Munafik atau orang bermuka dua tidak disukai orang beragama! “Sesungguhnya, orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik” (Qs 9:67). Siapa yang mau mendapat julukan “fasik”?
Takutkah Anda munafik? Bagaimana menentukannya? Inilah delapan di antara puluhan ciri-ciri orang munafik dalam Islam yang terdaftar di internet:
- Mempercepat sholat tanpa rasa khusyuk sedikit pun.
- Meninggalkan sholat Jumat
- Memperolok kesucian agama
- Sombong di antara sesama manusia
- Fitna, yaitu menyampaikan keburukan orang lain
- Dusta
- Menipu dalam jual beli
- Menangguh pembayaran hutang
Ceritakanlah kepada kami tentang munafik yang Anda ketahui dan ciri-cirinya.
Zahir dan Batin
Pada waktu membahas ciri-ciri orang munafik dalam Islam, pakar agama menyuruh kita berfokus pada Zahir dan Batin. Dengan mengerti konsep Zahir dan Batin kita dapat menilai setiap amal kita, apakah amalnya orang munafik atau amal orang tulus.
Terlalu sering fokus ketakwaan kita adalah pada yang Zahir dan mengabaikan Batin. Untuk tahu apakah kita betul-betul mempunyai ciri-ciri orang munafik atau tidak, kita harus dapat menilai dua macam ketakwaan: “Ketakwaan Umum” dan “Ketakwaan Murni.”
Ciri-ciri “Ketakwaan Umum” Mukmin dan Nasrani
Biasanya ada tiga sebab agamawan melakukan amal:
- Takut ditangkap atau mungkin mempermalukan diri sendiri. Contoh: Seseorang menghindari berbohong karena takut ketahuan dan akibatnya jadi malu.
- Ingin orang lain memuji, menganggap dia orang sholeh. Contoh: Orang angkuh dan ingin menunjukkan keunggulannya.
- Ingin meraih pahala. Contoh: Beramal karena ingin menambah pahala supaya masuk sorga.
“Ketakwaan Umum” seperti di atas adalah untuk diri sendiri, bukan untuk Allah.
Kita mengenal orang yang sholat atau ke gereja berdasarkan ketakutan. Takut orang lain akan memandang rendah pada mereka bila tidak beribadah. Atau mungkin egoisme menjadi motivasi.
Mereka ingin orang lain melihat dan memuji karena amalnya. Ketakwaannya diwarnai keangkuhan. Email kami tentang pandangan Anda akan tiga alasan di atas mengapa orang melakukan amal.
Apakah “Ketakwaan Murni”?
Apakah satu-satunya motivasi beramal yang berkenan kepada Allah? Menurut Injil, Isa Al-Masih selalu, “. . . melakukan apa yang berkenan kepada Allah, yang menyenangkan hati-Nya” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:29). Satu-satunya motivasi untuk beramal ialah karena mengasihi Allah, ingin menyenangkan Allah!
Jadi kalau beramal untuk menghindari kehinaan, membuktikan diri lebih baik dari orang lain, atau meraih pahala, berarti kita berfokus pada Zahir dan mengabaikan Batin. Dengan kata lain, ketakwaan yang fokusnya semata-mata pada keuntungan diri sendiri, tidak berkenan kepada Allah.
Cara Menghindari Ciri-Ciri Orang Munafik dalam Islam dan Nasrani
Menerima hati baru dari Allah. Hati yang semata-mata berfokus pada kemuliaan-Nya saja. Isa Al-Masih menawarkan kepada Anda hati baru seperti ini.
Anda dapat minta hati seperti ini dengan doa, “Isa, saya tidak ingin memiliki ciri-ciri orang munafik. Berikanlah saya hati baru supaya saya dapat bertakwa dengan hati murni, hanya bagi-Mu dan menyenangkan-Mu sebagaimana mestinya.”
Dengan hati baru, ketakwaan Anda akan berkenan kepada Allah!
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah Saudara merasa Allah tidak memperhatikan motivasi amal? Jelaskanlah jawaban Saudara.
- Apakah biasanya Saudara mengadakan amal buat diri sendiri atau supaya berkenan kepada Allah? Jelaskanlah!
