Keinginan utama saya adalah hidup mapan. Mendapatkan makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang baik. Agar mendapat kemakmuran dan kebahagiaan.
Namun kita tahu dalam hidup ada banyak masalah. Berat perjuangan memperoleh kekayaan. Banyak hal terjadi di luar kendali. Juga akankah kita bisa mendapat surga nantinya?
Karena itu saya (Jarot) hidup dengan perasaan khawatir. Saya mencari cara mengatasi kecemasan berlebihan. Bagaimana solusinya?
Mari ikuti kisah saya. Anda akan menemukan jawabannya. Sehingga bisa menjalani hidup dengan ketenangan batin.
Latar Belakang Keluarga yang Miskin
Saya berasal dari keluarga yang sangat miskin. Ayah hanya bekerja sebagai guru honorer. Sehingga keluarga sering mendapat ejekan dan diremehkan orang lain.
Saya masih ingat berbagai peristiwa yang memalukan. Misalnya saat ibu harus memohon-mohon di kantor Kepala Sekolah, agar mengijinkan saya ikut ujian. Karena saat itu kami belum bisa membayar uang sekolah.
Peristiwa ini membuat saya memiliki kekhawatiran besar. Saya takut tidak punya cukup makanan maupun tempat tinggal yang layak. Saya tidak dapat mengatasi kecemasan berlebihan.
Benarkah Allah Peduli dengan Kehidupan Kita?
Dalam kegelisahan saya bertanya kepada teman (Sutanto). Ia bekerja sebagai supir taksi online. Ia juga berasal dari keluarga kurang mampu seperti saya.
Sutanto menyatakan dahulu ia sering khawatir dan cemas. Ia memiliki banyak anak sehingga perlu berjuang untuk masa depan mereka.
Bahkan ia hampir saja tergoda jalan yang salah. Yaitu hampir mengikuti ajakan untuk mencuri.
Sutanto menyatakan sekarang ia menemukan jawaban mengatasi kecemasan berlebihan. Yaitu saat menyadari Allah peduli. Allah pasti mau menolong kehidupannya.
Ia sangat yakin akan hal ini. Karena menurut kepercayaannya, Allah adalah kasih.
“Wah! Indah sekali kepercayaanmu,” kata saya. Namun dalam hati saya masih ragu, tidak yakin dengan informasinya. Karena Sutanto berbeda kepercayaan dengan saya.
Setelah percakapan itu saya berusaha memperdalam agama saya sendiri. Dengan bertanya ke ustadz di dekat rumah.
Pandangan Agama untuk Mengatasi Kecemasan Berlebihan
Saya mengetahui bahwa kita harus rajin bekerja (Qs 9:105). Namun memang hidup di dunia pasti penuh masalah. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Banyak cobaan yang kita alami.
Karena itu ustadz menyarankan untuk perbanyak amal baik. Dan juga hidup pasrah menerima takdir Allah.
“. . . aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah . . . aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan . . .” (Qs 7:188).
Sehubungan dengan ketenangan batin, saya disarankan untuk berdzikir. Kata ustadz dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah . . .” (Qs.13:28)
Karena itu saya berusaha menghafal dan melafalkan ayat-ayat kitab suci. Banyak yang saya tidak mengerti maknanya. Namun saya tetap melakukan untuk mencoba mengatasi kecemasan berlebihan.
Sayang, akhirnya saya membaca ayat berikut, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah . . . mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat . . . Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan . . .” (Qs 2:152-155).
Akibatnya saya makin gelisah dan pusing. Saya tetap tidak merasa tenang. Malahan merasa seperti ada beban tambahan. Yaitu untuk membiasakan diri setiap hari melakukan keharusan berdoa dan berdzikir.
Banyak Rintangan dalam Kehidupan
Terlebih lagi dalam hidup saya mengalami banyak masalah. Banyak keadaan tidak sesuai ekspektasi.
Misalnya setelah lulus sekolah kejuruan, saya berharap bisa segera bekerja di bengkel. Namun sangat sulit mencari pekerjaan. Tidak ada bengkel besar yang menerima saya.
Sehingga saya merasa tidak punya pilihan. Saya harus bekerja di bengkel mobil kecil milik paman.
Untuk menambah pemasukan saya melakukan pekerjaan tambahan. Tiap sore hingga malam hari dan bahkan akhir pekan saya menjadi supir mobil odong-odong.
Semua ini saya lakukan hingga menikah dan punya anak. Saya menjadi lebih termotivasi bekerja. Agar bisa memberikan kehidupan layak bagi anak saya.
