Setiap kita ingin agar orang lain menghargai kita. Dan memperlakukan kita dengan adil.
Konsep kesetaraan gender menurut Islam mengandung pemahaman tentang peran dan tanggung jawab yang sama, serta hak-hak yang setara antara pria dan wanita.
Dalam Islam polemik hijab dan poligami merupakan topik pembahasan yang hangat sampai saat ini. Banyak orang merasa tidak adil bahwa kaum wanita harus menutup seluruh badannya dan pria boleh lebih bebas.
Wanita di Indonesia patut bersyukur, karena dapat melakukan hal-hal yang umumnya seperti yang pria lakukan. Menyetir misalnya. Dalam beberapa negara mayoritas Islam, seperti di Timur Tengah, wanita tidak boleh menyetir mobil.
Bagaimana ajaran Islam memperlakukan wanita dan pria? Apakah hak wanita diperhitungkan? Bagaimana Kitab Allah memandang hal ini?
Kesetaraan Gender Menurut Islam
Dalam ajaran Islam, laki-laki dan perempuan memiliki posisinya masing-masing, sesuai dengan fitrahnya. Pria dan wanita memiliki tanggung jawab, kewajiban serta hak yang sama. Namun dalam penerapannya, ada banyak bentuk ketidakadilan yang dialami kaum Muslimah.
Al-Quran mengajarkan bahwa status wanita rendah dibawah pria. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum Wanita . . . maka nasihatilah mereka . . . dan pukullah mereka” (Qs 4:34).
Bahkan Hadist menyatakan: Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Bila kamu memaksa untuk meluruskannya, niscaya kamu akan mematahkannya . . . kamu dapat bermesraan namun padanya terdapat kebengkokan” (Hadits Bukhari No.4786).
Wanita juga dianggap sumber kesialan. “Kalau ada kesialan pada sesuatu, maka ada pada wanita, kuda dan tempat tinggal” (Hadits Bukhari No.2647). Bahkan sebagai salah satu sumber utama kerusakan (Shahih Muslim 2740).
Tentu kita perlu mempertimbangkan ajaran tersebut, bukan?
Ulama Muslimah Menuntut Kesetaraan Gender
Bagi sebagian orang, kesetaraan gender adalah konsep negara barat. Syukurlah Indonesia tidak sepenuhnya setuju dengan mindset ini. Tahun 2014-2019, representasi perempuan di parlemen Indonesia ada sekitar 17,8%. Tahun 1950-1955 hanya 3,8%. Inilah bukti kesetaraan gender sudah semakin diperhatikan di Indonesia.
April 2017 lalu dalam Seminar Internasional Ulama Perempuan di Cirebon, peneliti senior dari Qatar University, Hatoon Al-Fasi, berkata bahwa saat ini banyak aturan yang membuat wanita sulit bergerak bebas. Menggunakan dalih bahwa wanita inferior sehingga perlu dilindungi. Namun menurut Hatoon, peraturan tersebut tidak ada kaitannya dengan akidah Islam.
Allah: Pria dan Wanita Setara!
Mungkin Anda setuju dengan saya bahwa pria dan wanita setara. Karena begitulah faktanya tatkala Allah menciptakan pria dan wanita (Taurat, Kitab Kejadian 1:27). Juga, wanita diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pria. Jika wanita lebih rendah, dapatkah ia memenuhi kebutuhan pria?
Kesamaan lain adalah pria dan wanita sama-sama berdosa. Sama-sama membutuhkan jaminan keselamatan. Jika Anda mempunyai pandangan lain tentang kesetaraan gender dalam Islam, silakan menyampaikan pandangan Anda lewat email!
Poligami Bukan Ajaran Islam!
Hatoon juga berkata bahwa poligami bukan ajaran Islam. “Saya mengatakan, poligami bukan ajaran Islam. Poligami telah muncul jauh sebelum Islam. Apa yang Islam lakukan adalah memanusiakan poligami. Al-Quran justru bertujuan pada monogami,” katanya.
Mungkin sebagian dari Anda tidak setuju. Sebab Kitab Suci Islam sangat jelas memperbolehkan poligami. Nabi Islam pun berpoligami.
Namun, bila kita melihat kepada awal penciptaan manusia, pernikahan yang Allah ciptakan adalah monogami. Allah hanya menciptakan satu isteri untuk Adam, yaitu Hawa. Dan lagi, firman Allah berkata “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Taurat, Kitab Kejadian 2:24).
Kontroversi Hijab
Pernyataan Hatoon yang berkata bahwa menekankan nilai-nilai Islam jauh lebih baik daripada cara berpakaian, patut kita apresiasi. Karena penampilan rohani jelas jauh lebih baik daripada penampilan luar sekalipun terlihat agamis.
Saya sangat setuju (mungkin Anda juga) dengan ajaran Isa Al-Masih yang mengatakan bahwa orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang “secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu”(Injil, Surat 2 Timotius 3:5).
Berfokus Pada Ajaran Isa Al-Masih
Satu pertanyaan yang dapat kita renungkan, “Bermanfaatkah menutup tubuh dengan hijab namun hati kotor karena dosa?” Isa Al-Masih berkata, “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:12).
Jika Anda mempunyai pandangan bagaimana cara terhindar dari kegelapan dosa kepada terang Kasih Ilahi, silakan mengirimkan pandangan Anda lewat email!
[Staf Isa dan Islam – Untuk informasi lebih lanjut, silakan mendaftar untuk menerima secara cuma-cuma Buletin Mingguan “Isa dan Al-Fatihah.”]
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Kesetaraan Gender Menurut Islam: Pria dan Wanita Setara?“ Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Islam Dan Kristen: Benarkah Poligami Hukum Allah?
- Alasan Muslimah Arab Saudi Menuntut Kesetaraan Gender
- Apakah Wanita Berhijab Adalah Wanita Solehah?
- Hak Kaum Wanita Dalam Negara-Negara Islam
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Setujukah saudara bila poligami bukan ajaran dari Tuhan Sang Pencipta?
- Menurut saudara, mengapa Isa Al-Masih mengajarkan bahwa penampilan jasmani tidak mempengaruhi keselamatan surgawi seseorang?
- Setelah membaca penjelasan pada artikel di atas, bagaimana pandangan saudara tentang: Kesetaraan gender, poligami, dan hijab?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel “Kesetaraan Gender Dalam Islam, Polemik Hijab dan Poligami”. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Ditulis oleh: Saodah
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].