- Kalau Saudara menilai hati sendiri apakah Saudara melihat ciri-ciri orang munafik dalam cara Saudara beragama? Jelaskanlah penilaian Saudara akan ibadat Saudara.
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Mengapa Orang Beragama Cenderung Berdosa?
- Apakah Amal Islam Mengungguli Amal Agama Lain?
- Dengan Amal, Tidak Dapat Menjadi Benar!
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Buat Staff IDI: Saya dapat menyetujui ”Ciri-ciri Ketaqwaan Umum Muslim Dan Nasrani” yang Anda sebutkan dalam Point 2 Artikel di atas, namun saya tidak menyetujui Ciri-Ciri yang Anda sebut pada Point 1 dan Point 2. Alasan saya : (1) Allah SWT memang melaknat “Orang-Orang Yang Beribadah Dan Berbuat Baik Karena Ingin Dipuji Orang”. (2) Dalam Islam diperbolehkan untuk ”Taqiyya/White Lie/Bohong Putih” sepanjang itu bisa menyelamatkan kehidupan Orang lain atau diri kita sendiri dari kezaliman Orang lain/Penguasa yang terkait dengan Aqidah Islam diri kita sendiri/Orang tersebut. (3) ”Meraih Pahala Sebanyak-Banyaknya Dan Surga” adalah Perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.
~
Sdr. Pradjanto,
Menarik sekali pernyataan saudara dalam Islam diperbolehkan berbohong putih. Yang menjadi pertanyaan, bukankah berbohong itu adalah dosa? Lantas mengapa Allah memperbolehkan umat-Nya untuk melakukan dosa? Mengapa melakukan ketaqwaan supaya mendapatkan pahala atau sorga bukankah ini ketaqwaan yang egois?
~
Juni
ILAH DI QURAN = DEWA JANUS yang bermuka dua. Contoh dua pendapat ilah di Quran yang bertolak belakang: 1. pendapatnya yang pertama adalah melarang mengambil orang kafir menjadi wali Ǫs 3:28. 2. pendapatnya ke-dua adalah ngebolehin mengambil orang kafir menjadi wali Ǫs 3:28
Mengapa ilah di Quran rada munafik ngajarin ajaran bermuka dua ciri khas dewa janus yg haq…ʔʔ
Salah satu ciri kemunafikan di atas adalah sombong. Ilah Arab memiliki dua sikap yang saling bertolak belakang, yakni kasih dan sombong: Ǫs 9:117…ilαh αrαb Mαhα Pengαsih. Ilαh αrαb berkαtα: “Kesombongαn αdαlαh selendαngku.” HR.Muslim,4752
~
Sdr. Biangkala,
Minta maaf saya menghapus sebagian komentar saudara karena melebihi satu kolom. Terimakasih atas komentarnya semoga saudara-saudara Muslim dapat menanggapi komentar saudara dengan baik.
~
Juni
Munafik menurut saya (untuk semua agama):
1) Mengaku beriman, tapi kelakuan berkuman. 2) Berpakaian serelijius mungkin. Untuk apa? Pamer paling saleh? Berpakaian yang sopan saja sudah cukup. 3) Menganggap bahwa amal kita bisa masukkan dalam sorga. Memangnya bobot amal dari Allah berapa kilo? Tidak ada yang tahu. Ini sebabkan sombong karena merasa amal paling banyak. 4) Memanfaatkan firman Allah untuk kepentingan pribadi: biar terkenal, dapat uang, pembenaran diri, dsb. 5) Yang salah dibenarkan, yang benar disalahkan. Tuhan dan orag lain terus yang disalahkan, diri sendiri tidak mau. 6) Alim hanya dalam tempat ibadah. Di luar, nol. 7) Menganggap diri lebih baik dan benar dari yang lain. 8) Baik karena ada apanya. 9) Agamanya hanya ada di KTP.
~
Sdr. Hola,
Apa yang saudara sampaikan di atas memang betul bahwa sering orang beragama entah agama apapun itu berlaku munafik dengan melakukan kegiatan agama bukan untuk menyenangkan hati Allah tetapi atas dasar kepentingan diri sendiri. Itulah sebabnya sebelum melakukan segala sesuatu kita intropeksi diri, apakah yang kita perbuat untuk kepentingan diri kita atau hanya untuk menyenangkan Allah?
