetapi menurut yang saya yakini puasa itu adalah meminta ampunan di hadapan Allah dan bersifat pribadi yang artinya hanya saya dan Tuhan yang menerima puasa tanpa orang lain tahu apakah saya puasa atau tidak. Saya kadang merasa aneh kalau seseorang ingin dihargai saat dia berpuasa. Pencitraankah atau hanya sebuah kesombongan supaya dikatakan hebat oleh orang lain?
~
Saudara Fiel,
Kami setuju dengan pandangan saudara tersebut. Kami kira saudara adalah satu-satunya yang pernah kami temukan di forum ini yang memiliki pandangan yang tepat mengenai puasa, yaitu puasa bersifat pribadi, tanpa harus diketahui siapapun.
Mengacu pada firman Isa Al-Masih, maka puasa yang demikian mendapatkan upah dari Allah (Injil, Rasul Besar Matius 6:16-18). Puasa pun bisa memiliki tujuan untuk memohon ampunan dari Allah seperti bangsa Niniwe di mana Nabi Yunus memperingatkan mereka atas dosa yang dilakukan. Kami berharap saudara berkenan membaca Alkitab untuk mengetahui makna puasa sesungguhnya.
~
Solihin
~
“Apakah setiap orang yang berpuasa pasti diterima Allah SWT? Apa dasarnya? Tertulis dimanakah itu dalam Al-Quran?”
Respon:
Pertanyaan anda salah, penyebab tidak diterima puasa apa atau apa saja yang membatalkan puasa ramadhan? Jadi tujuan anda bertanya untuk apa? Berarti anda intoleran. Buat apa saya tanya anda makan daging babi? Buat apa saya tanya anda, bolehkan makan daging babi?
~
Saudara Hakkulah,
Baiklah! Bila pertanyaan kami keliru, maka kami mengikuti pertanyaan saudara. Apa saja yang membatalkan puasa? Mengapa itu bisa batal? Jika demikian, apa ukuran puasa diterima Allah? Tentu saudara perlu tahu standar puasa yang diterima Allah agar saudara tidak beribadah dalam kebingungan, bukan?
Kami mengajukan pertanyaan karena ingin tahu makna puasa sesungguhnya bagi Muslim. Adakah pertanyaan tersebut mengganggu saudara sehingga saudara menyatakan bahwa kami intoleran? Kami kira kesimpulan demikian terlalu dini. Mohon saudara berkenan menjawab pertanyaan kami di atas.
~
Solihin
~
Saudara Dani,
Terima kasih saudara sudah menjawab. Tapi jika bulan puasa berganti-ganti siapakah yang menentukan bulan “puasa” itu apakah alloh atau manusia? Apakah kalender Islam diajarkan oleh alloh (dalam Quran) apakah alloh menentukan tiap bulan puasanya tertulis di Al-Qurankah? (Perkataan alloh apa manusia)? Saudara Dani, apakah dengan puasa pasti masuk sorga? Tertulis dimanakah itu?
~
Saudara Ingin Belajar,
Saudara memberikan pertanyaan yang baik sekali mengenai siapa yang menentukan bulan puasa. Tentu ini menjadi penting mengingat ibadah puasa dilakukan karena Allah, maka seharusnya Allah yang menentukan waktu yang tepat untuk berpuasa.
~
Solihin
~
Saya punya pertanyaan. Silakan kalau ada yang mau jawab. Sebenarnya apa itu puasa bagi orang Muslim? Menurut pengamatan saya, orang Muslim berpuasa dari subuh sampai petang. Sahur di waktu subuh, buka di waktu maghrib. Dari subuh sampai petang, muslim menahan lapar, dahaga, emosi, dll. Tapi pernah saya lihat, setelah buka, teman-teman saya Muslim malah berkata kotor dan dianggapnya itu tidak apa-apa karena sudah buka, tdk batal.
Mereka bebas makan sampai sahur. Kenapa mereka tidak puasa lagi setelah buka? Karena menurut pemikiran saya, seharusnya Muslim sahur-puasa-buka-puasa lagi-sahur. Kenapa sahur-puasa-buka-bebas-sahur dsb? Bukankah itu artinya puasa cuma pindah jam makan? Monggo.
~
Saudara Hola,
Sebuah pemikiran dan pengalaman menarik yang pernah disaksikan. Kami berharap pemikiran dan pengalaman tersebut menjadi rujukan untuk merenungkan dan mengkaji kembali makna puasa sesungguhnya. Terima kasih.
