Hukum poligami berasal dari hati Allah yang suci, atau dari hawa nafsu manusia? Sebagian orang berpandangan poligami merupakan bentuk kesempurnaan hukum Allah. Yang lain berkata poligami bukan ide Allah, tetapi ide manusia. Bagaimana dengan Anda, benarkah poligami dalam hukum Islam adalah ajaran Allah?
Poligami Bentuk Ketidak-adilan Allah
Pernahkah Anda berpikir bahwa poligami merupakan bentuk ketidak-adilan Allah? Kepada Muhammad, Allah tidak memberi batasan pasti jumlah isterinya. Sementara kepada pria Muslim, Allah memberi batasan empat isteri. Wanita Muslim merdeka hanya boleh mempunyai satu suami. Sedangkan wanita budak boleh dikawini oleh majikan Muslim yang mana saja.
Sekalipun Islam percaya poligami adalah hukum Allah, wanita Muslim justru banyak yang menolak. Muhammad pun menentangnya tatkala puterinya Fatima dipoligami. “Fatima adalah bagian dari tubuh saya, dan saya benci melihat apa yang dibencinya, dan apa yang menyakitinya, adalah juga menyakiti saya” (Bukhari V7, B62, No.157). Bila Muhammad bisa peka atas kesedihan Fatima, apakah Allah tidak peka terhadap ayah-ayah Muslimah yang juga bisa merasa sakit bila puterinya dinikahi pria beristri?
Poligami dalam Hukum Islam, Seakan-Akan Allah Tidak Konsisten
Dalam Qs 4:3 Allah memberikan syarat berpoligami. Yaitu dapat berlaku adil. Sementara di ayat lain Allah dalam Al-Quran berkata, “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian…” (Qs 4:129).
Bila Allah sudah tahu bahwa tidak ada manusia yang dapat berlaku adil, mengapa Dia masih tetap mengijinkan berpoligami? Kenapa Allah tidak sekalian saja melarangnya? Bahkan Muhammad sendiri tidak dapat berlaku adil kepada isteri-isterinya. Di antara sekian banyak isterinya, dia lebih mengasihi Khadijah dan Aisyah.
Poligami, Hukum Manusia atau Hukum Allah?
Benarkah poligami dalam hukum Islam berdasarkan hukum Allah? Memang benar poligami sudah ada jauh sebelum zaman Muhammad. Alkitab juga mencatat beberapa nabi Allah yang berpoligami. Namun perlu dipahami, sekalipun para nabi tersebut berpoligami, hal itu sama sekali bukan karena adanya hukum dari Allah.
Tidak satu ayat pun di Kitab Allah dimana Allah melegalkan poligami. Praktek poligami terjadi akibat pilihan nafsu mereka pribadi yang menyimpang dari konsep Allah tentang pernikahan. Dimana sejak semula Allah menciptakan satu Adam dan satu penolong saja yang sepadan baginya (Taurat, Kitab Kejadian 2:18). Bahkan agama bangsa Semitik yang lebih tua, seperti Yudaisme dan Kristianitas, tidak pernah melegalkan poligami.
Poligami dan Teladan Pengorbanan Isa Al-Masih
Bagaimana dengan ajaran Isa tentang poligami? Dalam Injil, Rasul Besar Matius 19:6 Isa berkata, “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian” (Injil, Rasul Besar Matius 19:6). Bangsa Yahudi sejak awal mengerti bahwa Allah tidak membenarkan mempunyai isteri lebih dari satu. Namun, karena dorongan hawa nafsu mereka untuk mengambil isteri yang lain, maka mereka menceraikan isteri pertamanya.
Ayat lain dalam Kitab Suci Allah berkata, “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Injil, Surat Efesus 5:25) Demikianlah seharusnya suami mengasihi isterinya. Kiranya para suami meneladani Isa Al-Masih. Dimana Isa, karena kasih-Nya kepada seluruh manusia, rela mengorbankan nyawa-Nya, “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Matius 3:15).
Fokus PertanKyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Setujukah saudara bila kami berkata bahwa poligami dalam hukum Islam, bukan hukum dari Allah? Sebutkan alasan saudara!
- Umat Muslim sering berpandangan bahwa poligami merupakan jalan keluar terbaik dari masalah perkawinan. Mengapa sebagian orang menolak pandangan ini?
- Bagaimana penilaian saudara terhadap pria-pria yang berpoligami?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Kesetaraan Gender Dalam Islam, Polemik Hijab Dan Poligami
- Strategi Islam Dan Kristen Mengendalikan Hawa Nafsu Pria
- Bolehkah Agama Islam Dikritik?