~
Juni
No problem kang IDI,
Sifat mendua yang bertolak belakang lainnya:
1. Satu sisi beliau berkata rasul dari bangsa malaikat hanya diutus kepada bangsa malaikat doang, dan rasul dari bangsa manusia hanya di utus kepada bangsa manusia.
Ǫs 17:95…seαndαinyα ada mαlαikαt-mαlαikαt di bumi, niscαya Kαmi turunkαn kepada merekα seorαng mαlαikαt menjadi rαsul.
2. Disisi lain: beliau mengutus jibril kepada bangsa manusia (Muhammad dan Maryam), kok bisaʔ Katanya malaikat hanya diutus kepada jenis malaikat, mana yg benarʔ
~
Sdr. Biangkala,
Yang menjadi pertanyaannya, mengapa nabi Islam tidak konsisiten dengan apa yang disampaikannya?
~
Juni
Menarik sekali pernyataan saudara dalam Islam diperbolehkan berbohong putih..
Respon: Berbohong seperti apa? Kasih contohnya. Segala sesuatu harus ada contohnya. Kalau tidak ada contoh, seenaknya orang berbohong. nanya dong, pak jangan mengambil kesimpulan sendiri. Bohong putih contohnya seperti apa? Anda terlalu sensitif kata bohong, padahal anda pendusta. Coba anda baca komen–komen anda, saya yang menilai, jangan sedikit–sedikit bohong dosa. Anda menyekutukan Allah, dosa besar sama saja anda membohongi Allah. Apakah ini dosa lebih besar? Sudah jelas, Yesus diciptakan Allah. Anda bantah itu dulu sebelum anda masuk kepada pembahasan lain, memang bohong itu dosa, tapi menyekutukan Allah dosa besar.
~
Sdr. Hakullah,
Silahkan saudara simak dengan baik komentar Sdr. Pradjanto, beliau yang mengatakan bahwa dosa putih diperbolehkan dalam Islam dan beliau juga sudah memberikan contohnya. Saudara mengakui kalau berbohong itu dosa, lantas mengapa berbohong putih diperbolehkan dalam Islam?
~
Juni
SH. MSi
Apakah saudara setuju jika allah islam mengajarkan kemunafikan? Apakah ada taqiya putih dalam islam? Bagaimana dengan taqiya hitam yang diajarkan allah islam? Apakah saudara tahu taqiya hitam allah islam? Banyak muslim yang munafik menurut nabi islam karena nabi islam pernah bersabda: “Barangsiapa yang meninggal dan ia belum berperang, dan tidak berniat untuk perang, ia mati pada salah satu cabang kemunafikan.” (Sunan an-Nasa’I, 3097)
Hakullah
Apakah jika menggunakan iman imajinasi adalah taqiya putih? Karena banyak muslim mengimani hal yang menurut muslim baik tapi tidak ada dalam ajaran Quran. Seperti muslim klaim Quran melarang zina tapi dalam Quran zina dilegalkan. Bagaimana?
~
Sdr. Park,
Menyatakan maupun menunjukkan sesuatu yang bukan apa adanya merupakan salah satu ciri kemunafikan entah itu untuk menyelamatkan diri sendiri ataupun orang lain. Jika memang dalam Islam diperbolehkan untuk berbohong putih berarti Allah sedang mengajarkan kemunafikan bukan?
~
Juni
@Admin
Mengapa melakukan ketaqwaan supaya mendapatkan pahala atau sorga bukankah ini ketaqwaan yang egois?
Respon: Makanya nanya dong, jangan suka mengambil kesimpulan sendiri. Bukan egois, biar tambah semangat membantu orang lain. Biar semangat mengajak orang masuk Islam..kenapa harus begitu itu ya pak? Kenapa kita manja sama Tuhan, kalau perlu ngarapin pujian-pujian dari Allah. Begini nih orang suka mengambil kesimpulan sendiri. Kalau tidak mengerti bertanya. Kalau kita tidak bisa jawab, jangan suka memaksa, tapi kamu pikirin saja sendiri, kenapa ya ummat Islam tidak mau jawab? Kalau kita kan mainnya logika, menggunakan akal sehat.
