Jelas, tidak ada seorangpun yang ingin menjadi budak. Hidup akan sangat sulit dan tidak ada harta.
Umumnya, orang Islam membenci perbudakan. Kita perlu memuji fakta ini! Bagaimana hukum dan pandangan yang sebenarnya perbudakan sesama dalam Islam? Apakah ajaran Nasrani setuju dengan perbudakan?
Bila membaca beberapa Media Online dan mendengar tokoh-tokoh Muslim, kita akan mendengar pendapat yang berbeda.
Mari, bacalah artikel ini agar tahu siapa yang tidak pernah membenarkan perbudakan dan juga punya kuasa untuk membebaskan Anda dari perbudakan dosa.
Bukti Islam Menentang Perbudakan
Ada cukup banyak umat Islam yang menentang perbudakan. Syamsuddin Ramadlan An-Nawiy menuliskan, “Islam telah mendorong manusia untuk membebaskan budak-budak yang mereka miliki.”
Ada beberapa tradisi yang menjelaskan bahwa Nabi Islam mendukung orang untuk membebaskan budak mereka. Satu ayat Al-Quran berbunyi: “. . . melepaskan budak dari perbudakan” (Qs 90:13). Apakah ayat Al-Quran ini sangat kuat membuktikan bahwa Islam menentang perbudakan?
Hukum Perbudakan Dalam Islam Sebagai Bukti Setuju Perbudakan
Walau perbudakan ada sebelum agama Islam mulai, ada cukup banyak bukti bahwa Islam juga mendukung perbudakan.
Dr. ‘Abdul-Latif Mushtahari, mengakui bahwa Islam mengijinkan perbudakan. “Islam tidak melarang perbudakan tetapi memakainya karena dua alasan. Ini yang menjadi hukum syarat memperbudak. Pertama adalah perang, hanya orang non-Muslim yang boleh diperbudak atau dibunuh. Kedua ialah seks perkembang-biakan. Maksudnya supaya dari para budak itu lahir lebih banyak budak bagi pemiliknya (“You Ask and Islam Answers” hal. 51-52).
Nampaknya, beberapa ayat Al-Quran mengijinkan seorang Muslim memiliki budak. “. . . orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri . . . atau budak-budak yang mereka miliki . . .” (Qs 70:29-30). “. . . Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu . . . dan hamba sahaya yang kamu miliki . . .” (Qs 33:50).
Mengapa Islam memperbolehkan perbudakan? Ada beberapa alasan. Pertama, perbudakan adalah bagian utuh dari sendi dasar perekonomian suatu bangsa. Memang, betul. Tetapi, apakah baik mendirikan ekonomi di atas perbudakan?
Kedua, perbudakan sudah dibenarkan oleh undang-undang semua peradaban manusia. Tetapi, adanya suatu hukum universal tidak membenarkannya. Hukum universal yang jahat tetap jahat! Sayangnya, perasaan budak tidak dimasukkan dalam argumentasi.
Ketiga, ada Sheik yang percaya satu manfaat perbudakan adalah menyetubuhi budak perempuan. Tetapi, hampir semua orang, termasuk budak wanita, tidak setuju dengan pernyataan itu. Dan Kitab Allah juga menentangnya.
Sebaiknya Perbudakan Selalu Ada?
Setiap negara di dunia sudah mengabolisikan perbudakan. Tetapi, apakah lebih baik jika masih ada perbudakan?
Sheik Saleh Al-Fawasan adalah Anggota Komite Senior Ulama, lembaga agama tertinggi negara Saudi. Ia juga Anggota Komite Fatwa dan Penelitian Agama, Imam Masjid Pangeran Mitaeb di Riyad, serta Professor Universitas Imam Mohamed Bin Saud.
Pakar kenamaan Saudi ini menyerukan agar perbudakan menjadi legal lagi di Kerajaan Saudi. Ia berkata tentang Islam dan perbudakan, “Perbudakan merupakan bagian dari Islam. Perbudakan merupakan bagian jihad dan jihad bakal tetap ada selama ada Islam.”
Injil Allah Menentang Perbudakan
Memang perbudakan bukan produk agama Islam. Perbudakan adalah produk hati jahat manusia. Ingat, perbudakan juga berada pada masa Isa Al-Masih. Tetapi, baik Isa maupun para rasul-Nya tidak memiliki budak. Bahkan Isa tidak membenarkan perbudakan.
Pembebasan budak Onesimus adalah sebuah contoh nyata. Kisah ini terjadi pada abad pertama, jauh sebelum Islam lahir. Firman Allah memerintahkan Filemon, tuan Onesimus, agar “. . . menerimanya [Onesimus] . . . bukan lagi sebagai hamba, melainkan . . . sebagai saudara . . .” (Injil, Surat Filemon 1:16-17).
Kitab Injil menegaskan bahwa semua manusia sama di hadapan-Nya. “. . . tidak ada hamba atau orang merdeka, . . . semua adalah satu di dalam Kristus Yesus [Isa Al-Masih]” (Injil, Surat Galatia 3:28). Dalam hidup dan pelayanan-Nya, Isa Al-Masih tidak pernah memperbudak manusia.
Isa Al-Masih memberi argumen universal untuk melawan perbudakan. “Perbuatlah terhadap orang lain apa yang kamu kehendaki mereka perbuat terhadap kamu . . .” (Injil, Rasul Besar Matius 7:12).
Isa, Hukum Kasih dan Perbudakan
Isa mengajarkan bahwa perbudakan itu dosa. Memperbudak berarti menindas, merendahkan, dan tidak mengasihi sesama. Sebaliknya, Ia memerintahkan “Kasihilah sesamamu seperti mengasihi diri sendiri,” (Injil, Rasul Besar Matius 22:39). Orang yang mengasihi sesamanya, jelas tidak akan memperbudak sesamanya!
Orang Islam dan Nasrani mesti menolak perbudakan manusia. Di samping itu juga perlu menolak perbudakan dosa!
Isa mengasihi manusia. Ia melepaskan mereka dari perbudakan dosa dan hukumannya. Caranya, dengan mengorbankan diri-Nya di kayu salib. Isa “. . . telah menyerahkan diri-Nya . . . untuk membebaskan kita dari segala kejahatan . . .” (Injil, Surat Titus 2:13-14).
Dengan menerima kasih dan pengorbanan-Nya, Anda akan terbebas dari perbudakan dosa! Jika Anda ingin lepas dari satu dosa atau mau semua dosa Anda diampuni, percaya kepada Isa Al-Masih hari ini!
Lihat artikel ini dalam bentuk video
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Bagaimana Hukum Perbudakan Dalam Islam dan Nasrani?” Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Agama Islam Dan Perbudakan Masa Kini
- Agama Islam Dan Perbudakan Seks Wanita
- Orang Muslim Paris – “Islam Agama Kasih”
- Islam: Ajaran Kasih Isa Itu Lemah, Allah Maha Pengasih Dan Penyayang
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut saudara, benarkah hukum perbudakan dalam Islam? Sebutkan alasan saudara!
- Menurut saudara, mengapa akhirnya kebanyakan negara Islam menolak perbudakan?
- Ajaran manakah, Isa atau Islam yang harus ditaati? Mengapa?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].