Sebagai Muslim apakah Anda pernah merasa sulit untuk menjalankan syariah Islam? Mukmin pasti rindu mentaati semua hukum agama. Namun, mungkin Anda merasa hukum syariat Islam berat.
Menurut pakar agama, “Hukum dan Syariah Islam adalah aturan agama yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat manusia. Syariah merupakan panduan sempurna bagi seluruh permasalahan hidup manusia.”
“Pada keseluruhannya Kami jadikan engkau . . . menjalankan satu jalan yang cukup lengkap dari hukum-hukum agama . . .” (Qs 45:18).
Namun, apakah kita manusia yang penuh kelemahan bisa memenuhi syariat agama terbaik? Apakah ada jalan keluarnya supaya mendapat rahmat Allah? Mari simak artikel berikut agar beban berat ini dalam hidup Anda dapat terangkat.
Apakah Tujuan Menjalankan Syariah Agama Islam?
Penerapan hukum dan syariat Islam bertujuan menolong masyarakat. Malahan pakar Islam yakin penetapan hukum syariah dalam satu negara akan sungguh menolong memperkembangkan dan membahagiakan masyarakat.
Pakar agama Islam menulis: Jika kita dengan teguh dan komitmen menerapkan hukum syariat, akan terpeliharalah keharmonisan insan dan alam di mana kita hidup di dalamnya.
Beberapa Contoh Hukum Syariah Islam
Namun, seringkali Mukmin merasa menjalankan syariah Islam itu berat. Beberapa contoh syariat:
- Hanya memakan daging yang halal.
- Wajib puasa saat Ramadan.
- Berwudu sebelum shalat.
- Shalat lima kali sehari.
- Merajam sampai mati penzinah.
- Memotong tangan pencuri.
- Mencambuk peminum dan penjudi.
- Memukul isteri yang tidak taat.
Selain melihat hukum syariat ini, mari kita lihat juga hukum moral apa yang terdapat dalam Kitab Injil. Benarkah hukum moral Injil malah terlihat lebih berat?
Hukum Moral Injil Lebih Berat dari Hukum Syariah Islam?
Isa mewajibkan umat-Nya menaati Hukum Moral! Berikut beberapa di antara puluhan aturan moral yang ditetapkan Isa Al-Masih. Misalnya terdapat dalam dua pasal saja di Injil Matius:
(1) Bertindak dengan murah hati (5:7).
(2) Memiliki sikap hati suci (5:8).
(3) Menjadi pendamai (5:9).
(4) Jangan menyebut seseorang kafir atau jahil (5:22-23).
(5) Jangan memandang perempuan serta menginginkannya (5:27-28).
(6) Jangan membalas kejahatan pada seseorang (5:38-39).
(7) Mengasihi musuh, yaitu orang yang melawan (5:44-48).
(8) Berpuasa secara sembunyi supaya tidak dilihat orang (6:16-18).
(9) Tidak memamerkan ketika zakat supaya dilihat dan dipuji orang (6:6-4).
Demikian umat Nasrani wajib menaati hukum-hukum moral yang berat. Mungkin ada Mukmin yang menganggap beberapa hukum moral Injil lebih berat dari syariat Islam.
Intisari Syariat Agama Menurut Isa Al-Masih
Menurut Al-Quran hukum syariat Islam adalah: “. . . satu jalan yang cukup lengkap dari hukum-hukum agama” (Qs 45:18).
Isa Al-Masih berani menyimpulkan hukum dan syariat-Nya sendiri sebagai jalan yang lengkap juga. Dua hukum utama-Nya: “Mengasihi Allah dengan sebulat-bulat hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segala kekuatanmu, dan dengan sepenuh akal budimu. . . . Kasihlah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Demikian, Isa mendasarkan semua syariah agama pada dua hukum saja. Menurut Dia, dua hukum ini terpenting, menyimpulkan semuanya dan mengungguli semua syariat agama (Kitab Allah: Rasul Lukas 10:25-28, Rasul Besar Matius 7:12, 22:38, Galatia 5:14).
Aplikasi Syariat Isa Al-Masih
Intisari hukum dan syariat Isa Al-Masih semestinya menjadi pedoman atas semua tindakan pengikut-Nya. Bila satu perbuatan tidak menunjukkan kasih pada Allah dan sesama, perbuatan itu haram!
Jadi, mencambuk orang karena berjudi tidak menunjukkan kasih kepadanya. Memang, bila ia melanggar hukum negara, ia pantas mendapat hukuman negara, bukan?
Tetapi, semua tindakan pengikut Isa Al-Masih kepada sesama, harus sesuai dengan syariat-Nya, yaitu hukum kasih.
Memukul isteri tidak menunjukkan hukum kasih! Membenci sesama dengan alasan apapun tidak menunjukkan hukum kasih! Merajam penzinah sampai mati tidak menunjukkan hukum kasih! Memotong tangan pencuri tidak menunjukkan hukum kasih!
Usaha Menaati Hukum Isa atau Syariat Islam Tidak Menjamin Keselamatan
Adakah orang yang berani berkata, bahwa ia mampu mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akalnya? Tidak ada orang yang berani mengatakan demikian!
Juga, siapa yang dapat mengatakan bahwa ia dapat menjalankan syariah Islam dengan sempurna, sebagaimana diwajibkan dalam Al-Quran? Misalnya: “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku” (Qs 2:43). Tidak ada, bukan? Oleh karena itu baik orang Islam maupun Nasrani yang bersandar pada usaha pribadi tidak mungkin yakin masuk surga.
Kita semua memerlukan intervensi khusus Allah. Intervensi terlihat dalam penyaliban Isa Al-Masih. Ia disalibkan untuk membersihkan hati orang percaya dari dosa-dosa. Janji Allah, “. . . darah Yesus [Isa Al-Masih] . . . menyucikan kita daripada segala dosa” (Injil, I Yohanes 1:7).
Menjalankan syariah Islam dan syariat Kristen tidak menjamin orang berdosa akan masuk surga. Jalan keluar ialah menerima pengorbanan Kalimat Allah [Isa Al-Masih] sendiri sebagai Jalan Keselamatan dan jaminan masuk surga.
Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah hukum syariah yang paling berat dilakukan? Jelaskan alasannya!
- Apakah fondasi argumentasi bahwa Syariat Isa Al-Masih melebihi Syariah agama Islam? Jelaskanlah jawaban Saudara.
- Kami minta Saudara menjelaskan bagaimana kita tahu kalau seorang menjalankan atau mempraktekkan Syariat Isa Al-Masih?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-ink yang berhubungan dengan artikel “Merasa Berat Menjalankan Hukum Syariah Islam? Ini Solusinya!” Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Semua Agama “Jalan Menuju Allah”
- Kunci Menggenapi Dengan Sempurna Syariat Agama
- Dicambuk Karena Berjualan Makanan Di Bulan Ramadhan
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].