~
Sdr. Hakullah,
Bertanya apalagi Sdr. Hakullah, bukankah komentar Sdr. Pradjanto sudah jelas menjelaskan tentang dosa putih yang diperbolehkan dalam agama Islam dan beliau pun sudah memberikan contohnya, mungkin saudara yang harus lebih fokus dalam menyimak komentar-komentar sebelumnya supaya tidak asal menuduh.
Sdr mengatakan bukan egois ketika melakukan ketaqwaan untuk mendapatkan pahala dan sorga, yang menjadi pertanyaannya, apakah saudara tetap semangat membantu orang lain seandainya saudara tidak dijanjikan pahala?
~
Juni
Buat Sdr. Juni: Bohong Karena Adanya Bahaya Yang Mengancam Diri Kita/Orang Lain, Apalagi Bila Bahaya Itu Muncul Karena Adanya Perbedaan Aqidah” malahan merupakan hal yang dianjurkan/diperintahkan oleh Agama Islam. Apakah nyawa Anda/saya/Orang lain akan dibiarkan melayang hanya karena persoalan perbedaan Aqidah dengan Aqidah Penguasa yang jahat dan bersifat sewenang-wenang? Apa kita tidak boleh berbohong dan berpura-pura seiman dengan Penguasa jahat itu?
~
Sdr. Pradjanto,
Untuk menyelamatkan nyawa sendiri akhirnya berbohong dengan berpura-pura seiman dengan penguasa jahat hal ini merupakan salah satu kompromi dan kemunafikan. Firman Allah berkata: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Injil, Rasul Besar Matius 5:37).
Berbohong putih berasal dari si jahat karena tidak menyatakan apa adanya suatu kebenaran, bagaimana menurut saudara?
~
Juni
Buat sdr yang Islam.
Beranikah sdr konsisten dan transparan dalam menyikapi hal yang benar?
1.Apakah Berbohong diajarkan oleh Allah bangsa Arab?
2.Sedangkan dalam Injil tidak diperbolehkan bohong.
Menurut sdr Islam, mana yang layak firman Allah.
Al-Quran atau Alkitab.
Saya mau jawaban yang simple dari sdr Islam. Bukan jawaban yang mutar-mutar.
Terimah kasih
~
Sdr. Karimmania,
Benar sekali di dalam Injil tidak diperbolehkan berbohong, entah itu bohong putih atau bohong hitam sekalipun hal itu untuk menyelamatkan nyawa kita, itulah sebabnya banyak para nabi dan rasul mati martir karena tidak mau berbohong tentang imannya. Semoga pertanyaan saudara ditanggapi oleh saudara-saudara Muslim.
~
Juni
Buat Sdr Noni: (1) ”Berpura-Pura Seiman” untuk melindungi diri dari “Kezaliman Seorang Penguasa” tidaklah sama dengan ”Berkompromi”. ”Kompromi” akan berujung pada ”Perubahan Aqidah”. ”Berpura-Pura” adalah ”Tetap Berpegang Pada Aqidah Yang Sebenarnya”. (2) ”Kemunafikan” juga berbeda dengan ”Berpura-Pura Seiman”, karena dalam ”Kemunafikan” itu telah hilang ”Aqidah Yang Sebenarnya” dari dalam diri kita. (3) ”Berpura-Pura Seiman” ini telah terbukti sebagai ”Strategi” yang sangat jitu dalam masa pertumbuhan Agama Islam dahulu, dimana Kaum Muslimin di Kota Mekkah tetap dapat mempertahankan eksistensinya di tengah Masyarakat Pagan/Musyrikin Kota Mekkah.
~
Sdr. Pradjanto,
Berpura-pura berarti menunjukkan sesuatu yang bukan diri kita sendiri alias munafik. Didalam kepura-puraan mesti ada kompromi, misalnya: Sdr pura-pura seagama dengan penguasa yang zalim, ketika penguasa tersebut meminta saudara menyembah yang dia sembah kemudian saudara ikut-ikutan untuk menyelamatkan nyawa saudara berarti saudara telah kompromi bukan? Apakah selama ini saudara sering melakukan bohong putih dalam kehidupan saudara dan saudara merasa nyaman dengan hal itu?
