Saya suka mendengarkan musik. Namun sebagian orang mengatakan musik haram dalam Islam.
Sebagai pemeluk agama saya ingin masuk surga. Apakah jika saya mendengar dan memainkan alat musik akan mendapat azab Allah?
Mari simak pencarian saya akan jawaban masalah ini. Untuk menemukan kebenaran dari pandangan musik haram dalam Islam.
Agar dalam kehidupan kita bisa berekspresi dengan benar. Dan juga mendapatkan surga Allah di akhirat.
Viral Santri Tutup Telinga Saat Mendengar Musik
Dari kecil saya sangat suka mendengarkan berbagai aliran musik. Baik dari musisi lokal maupun internasional.
Saya juga belajar memainkan beberapa alat musik seperti gitar dan drum. Bahkan sejak SMA saya memiliki band bersama dengan teman-teman sekolah.
Namun satu kali saya sangat gelisah. Karena ada teman yang menyatakan musik haram dalam Islam. Sehingga hal yang saya lakukan adalah dosa.
Saya juga pernah membaca berita mengejutkan. Bahwa para santri menutup telinga saat mendengarkan musik pop. Hal ini terjadi di Jawa Barat, saat vaksinasi COVID.
Karena inilah saya tergerak untuk menemukan kebenaran. Agar saya bisa yakin berekspresi tanpa merasa bersalah karenanya.
Dalil Musik Haram dalam Islam
Saya menemukan ada perbedaan pendapat mengenai hal ini. Sebagian ulama menyatakan boleh mendengarkan dan memainkan alat musik. Namun sebagian lain menyatakan dosa.
Ada banyak dalil yang mendukung musik haram dalam Islam. Beberapa contohnya:
- Bunyi-bunyian lonceng adalah seruling setan (Sunan Abu Daud 2193).
- Allah mengharamkan gendang (Musnad Ahmad 2494).
- Nabi Islam diutus untuk menghancurkan seruling, gambus, gendang (Musnad Ahmad 21190).
- Nyanyian dapat menimbulkan kemunafikan hati (Sunan Abu Daud 4279).
Selanjutnya dikisahkan nabi Islam juga menutup telinga saat mendengar musik.
“. . . Ibnu Umar pernah mendengar suara seruling penggembala. Ia pun menutup telinganya dengan jarinya dan membelokkan arah kendaraannya dari jalan . . . Kemudian ia mengatakan, ‘Aku pernah melihat Rasulullah ketika mendengar suara seruling penggembala, beliau berbuat seperti ini’” (Musnad Ahmad 4307).
Menurut pandangan ini hanya ada sedikit pengecualian. Misalnya suara adzan dan nada pembacaan Al-Quran. Yang keduanya tidak terhitung sebagai suara musik.
Atau ada momen khusus dimana musik bisa mendapat izin. Yaitu:
- Saat hari raya (Shahih Bukhari 899).
- Saat acara pernikahan (Musnad Ahmad 14904).
Pandangan Lain Mengenai Musik
Walau memang ada pandangan lain yang menyatakan berbeda. Bahwa musik dan alat musik halal asalkan tidak disertai perbuatan maksiat.
Dalilnya dari ayat Al-Quran. Misalnya yang menyebutkan Allah memberikan Zabur/ nyanyian pujian kepada Nabi Daud (Qs 4:163). Atau para malaikat yang memuji Allah (Qs 39:75).
Pandangan ini menyatakan musik hanya haram karena konteks zaman dahulu. Yaitu identik dengan pesta pora dan kemabukan. Sehingga terlarang untuk menghindari umat dari terjerumus dosa.
Memang saya juga bisa memahami pandangan ini dari sisi budaya. Karena musik dan nyanyian bukanlah hal baru. Sudah ada dalam setiap kebudayaan kuno seluruh dunia.
Kesenian menjadi salah satu tanda kemajuan peradaban. Sehingga tidak mungkin kehidupan manusia terlepas daripadanya.
Musik malah bisa menjadi sangat bermanfaat. Misalnya untuk membangun rasa kesatuan masyarakat. Atau untuk membantu proses penyembuhan dalam dunia medis.
Kegelisahan Saya Menentukan Sikap
Mengetahui semua hal ini membuat saya bingung untuk menentukan sikap yang benar. Apakah sebaiknya saya masih memainkan gitar dan menyanyikan lagu pop?
Bagaimana dengan berbagai musik daerah? Misalnya musik dangdut yang banyak sekali orang suka.
Atau bagaimana dengan alat musik tradisional? Bangsa Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam. Contohnya alat musik serune kalee (serunai) dari Aceh. Atau Gamelan dari Jawa.
Saya melihat respon teman-teman mengenai hal ini. Memang masih banyak yang bernyanyi dan memainkan alat musik. Namun tidak sedikit juga yang mulai menjauhinya.