~
Solihin
~
Solihin bertanya “Benarkah Allah SWT akan menerima puasa saudara sekalipun saudara telah menjauhi segala larangan dan dosa-dosa?”
Ingat, apa yang kami lakukan adalah perintah dari Al-Quran maupun hadis yang dimana telah dijalankan oleh orang-orang terdahulu dan juga sahabat-sahabat nabi. Untuk masalah diterima atau tidaknya adalah hak Allah SWT, kita sebagai umat Muslim hanya menjalankan perintah. Karena kami tidak mau seperti Iblis yang diperintahkan sujud oleh Allah SWT kepada Adam dan iblis engan sujud. Sehingga Iblis di masukan kedalam Neraka. Begitu pula puasa merupakan perintah jadi wajib dilakukan dan yakin bahwa semua ada balasannya sesuai ayat (QS Ali Imaran -9) bahwa janji Allah SWT benar.
~
Saudara Fuad,
Menarik sekali pendapat saudara. Dengan demikian, apakah saudara yakin dan pasti bahwa puasa saudara diterima Allah? Benarkah demikian? Apakah ini berarti saudara memiliki kepastian masuk sorga dengan diterimanya puasa saudara? Bagaimana saudara menjelaskan hal ini dengan menyertakan dalil Al-Quran yang mendukung pernyataan saudara.
Adalah tidak bijak bila beribadah tetapi tidak tahu dan bingung, apa balasan yang pasti. Ini dapat diibaratkan seperti memilih kucing dalam karung, yang tidak tahu mana yang akan terambil alias yang penting ambil kucing itu sekalipun tidak tahu.
~
Solihin
~
Terima kasih saudara yang telah manambah wawasan untuk orang banyak, saya hanya manyampaikan, yang anda sampaikan adalah tahapan dimana orang yang menjalankan suatu ibadah puasa atau ibadah yang lainnya dengan hati yang suci atau bersih, saat ini kebanyakan orang Islam termasuk saya menjalankan hanya sekedarnya tanpa tahu maksud tujuan sebenarnya atau mengikuti kewajiban saja secara umum disebut dengan syariat.
Tahapan yang anda maksud adalah setelah itu, setelah mereka termasuk saya mau ingin mengetahui apa sebenarnya puasa itu. Artikelnya bagus. Mohon juga ditambahkan artikel beriman kepada rasul atau nabi dalam Islam karena itu juga hal dasar kita beriman kepadanya supaya tidak salah paham.
~
Saudara Hyurman,
Saudara memiliki hati yang terbuka terhadap kebenaran. Kami senang membaca tulisan saudara di atas. Tulisan di atas adalah wujud kerinduan saudara kepada Sang Pencipta. Puasa yang dilakukan atas dasar aturan dan perintah cenderung dilakukan karena keterpaksaan, bukan karena cinta. Cintalah yang mendasarkan kita untuk melakukan segala sesuatu dengan ikhlas, tanpa ada rasa paksaan.
Cinta juga yang membuat Allah nuzul ke dunia untuk menolong manusia agar bisa selamat di akhirat, yaitu Isa Al-Masih (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16). Isa Al-Masih adalah satu-satunya yang dapat menolong manusia agar bisa masuk sorga. Karena itu, sesungguhnya iman yang benar ditujukan kepada Allah, bukan para nabi. Sebab nabi adalah manusia sama seperti kita.
~
Solihin
~
Berpuasa adalah ibadah(pengabdian) seorang hamba atas perintah Tuhan. Tujuannya agar si hamba bisa menjalankan hidup menurut qodrat/rancangan yang Menciptakan makhluk. Karena tubuh kita pada dasarnya tumbuh/bergerak melalui proses biologinya berdasar/mematuhi rancangan Sang Pencipta. Maka manusia diberi hak guna pakai atas tubuhnya sendiri bukan untuk dimiliki.
Tubuh ini milik Tuhan singkatnya. Puasa adalah kewajiban bagi yang mau sejalan antara hubungan Spirit(ruhuni) dengan Jasad tubuhnya. Itulah namanya taqwa. Spirit (ruhani) digembleng dengan shalat malam, agar spiritnya kokoh dengan firman tuhan, maka siang hari di-pasiv-kan agar perut dan shahwat tidak menjadi “TUHAN”.
~
Saudara Jabar,
Memahami puasa sebagai bentuk pengabdian seorang hamba kepada tuannya, maka puasa tersebut dilaksanakan atas dasar aturan, bukan atas dasar cinta. Sangat berbeda bila seseorang menjalankan puasa karena cinta kepada Allah. Bukankah keikhlasan tindakan lahir dari cinta?