Apakah saudara setuju bahwa berbohong berasal dari si jahat (Injil, Rasul Besar Matius 5:37)?
~
Juni
Maaf projanto, sepertinya si admin salah memahaminya. Dalam Islam tidak boleh pura-pura seiman. Sepertinya penjelasan anda ini admin tidak bisa nanggap. Contohnya seperti apa yang benar, nah ketemu: seperti Nabi Ibrahim berhadapan dengan raja penguasa zhalim.. antum prajanto harus kasih contohnya, jangan berikan keterangan saja…nati orang kafir ngarang-ngarang, seolah-olah diperbolehkan pura-pura masuk gereja. dan yang terakhir, contoh yang kamu berikan, bukan pura-pura, menyembunyikan keimanannya, bukan bergaul seolah-olah seiman. mereka bergaul sedikit demi sedikit mereka dakwahi.. pak admin, harus banyak belajar lagi..jangan asal mengambil kesimpulan..OK
~
Sdr. Hakullah,
Supaya jelas untuk saudara, saya akan mengutip salah satu komentar Sdr. Pradjanto, dengan diperbolehkannya dalam Islam berpura-pura seiman dengan penguasa yang lalim, ”Berpura-Pura Seiman” ini telah terbukti sebagai ”Strategi” yang sangat jitu dalam masa pertumbuhan Agama Islam dahulu, dimana Kaum Muslimin di Kota Mekkah tetap dapat mempertahankan eksistensinya di tengah Masyarakat Pagan/Musyrikin Kota Mekkah.
Bohong Karena Adanya Bahaya Yang Mengancam Diri Kita/Orang Lain, Apalagi Bila Bahaya Itu Muncul Karena Adanya Perbedaan Aqidah” malahan merupakan hal yang dianjurkan/diperintahkan oleh Agama Islam
Apakah saudara yang selama ini gagal paham dan tidak menyimak setiap komentar dengan teliti dan malah menuduh orang lain yang tidak paham?
~
Juni
Hakullah
“Makanya bertanya dong”, kami sering tanya, tapi saudara berkata, “tapi kamu pikirkan saja sendiri, kenapa ya ummat Islam tidak mau jawab”? Ini logika dan akal sehat saudara atau saudara sedang menunjukkan logika dan akal sehat abu-abu saudara?
SH. MSi
Banyak pertanyaan saya yang tidak pernah saudara jawab? Hanya sedikit pertanyaan yang nekad saudara jawab tapi tidak sesuai dengan ajaran Quran dan nabi islam? Lalu iman Islam saudara berasal dari mana? Setelah diskusi disini, kami baru menyadari saudara sedang taqiya yang saudara anggap putih, walau tidak sesuai iman Islam? Benarkah? Bukankah dengan taqiya maka saudara sedang menyesatkan banyak orang?
~
Sdr. Park,
Semoga Sdr. Hakullah dan Pradjanto menjawab pertanyaan yang telah diajukan bukan dengan jawaban taqiya putih.
~
Juni
Berpura-Pura Seiman” ini telah terbukti sebagai ”Strategi” yang sangat jitu dalam masa pertumbuhan Agama Islam dahulu, dimana Kaum Muslimin di Kota Mekkah tetap dapat mempertahankan eksistensinya di tengah Masyarakat Pagan/Musyrikin Kota Mekkah.
respon: belum contoh yang jelas..itu dakwahnya sembunyi-sembunyi belum terang-terangan. tidak ada pura-pura iman kepada musyrik, atau bergaul seolah-olah seiman. makanya anda minta penjelasan lebih jelas lagi..untuk menanggapi teman saya ini, sebaiknya anda baca sirah nabawiyah karangan yang dapatdipercayai bukan karang orang kafir, baru anda bisa memberi komentar. anda gak boleh ngarang2 mengambil kesimpulan. ok.