- Muhammad Mendukung Dan Melarang Poligami
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
~
Bagi yang mau menikah, ketetapan Allah hanya sepasang. Yang melakukan dan yang setuju poligami dibenci Allah.
~
Saudara Boas,
Kami berterimakasih untuk tanggapan saudara. Kami setuju bahwa sejak semula Allah menetapkan suami untuk satu istri, bukan banyak istri. Semoga ini memberikan pencerahan.
~
Solihin
~
To: Solihin Saudaraku,
Tuhan kamu hanya cerita tidak bisa mengungkapkan tugas manusia dan kewajibannya, makanya tidak akan bisa memperbaiki manusia. Tuhan kamu Al-Masih, padahal tuhanku yang memerintahkan Al-Masih.
Jawaban no 1. Poligami itu adalah intim. Tuhanku mengatakan yang dimaksud intim di sini tentang apa yang dipakai untuk memakaikannya yaitu hukum Tuhan yang dipakaikan untuk keseluruhan manusia, bahwa hukum Tuhan ini baik untuk memperbaiki. seperti yang tertera dalam Pancasila.
~
Saudara Abdi,
Allah tidak pernah memberikan hukum poligami. Sejak semula Allah menetapkan satu suami untuk satu orang istri, bukan untuk banyak istri. Dengan demikian, poligami tidak disukai Allah. Menariknya adalah saat Fatimah, anak nabi saudara hendak dipoligami, nabi saudara justru keberatan. Di sini terjadi standar ganda.
Bila berkenaan dengan hawa nafsu nabi saudara, maka poligami adalah sah, tetapi bila berkenaan dengan keluarganya, maka poligami ditentang nabi saudara. Pertanyaannya, dari manakah hukum poligami yang diterapkan nabi saudara? Benarkah Allah yang memerintahkan poligami? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
Boas,
Kalau hanya sekedar omongan, anak TK juga bisa. Sekarang tunjukkan ayat di Alkitab, di mana Allah mengatakan membenci orang yang setuju dan melakukan poligami.
~
Saudara Bandung,
Sejak semula Allah menetapkan satu orang suami untuk satu orang istri. Namun, karena hawa nafsu manusia dan usaha mencari kebahagiaan, maka poligami dipilih. Alkitab tidak menyatakan secara tegas membenci orang yang melakukan poligami. Tetapi dampak yang dihasilkan poligami selalu tidak baik. Menariknya, nabi saudara keberatan saat Fatimah hendak dipoligami. Pertanyaannya, mengapa nabi saudara keberatan bila nabi saudara adalah pelaku poligami? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
Ulangan 21:15-16, “Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai, maka pada waktu ia membagi warisan harta kepunyaannya kepada anak-anaknya itu, tidaklah boleh ia memberikan bagian anak sulung kepada anak dari isteri yang dicintai merugikan anak dari isteri yang tidak dicintai, yang adalah anak sulung.”
Keluaran 21:10, “Jika tuannya itu mengambil perempuan lain, ia tidak boleh mengurangi makanan perempuan itu, pakaiannya dan persetubuhan dengan dia.”
~
Saudara Cari Ilmu,
Kami berterimakasih untuk ayat Taurat yang saudara kutip. Kalau boleh tahu, apa yang hendak saudara sampaikan dengan ayat-ayat tersebut? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
Staf IDI,
Saya sudah mengikuti situs ini sejak dua tahun yang lalu. Dan artikel tentang poligami sudah diterbitkan entah tujuh sampai sembilan kali. Sedikitpun iman saya tidak runtuh hanya karena artikel dangkal seperti ini. Justru karena sering membaca artikel anda saya pindah ke agama Islam.
Awalnya saya penasaran dengan ayat-ayat Al-Quran yang saudara paparkan. Lalu saya membaca keseluruhan ayat dan bertanya kepada orang Islam dan artinya berbeda dari yang saudara tuduhkan. Kalau anda memang tidak mengerti tentang Islam maka bertanya kepada ustad atau kyai, bukannya membuat artikel seolah-olah anda adalah ahli tafsir Al-Quran.
~
Saudara Chevron,
Kami berusaha membukakan pengertian yang benar tentang satu topik, dalam hal ini adalah poligami. Fakta menunjukkan bahwa nabi saudara keberatan saat Fatimah hendak dipoligami, padahal nabi saudara adalah pelaku poligami. Pertanyaannya, mengapa nabi saudara keberatan anaknya dipoligami? Bukankah nabi saudara adalah pelakunya? Mengapa tindakan nabi saudara tidak konsisten? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
Saudara Bandung,
Setahu saudara di mana di Alkitab, Allah melegalkan poligami? Kalau sekedar menuduh, anak TK juga bisa.