Mengapa Ibadah Nasrani Penuh dengan Musik?
Dalam kegelisahan ini saya menjadi penasaran dengan ibadah kaum Nasrani. Karena saya pernah melihat saat ibadah di kampus. Maupun sempat menonton sekilas di YouTube.
Saya sangat heran mengapa justru ibadah mereka penuh musik dan nyanyian. Juga menggunakan beragam alat musik.
Ada banyak jenis lagu ibadah Nasrani. Ada yang bertempo lambat, maupun yang semangat. Nada-nadanya enak terdengar dan mudah diingat.
Yang paling menarik perhatian saya adalah mengapa orang bebas berekspresi dalam ibadah? Hal ini sangat berbeda dari yang selama ini saya rasakan.
Karena takut dan malu bertanya, saya mencari jawabannya di internet. Untuk mengetahui pandangan Nasrani mengenai musik dan ibadah kepada Allah.
Dapat Menyembah Allah dengan Bersuka Hati?
Saya mengetik beberapa kata kunci dalam situs. Seperti: “penyembahan Kristen, pujian gereja, atau pujian dan penyembahan.” Semua ini memberikan informasi kepada saya.
Rupanya umat Nasrani percaya Allah yang menciptakan manusia. Karena itu kita bisa memuji dan menyembah dengan segenap keberadaan kita. Termasuk dengan kesenian dan ekspresi.
“Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya . . . biarlah bersuka-hati orang-orang yang mencari TUHAN!” (Zabur 105:2-3).
Hal ini sangat mengejutkan saya. Selama ini saya mengerti untuk menyembah dengan rasa takut dan khusyuk. Namun saya belum pernah menyadari untuk menyembah Allah dengan gembira!
Selanjutnya saya membaca artikel yang bagus. Mengenai penggunaan alat musik dalam ibadah gereja. Menyatakan ada banyak sekali ayat dalam Kitab Allah mengenai umat dapat memainkan berbagai alat musik.
“. . . pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! . . . pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya . . . dengan tiupan sangkakala . . . dengan gambus dan kecapi! . . . dengan rebana dan tari-tarian . . . Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN!” (Zabur 150:1-6).
Bahkan teladan utama umat Nasrani, yaitu Isa Al-Masih melakukan hal yang sama. Isa dan para murid menyanyikan pujian (Injil, Matius 26:30).
Injil juga mengajarkan umat Nasrani memuji Allah. “. . . bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati” (Injil, Surat Efesus 5:19).
Sebagai orang yang suka berekspresi, saya bisa memahami hal ini. Bahwa Allah yang menciptakan kita, senang menerima ekspresi manusia dalam ibadah. Dan bukan sebaliknya malah membatasinya.
Semua jawaban ini membawa saya pada pertanyaan lebih lanjut. “Mengapa ibadah Nasrani penuh sukacita? Apakah alasannya?”
Hati Bersuka karena Allah Menyelamatkan Umat-Nya!
Akhirnya dari teman maupun internet, saya menemukan jawaban. Memang ada banyak topik pembahasan Nasrani mengenai “anugerah Allah dan keselamatan manusia.”
Rupanya ibadah Nasrani penuh sukacita karena mereka sangat bersyukur akan rahmat Allah. Mereka yakin jika mengimani dan menjadi pengikut Isa Al-Masih tersedia rahmat-Nya. Melalui-Nya mereka mendapat ampunan dosa dan jaminan surga.
“Pujilah TUHAN, hai jiwaku . . . Dia yang mengampuni segala kesalahanmu [melalui Isa Al-Masih] . . . Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur [jaminan surga], yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat” (Zabur 103:2-4).
Kebenaran ini menyentuh hati saya. Membuat saya melihat rahmat Allah. Sehingga saya bisa bebas berekspresi. Untuk bernyanyi, bermain musik maupun melakukan berbagai kesenian. Bahkan menyembah-Nya tanpa rasa takut.
Maukah Anda menerima rahmat Allah untuk keselamatan manusia? Hati Anda akan dipenuhi dengan rasa syukur dan sukacita.
Mari mengimani dan menjadi pengikut Isa Al-Masih!
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Mukmin Mencari Kedamaian Hati Sejati. Ini Jawaban Allah!
- Rahasia Agar Pujian Kita kepada Allah Diterima-Nya
- Bagaimana Memahami Makna Kesusahan Hidup Umat Islam?
- 11 Kekurangan Cara Beribadah Umat Nasrani Menurut Islam
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bagaimana pendapat Saudara mengenai banyak Hadits dan tafsir yang menyatakan musik haram dalam Islam?
- Menurut Saudara, dapatkah manusia bebas berekspresi dan menggunakan musik untuk menyembah Allah?
- Bagaimana pendapat Saudara mengenai beribadah dengan bersuka hati karena yakin mendapat rahmat Allah melalui Isa?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].