Dengan demikian, bolehkah kita menyebut puasa yang didasarkan pengabdian kepada tuan adalah puasa yang bersifat legalistic, tanpa ada rasa cinta di dalamnya? Sebab ibadah yang didasarkan pada cinta lebih diterima Allah karena Allah memiliki sifat mahakasih.
~
Solihin
~
Hakkulah,
Puasa muslim lalai, berarti berdosa, lalu apa kesimpulan saudara: Rasulullah bersabda: “seandainya kalian tidak berbuat dosa sama sekali, niscaya Allah akan memusnahkan kalian. Setelah itu, Allah akan mengganti kalian dengan umat yang berbuat berdosa. Kemudian mereka akan memohon ampunan kepada Allah dan Allah akan mengampuni mereka.” (HR. Muslim, 2748 b), apa ada yang salah dengan pertanyaan sebelumnya? Lalu bagaimana realitasnya?
Bileam,
Apakah hadis itu ada setelah nabi islam melakukan hal yang kotor waktu puasa? Aisyah berkata; “Rasulullah pernah menciumku sementara ia dalam keadaan berpuasa dan aku juga berpuasa.” (Sunan Abu Dawud, 2384)?
~
Saudara Park,
Saudara memberikan data yang menarik berkenaan dengan pengalaman puasa yang dicatat dalam hadits. Kami berharap hadits tersebut menjadi rujukan saudara-saudara Muslim untuk mengkaji puasa saat ini.
~
Solihin
~
Berarti anda tidak mengerti dan tidak paham. Penyebab utama tidak diterima ibadah kita ada pada hati kita. Puasa ramadhankah, shalatkah dan semua aktifitas kehidupan kita, ngomongan orang, tetap diterima puasa kita, maksiat itu tidak menghalangi diterima puasa. kalau sudah riya, syirik, maaf puasa itu akan ditolak, bahkan amalnya dihapus.
Makanya yang menyebabkan masuk neraka kekal itu adalah syirik dan yang menyebabkan tidak diterima Allah adalah riya. Itu sudah umum diketahui kaum muslimin, karena anda orang Kristen, tidak mengerti cara memahami Al-Quran dan hadits. Riya itu dosa tersembunyi, dan bahkan kita tidak sadar. Jadi, bukan tidak ada kepastian diterima puasa atau tidak.
~
Saudara Hakkulah,
Menarik sekali tulisan saudara di atas. Nampaknya inti dari tulisan di atas adalah hati. Puasa ditentukan hati. Bila hati saudara adalah baik, maka baik pula seluruh tindakan dan ucapan bibir saudara. Itu sebabnya, Aa Gym pernah berujar, “Jagalah hati”. Sekalipun ungkapan Aa Gym tersebut telah tertulis dalam Alkitab (Kitab Amsal 4:23).
Kami setuju dengan itu. Sesungguhnya hati manusia telah berdosa, sehingga apapun yang dilakukan cenderung jahat. Sehingga nampaknya tidak mudah untuk memiliki hati yang benar dan tidak riya. Puasa pun demikian. Kecenderungan riya bisa saja muncul tatkala puasa. Pertanyaannya, bagaimana saudara menjaga hati agar tidak riya sementara kecenderungan riya menguat dalam diri?
~
Solihin
~
Solihin,
“Orang berpuasa meninggalkan makanannya, minumannya, dan syahwatnya karena Aku, Puasa itu milik-Ku, dan Akulah yang akan memberinya balasan“ (dalil Hadits Qudsi).Kemudian dalil di Al-quran (QS. Az-Zumar: 10) singkron dengan hadis (HR. Muslim) tentang puasa.
“Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya, yakni Aku akan memberikan pahala yang banyak tanpa menentukan kadarnya. Hal ini seperti firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
~
Saudara Dani,
Ayat Al-Quran yang dikutip oleh saudara tidak menjelaskan tentang puasa, melainkan orang yang berbuat baik. Tetapi tidak menyinggung tentang puasa. Lagi pula, saudara mendasarkan pendapat pada hadits, bukan Al-Quran. Padahal yang dianggap umat Islam memberikan sorga adalah Allah SWT, bukan nabi saudara.
Karena itu, pertanyaan kami tidak terjawab oleh saudara. Apakah dengan mengetahui waktu yang tepat untuk berpuasa dan melakukan puasa menjadikan kita diterima Allah? Apa indikator bahwa puasa diterima Allah? Mohon tuliskan dalilnya.
~
Solihin