~
Saudara Boas,
Kami senang dengan pertanyaan saudara. Kami berharap saudara Bandung memikirkan dan menjawabnya. Terimakasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin
~
Sdr.Chevron,
Pendapat anda benar adanya. Selamat anda telah mendapat hidayah dari Allah Saudaraku. Semoga anda selalu dalam lindungan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Amin.
~
Saudara Pencerah,
Kami menghargai komentar saudara. Namun, hal yang patut dipikirkan dan direnungkan adalah bila nabi saudara adalah pelaku poligami sudah seharunya mengijinkan menantunya untuk berpoligami anaknya, Fatimah. Pertanyaannya, mengapa nabi saudara keberatan anaknya dipoligami? Bukankah seharusnya nabi saudara senang karena menantunya mengikuti jejak mertuanya (nabi saudara)? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
Dalam diskusi lintas agama yang dilakukan semua penganut agama di Indonesia dengan tema. Pernikahan berbeda agama dan berpoligami. Semua umat beragama di Indonesia di antaranya.
1. Islam
2. Budha.
3. Hindu
4. Konghucu
5. Aliran kepercayaan.
Mereka menolak kawin antar agama, kecuali Kristen.
~
Saudara Akoe,
Kami berterimakasih untuk tanggapan saudara. Maaf, sebagian komentar saudara terpaksa kami hapus karena tidak sesuai topik.
Poligami adalah keinginan nabi saudara karena hasrat dan hawa nafsu yang dimilikinya. Hal ini terbukti saat Fatimah hendak dipoligami suaminya, nabi saudara adalah orang pertama yang menolaknya. Bukankah seharusnya nabi saudara bangga anaknya dipoligami? Bukankah seharusnya nabi saudara senang karena menantunya mengikuti jejaknya? Mengapa nabi saudara keberatan Fatimah dipoligami? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
Boas,
Kenapa anda malah balik bertanya. Jawab dahulu pertanyaan saya baru anda bisa balik bertanya. Tertulis di manakah di Alkitab Allah melarang dan membenci orang berpoligami?
~
Saudara Bandung,
Kami telah menanggapi pertanyaan saudara di atas. Silakan saudara membaca tanggapan kami. Kami berharap saudara merenungkan hal ini. Mengapa nabi saudara keberatan Fatimah dipoligami? Bukankah seharusnya nabi saudara senang karena menantunya mengikuti jejak mertuanya? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
Orang Kristen menolak adanya poligami. Tetapi jika melihat ke dalam Alkitab terdapat praktek seperti itu yang dilakukan para nabi. Bahkan terdapat aturan yang mengatur hal tersebut ulangan 21:15-16 dan Keluaran 21:10. Jika hal tersebut terlarang, mengapa terdapat aturan untuk tindakan tersebut bukannya dilarang?
~
Saudara Alfian,
Sejak semula Allah tidak menghendaki adanya poligami. Hal itu terjadi karena hasrat dan hawa nafsu manusia. Oleh sebab itu, Isa Al-Masih menegaskan, “…Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Injil, Rasul Besar Matius 19:5). Di sini jelas dikatakan ‘dengan istrinya’, bukan ‘dengan istri-istrinya’. Oleh sebab itu, poligami tidak membawa manfaat bagi keluarga.
Lagi pula menjadi pertanyaan besar adalah bila nabi saudara adalah pelaku poligami, mengapa ia keberatan tatkala Fatimah akan dipoligami? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
Staf IDI,
Lalu bagaimana dengan ayat berikut?
Ulangan 21:15-16, “Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai, maka pada waktu ia membagi warisan harta kepunyaannya kepada anak-anaknya itu, tidaklah boleh ia memberikan bagian anak sulung kepada anak dari isteri yang dicintai merugikan anak dari isteri yang tidak dicintai, yang adalah anak sulung.”
Keluaran 21:10, “Jika tuannya itu mengambil perempuan lain, ia tidak boleh mengurangi makanan perempuan itu, pakaiannya dan persetubuhan dengan dia.”
~
Saudara Kristolog,
Sesungguhnya Allah tidak menghendaki poligami. Sebab Allah ingin setiap keluarga menikmati damai di dalamnya. Poligami akan merusak kedamaian dalam keluarga. Lalu mengapa itu diijinkan Tuhan? Hal ini terjadi karena ketegaran hati bangsa Israel. Namun, Isa Al-Masih menegaskan, “…Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Injil, Rasul Besar Matius 19:5). Di sini jelas dikatakan ‘dengan istrinya’, bukan ‘dengan istri-istrinya’. Oleh sebab itu, poligami tidak membawa manfaat bagi keluarga.