Namun saat sibuk bekerja, saya malah jatuh sakit. Dokter menyatakan saya mengalami darah tinggi. Hal ini akibat terlalu lelah bekerja. Maupun karena banyak pikiran.
Saat itulah saya mulai sadar bahwa hidup bukan hanya sekedar materi. Penting juga untuk kita menjaga kesehatan. Maupun menyediakan waktu bagi keluarga.
Dalam keadaan seperti ini saya merasa seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Terlalu banyak masalah membuat cemas. Dan saya tidak tahu jalan keluarnya.
Saya merasa membutuhkan kekuatan dan pegangan hidup. Saat itulah saya teringat lagi dengan Sutanto.
Allah Akan Memelihara Hidup Umat-Nya
Saya mengajaknya bertemu di warung pinggir jalan. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pandangannya.
Sutanto menegaskan bahwa Allah peduli. Ia sangat mengasihi kita.
Karena itu Allah tidak akan memberi masalah melebihi kekuatan kita. Allah menjamin bahwa ia akan memberikan pertolongan untuk menghadapinya (Injil, Surat 1 Korintus 10:13).
Ada janji pemeliharaan Allah. Yaitu saat kita mengimani dan menjadi pengikut Isa Al-Masih. Tertulis jelas dalam kitab suci.
“Aku [Isa Al-Masih] berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. [maupun tempat tinggal] . . . Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur . . . namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” (Injil, Matius 6:25-26).
Mendengar ini saya merespon: “Isi kitab suci yang menarik. Namun bagaimana kamu dapat yakin dengan pemeliharaan Allah?”
Sutanto menyatakan ia sangat yakin. Karena dalam kepercayaannya Allah tergambar sebagai “Bapa yang baik.” Ia pasti mau memelihara anak-anak-Nya.
“. . . Bapamu [Allah] yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu” (Injil, Matius 6:32).
Kisah Bukti Pemeliharaan Allah
Sutanto sendiri mengalami pertolongan Allah. Salah satu anaknya mendapat beasiswa untuk kuliah.
Hal ini sangat mengejutkan karena berasal dari penumpang taksinya. Ada seorang bapak tergerak membantu dari percakapan singkatnya selama perjalanan.
Sutanto sangat bersyukur karena menyadari hal ini pasti barokah Allah. Yang membuka jalan agar anaknya bisa melanjutkan pendidikan.
Kasih Allah Memberikan Ketenangan Batin
Informasi dan kisah Sutanto sangat menyentuh hati saya. Karena menyatakan Allah peduli dengan manusia.
Karena itu saya bertemu dengannya lagi. Untuk memahami lebih lanjut mengenai pandangannya.
Kali ini Sutanto menyatakan kasih Allah menghibur manusia. Ia pasti memberi kekuatan agar kita bisa mengatasi kecemasan berlebihan.
“. . . Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan . . . dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah [melalui Isa Al-Masih]” (Injil, Surat 2 Korintus 1:3-4).
Akan ada ketenangan menjalani kehidupan ini. Dan bahkan ketenangan di akhirat. Karena Allah akan menjamin surga melalui Isa Al-Masih.
Maukah Anda Menerima Pertolongan-Nya?
Semua penjelasan Sutanto memberikan harapan baru bagi saya. Setelah melalui berbagai proses, akhirnya saya memutuskan mengimani dan menjadi pengikut Isa Al-Masih.
Saya mengalami ketenangan batin yang berbeda. Ada keyakinan menjalani kehidupan. Walau tetap masih banyak tantangan, namun ada kekuatan Allah yang menghibur.
Sekarang saya membuka bengkel sendiri di dekat rumah. Walau usaha kecil namun keluarga kami bisa hidup dengan baik. Saya bersyukur karena tuntunan Allah yang menolong kehidupan saya.
Maukah Anda terlepas dari rasa cemas dan juga mengalami pertolongan Allah? Mari menerima kasih Allah melalui Isa Al-Masih.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Mukmin Bertanya Kenapa Hidup Selalu Susah? Ini Jawabannya!
- Mukmin Mencari Kedamaian Hati Sejati. Ini Jawaban Allah!
- Mencari Ketenangan Hati Melalui Al-Fatihah dan Kitab Zabur
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bagaimana cara Saudara mengatasi kecemasan berlebihan dalam hidup ini?
- Bagaimana pendapat Saudara pandangan bahwa manusia harus pasrah menerima takdir agar bisa hidup tenang?
- Bagaimana pendapat Saudara bahwa Allah tergambar sebagai “Bapa yang baik”, sehingga kita bisa mendapatkan kedamaian hati?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].