Kita sebagai manusia perlu memiliki etika yang baik!
Tujuannya agar terhindar dari azab Allah. Dan mendapat rahmat-Nya untuk masuk surga di akhirat.
“Tidak sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang Mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah amatlah murka terhadap seorang yang keji lagi jahat” (Sunan Tirmidzi 1925).
Karena itu saya rindu mengamalkan etika yang baik dalam kehidupan. Dasarnya dari kepercayaan yang saya anut. Namun ada beberapa kegelisahan saat mempelajarinya.
Apa saja kegelisahan saya? Dan apa solusi panduan terbaik bagi manusia? Mari ikuti kisah saya.
Kerinduan Mempelajari Etika yang Baik
Dalam hidup saya melihat berbagai masalah etika di masyarakat. Sebagian saya alami secara langsung.
Contohnya, saya melihat ayah kadang memukul ibu. Ia juga sering berlaku kasar kepada anak-anaknya.
Ataupun dalam hal berdusta. Saya pernah mengetahui ayah berbohong kepada rekan bisnisnya. Ia juga berbohong kepada ibu. Ayah melarang saya untuk membocorkan rahasia ini. Ia menyatakan hal ini termaklumi secara agama.
Saya jadi mempertanyakan mengenai panduan kehidupan terbaik. Apakah etika yang baik dan benar untuk semua orang?
Karena itu saya sangat bersemangat saat mendapat tugas kampus. Yaitu untuk mempelajari etika dari berbagai agama di Indonesia.
Beberapa Pertanyaan Mengenai Etika yang Baik
Saat belajar, saya menemukan berbagai pertanyaan yang berasal dari kepercayaan yang saya anut. Hal ini menimbulkan kegelisahan besar.
Karena itu saya banyak diskusi dengan teman dari berbagai latar-belakang berbeda. Terutama dengan teman Nasrani (Riani). Karena ingin tahu pandangannya.
Berikut ini adalah temuan saya sehubungan dengan etika kehidupan.
1. Mengenai Kejujuran.
Saya paham semua agama mengajarkan kejujuran. Kita tidak boleh berbicara dusta.
Namun saya menemukan beberapa pengecualian. Ada Hadits yang menyatakan boleh berdusta untuk menjaga hubungan, dalam peperangan atau untuk kebaikan keluarga (Hadits Abu Daud 4275).
Dan bahkan Allah juga bersiasat untuk membalas tipu daya manusia. “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” (Qs 3:54).
Saya bertanya kepada Riani mengenai pandangannya. Ia menjawab menurutnya Allah adalah sumber kebenaran. Pada-Nya tidak ada dusta.
Karena itu Isa Al-Masih mengajarkan manusia berbicara jujur.
“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat” (Injil, Matius 5:37).
Mendengar ini saya sangat terkesan. Karena melihat ajaran Isa miliki integritas yang tinggi.
2. Mengenai Kedudukan Wanita dari Pria.
Sebagai wanita saya terganggu karena melihat ada banyak pelanggaran etika terjadi. Khususnya mengenai kedudukan wanita di masyarakat.
Contohnya, anak wanita tidak mendapat prioritas pendidikan seperti pria. Atau ada tekanan besar agar berpakaian sangat tertutup. Sehingga wanita sering disalahkan saat terjadi kejahatan seksual. Dengan alasan berpakaian kurang pantas.
Namun saya terkejut karena menemukan dalilnya dalam ajaran agama.
- Mengapa kedudukan pria lebih tinggi dari wanita (Qs 2:228)?
- Mengapa pembagian warisan wanita lebih rendah dari pria (Qs 4:11-12)?
- Mengapa wanita adalah aurat (Hadits Tirmidzi No.1093)?
Memang benar seharusnya agama melindungi kodrat wanita. Namun pada prakteknya banyak kesalahan terjadi dalam masyarakat.
3. Mengenai Kehidupan Rumah Tangga.
Berhubungan dengan poin sebelumnya, saya juga merasa gelisah. Mengenai etika dalam rumah tangga.
- Apakah suami boleh memukul istri (Qs 4:34)?
- Apakah istri boleh menolak jika suami menginginkan poligami (Qs 4:3)?
- Wajarkah bercerai lalu menikah dengan wanita lainnya (Qs 2:227)?
- Bagaimana dengan pernikahan dengan anak di bawah umur?
“Nabi menikahinya (Aisyah) saat ia berumur enam tahun dan ia digauli saat berumur sembilan tahun . . .” (Shahih Bukhari 4738).
Dalam hal ini Riani mengerti kegelisahan saya. Ia menanggapi kedua poin di atas dengan menyatakan Allah sangat mengasihi wanita.