~
Sdr. Hakullah,
Dari beberapa komentar yang diberikan sudah sangat jelas contoh yang dituliskan Sdr. Pradjanto tetapi saudara mengatakan belum contoh yang jelas. Jika saudara belum jelas, silahkan saudara tanya sendiri kepada Sdr. Pradjanto supaya jelas bagi saudara.
~
Juni
maksud saya: bahasanya tidak cocok “pura-pura” tapi saya mengerti maksud teman saya, tapi admin akan berbeda respon, karena bahasa seperti ini “sensitif”. lalu istilah ini “pura-pura” disalah gunakan oleh pak admin, seolah-olah kita boleh bohong jadi, saat ini belum ada contohnya.
~
Sdr. Hakullah,
Sdr. Pradjanto berkata dalam Islam diperbolehkan bohong putih demi keselamatan diri sendiri dan boleh berpura-pura seiman dengan penguasa yang zalim supaya selamat. Jadi sangat jelas perkataan Sdr. Pradjanto bahwa berpura-pura dan berbohong putih diperbolehkan dalam Islam, tidak perlu lagi contoh panjang lebar, kecuali saudara masih bingung silahkan saudara bertanya sendiri kepada Sdr. Pradjanto. Apakah saudara setuju dengan pendapat teman saudara?
~
Juni
@Park
Kenapa ya ummat Islam tidak mau jawab”?
Respon: karena anda belum memahami konsep Islam, saya sudah bilang: Al-Quran ini bukan buku cerita, tapi buku petujuk. Tentunya anda bisa bedakan itu, misalkan saya minta petunjuk tentang status Yesus ketika saya bertanya, anda menjawab. jika anda tidak menjawab itu, maka 2 dan 3 pertanyaan sangat membingungkan anda. jika anda menjawabnya, maka 2 dan 3 anda harus menjawabnya dengan akal sehat. Jadi saat ini, saya inginkan dalil aqli bukan dalil naqli, dalil naqli anda bisa lawan, tapi dalil aqli, anda tidak bisa lawan dengan akalmu untuk berfikir bukan masalah boleh atau tidak, haram atau tidak terlalu jauh pikiran ke situ
~
Sdr. Hakullah,
Tidak mau menjawab, apakah karena tidak dapat menjawab? Sebab jika saudara dapat menjawabnya saudara tentulah akan menjawabnya karena itulah yang saudara lakukan selama ini kalau tahu saudara akan jawab kalau tidak lari dari pertanyaan dan mengalihkan topik.
~
Juni
Buat Sdr Jesus Park/Noni: (1) ”Ada 2 wanita terbaik yang disebut dalam QS 66: 11-12”, yaitu Maryam dan Istri Fir’aun. Istri Fir’aun adalah seorang ”Wanita Yang Beriman” walaupun suaminya (Fir’aun) adalah ”Sejahat-Jahat Dan sekafir-kafirnya manusia yang pernah ada di muka bumi”. Bisakah istri Fir’aun ini tetap bertahan sebagai Permaisuri Fir’aun jika ia ”Tidak pandai-pandai menyembunyikan keimanannya kepada Allah SWT”? (2) Apakah Nabi Yusuf dapat memboyong bapaknya (Nabi Israil), ibunya, dan saudara-saudaranya Ke Mesir, jika Nabi Yusuf tidak “Membuat Kebohongan Putih/Bertaqiyya” dengan menuduh bahwa ”Benjamin (Adiknya) telah mencuri di istananya”? (Lihat Al Qur’an Surat Yusuf).
~
Sdr. Pradjanto,
Kebohongan apapun itu tidak diperbolehkan di dalam Alkitab, tetapi terkadang manusia melanggar perintah Allah untuk menyelamatkan dirinya ataupun untuk memuluskan rencananya. Allah memberikan perintah dan manusia diberikan kebebasan untuk memilih taat kepada perintah Allah atau tidak.
Bagaimana tanggapan saudara, apakah saudara setuju bahwa berbohong berasal dari si jahat (Injil, Rasul Besar Matius 5:37)?
~
Juni
@Juni (25 Juli 2019 pada 7:03 pm)
Apakah saudara setuju bahwa berbohong berasal dari si jahat (Injil, Rasul Besar Matius 5:37)?