Lagi pula menjadi pertanyaan besar adalah bila nabi saudara adalah pelaku poligami, mengapa ia keberatan tatkala Fatimah akan dipoligami? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
Saudara Bandung,
Karena saudara meminta saya memberi bukti karena saudara sangat yakin saya sekedar omong seperti anak TK, saya harap nanti saudara tidak berkelit, tetapi nanti saudara harus menunjukkan bukti bahwa Allah Kristen menyuruh berpoligami. Saudara boleh lihat Matius 19:4-6.
~
Saudara Boas,
Kami berterima kasih untuk tanggapan saudara. Kami berharap saudara Bandung mau membaca Injil, Rasul Besar Matius 19:4-6 tersebut. Semoga ini memberikan pencerahan kepadanya.
~
Solihin
~
To: Boas,
Ulangan 21:15-16, “Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai, maka pada waktu ia membagi warisan harta kepunyaannya kepada anak-anaknya itu, tidaklah boleh ia memberikan bagian anak sulung kepada anak dari isteri yang dicintai merugikan anak dari isteri yang tidak dicintai, yang adalah anak sulung.”
Keluaran 21:10, “Jika tuannya itu mengambil perempuan lain, ia tidak boleh mengurangi makanan perempuan itu, pakaiannya dan persetubuhan dengan dia.”
~
Saudara Cari Ilmu,
Kami berterima kasih saudara mengutip ayat Alkitab. Kalau boleh tahu, apa yang hendak saudara sampaikan dengan kutipan ayat Alkitab tersebut? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
Saudara Cari Ilmu,
Dari ayat yang saudara tunjukkan tidak ada di sana ditemukan Allah menyetujui perbuatan poligami, apalag i menyuruh berpoligami. Sed angkan zamannya 1500 tahun sebelum Yesus menegaskan kembali hal itu menyalahi peraturan yang sudah ditetapkan Allah. Mengapa lebih kurang 2000 tahun kemudian diizinkan oleh Al-Quran? Saudara perhatikan apa maksud kata “apabila” dan “jika”.
~
Saudara Boas,
Kami berterima kasih karena saudara teliti membaca teks tersebut. Kami berharap saudara Cari Ilmu tidak sekedar mengutip, tetapi mempelajari teks Taurat tersebut secara teliti. Semoga ini bermanfaat.
~
Solihin
~
Pada abad kedelapan Charlemagne memegang kekuasaan atas gereja dan negara, dan ia sendiri mempraktekkan poligami. St Agustinus tampaknya telah mengamati bahwa di dalam poligami tidak ada unsur percabulan atau dosa, dan menyatakan bahwa poligami itu bukan suatu kejahatan. Dalam buku The Good of Marriage (pasal 15, ayat 17), ia menyatakan bahwa “poligami itu sah dilakukan para uskup di masa lalu.”
Dia menolak untuk menghakimi para leluhur, tapi tidak menyimpulkan dari praktek mereka untuk menerima poligami. Selama Reformasi Protestan, Martin Luther berkata, “Aku akui bahwa jika seorang pria ingin menikah dua istri atau lebih, saya tidak bisa melarang karena hal itu tidak bertentangan dengan Kitab Suci.”
~
Saudara Cerdik,
Landasan dasar seseorang untuk menilai benar atau tidak adalah Alkitab. Sekalipun Charlemagne melakukan poligami, jelas hal itu tidak sesuai dengan perintah Allah sejak semula. Isa Al-Masih menegaskan, “…Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Injil, Rasul Besar Matius 19:5). Di sini jelas dikatakan ‘dengan istrinya’, bukan ‘dengan istri-istrinya’. Oleh sebab itu, poligami tidak membawa manfaat bagi keluarga.
Lagi pula menjadi pertanyaan besar adalah bila nabi saudara adalah pelaku poligami, mengapa ia keberatan tatkala Fatimah akan dipoligami? Bagaimana saudara?
~
Solihin
*****
1. Apa yang tertulis dalam Al-Quran adalah wahyu yang disampaikan melalui perantara jibril. Keabsaha nnya mesti dipertanyakan.
2. Di dalam Perjanjian Baru, Isa Al-Masih menentang poligami, sekaligus menegaskan: Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak dapat diceraikan siapapun.
