“Kita mencari kedamaian hati melalui sukses kehidupan! Karena itu kita harus berusaha mati-matian untuk bekerja.”
Ini adalah perkataan teman kepada saya. Ia sangat termotivasi bekerja keras agar memperoleh semua cita-citanya.
Tentu hal ini tidak salah. Saya pun termotivasi bekerja keras dalam kehidupan.
Namun benarkah kita mencari kedamaian hati melalui sukses? Apakah ini tolak ukur utamanya?
Pikiran saya terbuka saat krisis terjadi. Semua yang selama ini saya bangun hancur dalam waktu singkat. Hal ini membuat saya sangat tertekan.
Mari simak kisah saya mendapatkan kedamaian hati sejati.
Benarkah Sukses Membawa Kedamaian Hati?
Saya berasal dari keluarga yang serba kekurangan. Ayah hanyalah seorang guru di desa. Dan mama hanya ibu rumah tangga.
Karena itu dari kecil saya termotivasi bekerja dan berdagang. Tujuannya untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Dan membantu adik-adik saya sekolah.
Dalam usia relatif muda saya sudah mendapat posisi yang baik di perusahaan. Karir terus menanjak. Sehingga saya mulai merasakan kesuksesan hidup.
Dengan keadaan sekarang, saya bisa membantu ekonomi keluarga. Saya membuka warung dan gerobak makanan sebagai mata pencaharian. Karena ayah telah pensiun.
Saya sendiri mulai menikmati kehidupan di kota. Saya bisa memiliki mobil. Juga mencicil rumah.
Namun di tengah semua kesuksesan ini saya tidak merasa damai. Saya tetap merasa ada kekosongan di hati. Juga selalu ada saja berbagai hal yang menggelisahkan.
Misalnya makin tinggi posisi, makin besar persaingan di kantor. Saya kadang takut tidak mencapai target penjualan. Dan juga secara fisik sering kelelahan karena lembur.
Semua hal ini membuat tidak tenang. Saya masih tetap mencari kedamaian hati. Rupanya sukses kehidupan tidak menjamin kita mendapatkan ketenangan.
Kisah Teman Sukses yang Mengejutkan
Terlebih lagi saya melihat kehidupan teman yang tragis. Hal ini yang pertama kali menyadarkan saya. Bahwa sukses bukan segalanya.
Ia adalah salah satu panutan saya pada awalnya. Ia sangat rajin bekerja. Dan jauh lebih sukses dari saya.
Namun satu saat saya sangat terkejut. Karena mendengar ia bunuh diri. Rupanya ia memiliki banyak masalah yang tidak diketahui orang lain.
Hal ini membuat saya merenung. Melihat orang sukses sepertinya saja mengalami depresi. Jika demikian bagaimana kita mencari kedamaian hati?
Kehidupan di Bumi Penuh Cobaan dan Masalah
Selanjutnya hidup saya juga mengalami masalah besar. Memang kita tidak pernah tahu bagaimana kehidupan berubah drastis.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Qs 2:155).
Karena krisis ekonomi dan pandemi hidup saya berubah. Target penjualan tidak tercapai. Dan akhirnya perusahaan mengalami krisis. Saya termasuk karyawan yang mendapat PHK.
Di samping itu usaha warung dan gerobak makanan keluarga juga bangkrut. Karena tidak ada pembeli selama awal pandemi.
Saya saja masih mencari kedamaian hati saat sukses. Apalagi sekarang saat semua gagal. Hal ini membuat depresi berat.
Mencari Kedamaian Hati Melalui Agama
Dalam keadaan tertekan saya mencari petunjuk Allah. Saya menjadi rajin belajar. Juga bertanya kepada ustadz.
Ustadz menjelaskan cara utama mendapatkan kedamaian adalah dengan mengingat Allah atau berzikir. “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah . . .” (Qs 13:28).
Saya berusaha melakukan hal ini. Saya mulai melafalkan ayat. Juga rajin mengikuti berbagai kegiatan pengajian.
Namun saya masih gelisah. Karena walau sudah beribadah, namun tetap teringat juga berbagai kesulitan hidup.
Saya Masih Kurang Paham Agama
Terlebih lagi saya juga tidak mengerti. Ada banyak bagian dalam surah yang sama yang menimbulkan pertanyaan.
“Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki . . . Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki . . . Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik” (Qs 13:26-29).
Kebingungan saya:
- Bagaimana jika Allah yang berniat menyempitkan rezeki kita?
- Bagaimana jika Allah yang menyesatkan kita?
- Ada pra-syarat kebahagiaan. Yaitu beriman dan beramal. Bagaimana jika tidak mampu mencapainya?
Dalam hal ini ustadz menjawab dengan sabar. Ia menyatakan bahwa manusia harus hidup berserah. Kita hanya perlu berusaha melakukan yang terbaik saja.
Saya menghargai semua penjelasan ini. Namun seringkali masih merasa tidak sanggup. Dan hati saya belum mendapatkan kedamaian juga.
Inspirasi dari Teman yang Tabah
Sampai saya bertemu teman lama. Ia dahulu pernah menjadi teman kantor. Namun akhirnya berfokus pada membangun usahanya sendiri.
Ia menjadi sangat sukses. Namun saat krisis terjadi, ia mengalami banyak masalah juga. Usahanya bangkrut sehingga ia kehilangan banyak uang. Dan bahkan tidak jadi menikah.
Memang awalnya ia sangat sedih. Namun cepat sekali ia menjadi kuat dan bangkit kembali. Sekarang ia telah sukses merintis karir baru. Juga memiliki pasangan yang mengasihinya.
Mendapatkan Kedamaian Sejati
Saya bertanya kepadanya: “Apa yang membuat kamu terhibur? Mengapa bisa cepat pulih dari kesulitan?”
Jawabannya mengejutkan saya. Ia menjawab: “Saya menerima undangan Isa Al-Masih! Ia yang memberikan kekuatan.”
“Marilah kepada-Ku [Isa Al-Masih], semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Injil, Matius 11:28).
“Saat kita mau mengimani dan menjadi pengikut Isa, ada penghiburan Allah. Hati saya merasakan kedamaian yang sangat berbeda. Hal ini membuat saya tenang di tengah kesulitan.”
Saya terkejut dengan jawabannya. “Apakah semudah itu? Bagaimana jika kita penuh kesalahan? Akankah tetap ada penghiburan-Nya?”
Teman saya menjawab: “Tentu saja! Allah memberi damai karena kasih-Nya. Sehingga manusia berdosa juga bisa mendapatkannya.”
Mengimani Isa Al-Masih untuk Mendapatkan Kedamaian Allah
Selanjutnya teman saya juga memberi nasihat dari ajaran Isa Al-Masih. Bahwa manusia jangan hanya berfokus pada harta duniawi. Karena semua ini hanyalah fana.
Kata-Nya [Isa Al-Masih]: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu’” (Injil, Lukas 12:15).
Teman saya memberi ajakan untuk saya mengimani dan menjadi pengikut Isa. Menurutnya ini adalah satu-satunya jalan mendapat kedamaian Allah.
Saya menghargai kepercayaan teman saya ini. Walau semua hal ini baru bagi saya.
Namun saya tertarik karena melihat bahwa melalui Isa Al-Masih, Allah peduli dengan manusia. Maka saya membagikan kisah ini.
Bagaimana dengan para Pembaca? Apakah Anda juga rindu mendapatkan kedamaian hati? Mari mengimani dan menjadi pengikut Isa! Anda akan menerima kedamaian dari Allah.
Jika Anda sudah siap mengimani Isa Al-Masih sebagai Juruselamat, klik disini.
Bila Anda ingin mendalami Isa dalam Kitab Taurat, Zabur, dan Injil, klik link ini.
Lihat artikel ini dalam bentuk video
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Cara Mukmin Pasti Mendapat Ketenangan Hati Sejati!
- Mencari Ketenangan Hati Melalui Al-Fatihah dan Kitab Zabur
- Ketenangan Hati: Melalui Kalimat Allah Tertulis Atau Kalimatullah?
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bagaimana cara Saudara mencari kedamaian hati di tengah berbagai cobaan?
- Bagaimana menurut Saudara ada berbagai ayat yang menjanjikan penghiburan, namun juga disertai prasyarat untuk hidup takwa? Sanggupkah Saudara memenuhinya?
- Bagaimana pendapat Saudara mengenai ajakan penghiburan Allah melalui Isa Al-Masih?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].