Res: Setuju, si jahat juga termasuk Paulus dari Tarsus!
“Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa” (Roma 3:7). “Tapi biarlah begitu aku ini tiada membebankan kamu, melainkan sebab cerdik, aku tangkap kamu dalam muslihat.” (2 Korintus 12:16, Perjanjian Baru the Gideon International 1970).
~
Sdr. Oneness,
Ayat ini sering dipakai oleh orang yang tidak menyukai Paulus untuk menyatakan bahwa Paulus berbohong dalam melakukan dakwahnya, padahal jika kita melihat ayat sebelum dan sesudahnya Paulus tidak menyatakan dia berbohong namun ada orang-orang yang menuduh dia berbohong. Itulah sebabnya Paulus menyatakan “Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa” (Roma 3:7). “
Jika saudara setuju bahwa berbohong berasal dari si jahat lantas mengapa dalam agama Islam berbohong putih diperbolehkan?
~
Juni
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam”, padahal al-Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Isra’il, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang2 yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang2 yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yg pedih(QS al-Mā’idah [5]: 72–73)
~
Sdr. Markus,
Kami senang dengan komentar di atas, akan tetapi komentar saudara tidak berkaitan dengan topik kita di atas. Jika saudara komentar saudara di https://tinyurl.com/y7oashqn.
Bagaimana tanggapan saudara mengenai salah satu pertanyaan kami di atas? Apakah biasanya Saudara mengadakan amal buat diri sendiri atau supaya berkenan kepada Allah? Jelaskanlah!
~
Juni
Ǫs 3:28. Jαngαnlαh…kecuαli kαrenα (siαsαt)…
Tentu perkataan sudah mencerminkan kemunafikan/ bermuka dua, dua pendapat yang saling bertolak belakang, istilah Muslimer dimari boleh bohong lantaran takut dibunuh, padahal:
Ϻαtiυs 10:28…“jαngαnlαh kαmu tαkut kepαdα merekα yαng dαpαt membunuh tubuh…tαkutlαh terutαmα kepαdα Diα yαng berkuαsα membinαsαkαn bαik jiwα mαupun tubuh di dαlαm nerαkα.”
Benar yg dikatakan kang IDI:
Ϻαtiυs 5:37. “Jikα yα, hendαklαh kαmu kαtαkαn: Yα, jikα tidαk, hendαklαh kαmu kαtαkαn: Tidαk. Apα yαng lebih dαri pαdα itu berαsαl dαri si jαhαt.”
~
Sdr. Biangkala,
Semoga saudara-saudara kita tercerahkan bahwa berbohong entah berbohong putih maupun hitam dilarang oleh Allah, karena berbohong berasal dari si jahat.
~
Juni
~
Buat Sdr Karimmania,
Jika Anda tahu tentang aib teman Anda (Si B) dan diminta oleh Teman Anda yang lain (Si A) untuk menceritakan aib Si B itu, maka apa Anda akan menceritakan aib Si B itu kepada Si A? Atau Anda akan berpura-pura tidak mengetahui tentang aib Si B itu? Allah SWT mengajarkan kepada setiap Muslim untuk menutupi aib orang lain.
Jika saya ada dalam posisi Anda, saya akan memilih berbohong kepada Si A dan berpura-pura tidak tahu tentang aib Si B. Dosakah saya karena berbohong kepada Si A untuk menutupi aib Si B? Jika Anda seorang Reserse, maka apakah Anda akan berterus terang bahwa Anda adalah ”Seorang Polisi” kepada Orang/Kelompok yang sedang Anda selidiki itu?
~
Saudara Pradjanto,
Saudara memberikan pernyataan yang menarik. Pada prinsipnya apa yang disampaikan oleh saudara adalah bohong putih. Bukankah demikian? Saudara rela untuk berdusta. Pertanyaannya, apakah harus berdusta untuk melindungi A? Bukankah kita tidak perlu memberikan penjelasan bila tidak diminta? Lagi pula, bagaimana dalam hal ibadah? Apakah kemunafikan bisa terjadi di kalangan ulama? Bagaimana menurut saudara?
~
Solihin