Ajaran Isa menyatakan kesetaraan kedudukan pria dan wanita (Injil, Surat Galatia 3:28). Bahkan ada penghargaan untuk para istri dalam Kitab Zabur.
“Isteri yang cakap . . . ia lebih berharga dari pada permata” (Zabur, Amsal 31:10).
Karena itu ia merasa terlindungi dalam komunitasnya. Bahwa pengikut Isa yang baik pasti akan menghargai wanita.
4. Mengenai Kepemimpinan.
Saya belajar bahwa pemimpin memberikan teladan. Bahkan jika perlu, berkorban demi anak buahnya.
Namun saya memiliki pertanyaan. Mengapa Nabi Islam mendapat berbagai keistimewaan? Ada banyak hal yang ia dapatkan berbeda dari orang lain (Qs 33:50).
Seorang Ustadz pernah menerangkan ini. Bahwa Nabi Islam memang istimewa sebagai nabi besar. Namun saya masih tidak mengerti. Mengapa tidak berlaku demikian dengan para nabi lainnya?
5. Mengenai Kehidupan Bermasyarakat.
Etika sangat penting diterapkan. Khususnya dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu ada beberapa hal yang saya tidak mengerti.
- Bagaimana cara menghukum kesalahan?
Benarkah jika menerapkan hukum agama, maka ada cambuk dan rajam? Bahkan potong tangan bagi yang mencuri (Qs 5:38)? - Bagaimana dengan peraturan pajak bagi non-Muslim di negara Islam (Qs 9:29)?
- Bagaimana dengan cara memperlakukan musuh?
Ada banyak ayat yang menyatakan bisa melakukan kekerasan kepada orang kafir. Misalnya “. . . bersikap keraslah terhadap mereka . . .” (Qs 9:73). Juga dalam berbagai ayat lainnya (Qs 9:5, 47:4).
Riani menjawab kedua poin terakhir ini dengan tegas. Bahwa hukum kasih adalah panduan terbaik manusia.
Karena itu Isa membawa hukum kasih sebagai tuntunan kehidupan bermasyarakat. Bahkan pengikut Isa yang baik perlu belajar untuk mengasihi musuhnya.
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Injil, Matius 5:44).
Bagian ini membuat saya merenung. Karena melihat ajaran Isa sangat mulia. Yaitu berdasar kasih Allah.
Belajar Etika yang Baik dari Kalimatulah
Semua hal ini membuat saya menjadi terkesan. Sehingga ingin mengetahui lebih jauh mengenai Isa Al-Masih.
Riani menyatakan Isa adalah perwujudan Kalimatullah. Isa datang ke dalam dunia untuk memberikan panduan kebenaran. Sehingga melalui-Nya kita bisa belajar etika yang baik.
Jika kita mengimani dan menjadi pengikut Isa, kita bisa mendapat kebenaran Allah. Hal ini akan membimbing hidup di dunia. Bahkan sampai membawa kepada surga di akhirat.
Inilah etika terbaik manusia. Yaitu hidup dalam kebenaran Allah.
Menerima Kebenaran Allah Melalui Isa Al-Masih
Percakapan ini menjadi awal saya mempelajari ajaran Isa. Makin lama, saya makin teguh untuk mengimani-Nya.
Karena ajaran Isa berdasar hukum kasih. Sehingga kita bisa mendapatkan kedamaian hati melaluinya.
Saya juga bisa merasa tenang karena Isa menjamin pengikut-Nya masuk surga. Kepastian ini adalah hal yang sudah lama saya rindukan.
“Melalui Isa, kamu mendapat firman kebenaran. Yang mampu menyelamatkan manusia masuk surga. Saat mengimani dan menjadi pengikut-Nya . . .” (Injil, Surat Efesus 1:13, parafrasa).
Maukah Anda mendapatkan panduan etika yang baik? Bahkan jaminan keselamatan di akhirat. Mari mengimani Isa dan mengikuti ajaran-Nya.
Jika Anda sudah siap mengimani Isa Al-Masih sebagai Juruselamat, klik disini.
Bila Anda ingin mendalami Isa dalam Kitab Taurat, Zabur, dan Injil, klik link ini.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Pria Menentukan Jenis Kelamin Bayi! Mengapa Wanita Disalahkan!?
- Kisah Muslimah: Kedudukan Wanita Dalam Islam Tidak Setara!
- Bagaimana Derajat Wanita dan Keutamaan Laki-Laki dalam Islam?
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut Anda bolehkah berbohong untuk kebaikan dan apa saja batasannya?
- Menurut Anda mengapa banyak perlakuan berbeda terhadap kaum wanita di masyarakat?
- Bagaimana pendapat Anda mengenai ajaran kasih dari Isa Al-Masih?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].