3. Pria-pria yang berpoligami akhlaknya sama juga melacurkan diri, bahasa halusnya playboy.
*****
Saudara Mimie,
Kami berterima kasih untuk jawaban saudara untuk tiga pertanyaan pada artikel di atas. Kami berharap pengunjung situs memperoleh manfaat melalui jawaban saudara.
~
Solihin
~
Alfian,
Berkata: Orang Kristen menolak adanya poligami. Tetapi jika melihat ke dalam Alkitab terdapat praktek seperti itu yang dilakukan para nabi. Bahkan terdapat aturan yang mengatur hal tersebut ulangan 21:15-16 dan Keluaran 21:10. Jika hal tersebut terlarang, mengapa terdapat aturan untuk tindakan tersebut bukannya dilarang?
Tanggapan:
Jika saudara mengimani Islam sebagai penyempurnaan agama-agama sebelumnya, demikian umat pengikut Isa Al-Masih menuruti Perjanjian Baru dari-Nya. Sebagai pelajaran, justru semua kejadian di Perjanjian Lama dicatat apa adanya. Di sini letak kejujuran Alkitab.
~
Saudara Mimie,
Kami berharap bahwa tanggapan saudara tetap focus dengan topic di atas sehingga tanggapan yang diberikan pengunjung lain tetap mengarah pada artikel di atas. Kami senang karena saudara tetap memberikan tanggapan yang positif. Terima kasih untuk hal itu.
~
Solihin
~
Staff IDI,
Repot amat mengurus poligami, yang perlu dipertanyakan tentang tata cara kalian kawin sudah sesuai belum yang diajarkan Yesus kalian. Yesus kalian saja tidak kawin.
~
Saudara Aurianis,
Isa Al-Masih menegaskan, , “…Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Injil, Rasul Besar Matius 19:5). Di sini jelas dikatakan ‘dengan istrinya’, bukan ‘dengan istri-istrinya’. Oleh sebab itu, tidak ada persoalan dengan pernikahan pengikut Isa Al-Masih. Sebab pengikut Isa Al-Masih mengikuti firman Isa Al-Masih.
Menjadi pertanyaan besar adalah mengapa nabi saudara keberatan tatkala Fatimah akan dipoligami? Bukankah nabi saudara adalah pelaku poligami? Bagaimana saudara?
~
Solihin
~
Jika benar bahwa Yesus menyebut pernikahan poligami sebagai perbuatan zina, bagaimana dengan para leluhur Yesus yang mengamalkan pernikahan poligami? Berarti Yesus menyebut para nabi leluhurnya sebagai pezina? Jika statemen Yesus bahwa poligami adalah perbuatan zina itu diaminkan, lalu mengapa Tuhan memberikan pujian dan gelar sorgawi kepada para nabi ‘pezina’ itu?
~
Saudara Cerdik,
Sejak semula Allah tidak menghendaki poligami. Para leluhur tersebut melakukan poligami karena hawa nafsu mereka. Namun, Isa Al-Masih menegaskan, “…Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Injil, Rasul Besar Matius 19:5). Di sini jelas dikatakan ‘dengan istrinya’, bukan ‘dengan istri-istrinya’. Dengan demikian, Isa Al-Masih tidak menghendaki poligami. Menjadi pertanyaan besar adalah mengapa nabi saudara keberatan bila Fatimah dipoligami? Bukankah nabi saudara adalah pelaku poligami?
Perihal pertanyaan saudara. Mereka diberikan pujian bukan karena perbuatan baik yang mereka lakukan, melainkan karena mereka percaya pada janji Allah. Perhatikan ayat berikut ini, “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” (Taurat, Kejadian 15:6).
~
Solihin
~
Saudara Aurianis,
Kami bukan sibuk, dan kami mempertanyakan bukan tanpa alasan. Tidak usah saya bandingkan dulu dengan ajaran Kristen, tetapi kita lihat saja dalam sejarah Islam sendiri. Apakah persetujuan mempoligami itu konsisten seperti hal ini?
“Saya tidak ijinkan, sama sekali, saya tidak ijinkan, kecuali bila anak Abi Thalib (Ali) menceraikan anakku dahulu. Fatimah adalah bagian dari diriku: Apa yang meresahkan dia, akan meresahkan diriku, dan apa yang menyakiti hatinya, akan menyakiti hatiku juga.” Kalau memang mempoligami itu persetujuan Allah, mengapa persetujuan-Nya itu bisa membuat hati perempuan tidak bahagia, tetapi hancur?
~
Saudara Boas,
Sebuah pemikiran yang bagus sekali. Kami berharap saudara Aurianis merenungkan hal ini. Setidaknya kami berharap penjelasan saudara di atas bermanfaat bagi pengunjung lainnya. Terima kasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin