• Skip to main content
  • Skip to header right navigation
  • Skip to site footer
Isa Dan Islam

Isa Dan Islam

Dialog Agama - Isa dan Islam

  • Maksud Situs Ini
    • Tentang Kami
    • Isa dan Al-Fatihah
    • Daftar Artikel
  • Jalan ke Surga
  • Artikel
  • Media
  • Kitab Suci
  • Hubungi Kami
wudhu

Apa Sebenarnya Tujuan Kita Saat Berwudhu Sebelum Sholat? 

Isa Dan Islam > Artikel > Kepercayaan Orang Islam > Sholat > Apa Sebenarnya Tujuan Kita Saat Berwudhu Sebelum Sholat? 
16 November 2010 | 119 Komentar

seorang muslim yang sedang ambil wudhu sebagai ilustrasi dari apa tujuan kita berwudhu Wudhu berasal dari bahasa Arab. Artinya, salah satu cara mensucikan anggota tubuh dengan air. Seorang Muslim diwajibkan membersihkan tubuhnya setiap akan melaksanakan sholat. Berwudhu bisa pula menggunakan debu yang disebut dengan tayahmmum. Pertanyaannya, apa tujuan sebenarnya kita berwudhu? Apakah agar sholat dan ibadah kita dapat diterima Allah? 

Perihal berwudhu sebelum sholat sesuai dengan perintah Al-Quran yang terdapat dalam Qs 5:6, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki.”

ApaTujuan Kita Berwudhu? 

Islam menganjurkan umatnya untuk melaksanakan wudhu sebelum sholat. Sebagian orang menilai tujuan berwudhu supaya tubuh bersih sebelum menghadap sang Khalik. Sehingga kelihatannya sholat tanpa berwudhu terlebih dahulu tidaklah sah.

Selain membersihkan tubuh, wudhu juga dipercaya bertujuan untuk mensucikan manusia lahir dan batin.  Pahala berwudhu diyakini dapat menggugurkan dosa-dosa yang telah berlarut. “Barangsiapa yang berwudhu dengan sempurna, maka akan keluar dosanya dari tubuhnya bahkan akan keluar pula dosa-dosa itu dari bawah kuku-kukunya” (HR. Muslim).

Berwudhu banyak manfaatnya bagi umat Islam. Tetapi, wudhu hanya membersihkan bagian luar saja. Kita semua ingin bersih bagian luar dan dalam, bukan? 

Sayangnya, Al-Quran tidak pernah menyatakan dengan Mukmin berwudhu, dapat menjamin sholat diterima Allah. Jadi, apakah yang dapat menjamin sholat dan ibadah Mukmin diterima oleh Allah? 

Manakah Yang Paling Penting, Kebersihan Tubuh Atau Hati?

Datang menghadap Sang Khalik dalam keadaan tubuh dan pakaian bersih memanglah tidak salah.  Tetapi apakah itu lebih penting dibandingkan kebersihan hati?

Manusia memang terkadang hanya melihat dan memperhatikan apa yang terlihat oleh mata jasmani. Manusia cenderung membersihkan ‘kotoran-kotoran’ yang terlihat oleh mata.  Biasanya ia mengabaikan ‘kotoran-kotoran’ lain yang seharusnya lebih penting dibersihkan dari sekedar membersihkan tubuh.

Taurat, Kitab I Nabi Besar Samuel 16:7 berkata: “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” Jelas, ayat ini menekankan bahwa Allah melihat kebersihan hati seseorang yang datang menghadap-Nya. Keadaan hati lebih utama dibandingkan kebersihan tubuh jasmani.  Kalau tubuh bersih dan hati kotor, penyembah pasti ditolak Allah!

Bagaimana Mendapatkan “Hati Yang Suci”?

Dalam Injil Markus 7:21-22, Isa Al-Masih menekankan: “Dari hati orang timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa napsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan“.

Kotoran-kotoran inilah yang seharusnya terlebih dahulu dibersihkan dari tubuh rohani kita sebelum datang menghadapi-Nya.  Bagaimana mungkin kita dapat memanjatkan setiap doa, sholat, pujian dan penyembahan bila hati masih dipenuhi oleh ‘kotoran-kotoran’?  Kotoran hati ini yang membuat kita terlihat menjadi jijik di hadapan Allah!!

Kesimpulannya, bukanlah karena berwudhu dapat menjamin sholat diterima Allah melainkan hati yang bersih. Isa Al-Masih menjamin setiap orang dapat disucikan, dengan cara mengakui dosanya dan datang kepada-Nya. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (Injil, Surat 1 Yohanes 1:9).

Sudah jelas Allah menyediakan jalan indah supaya dosa Saudara dibersihkan.  Untuk mengetahui lebih lagi bagaimana cara mendapatkan hati yang suci, silahkan mempelajari Lima Langkah Keselamatan.

Artikel Terkait 

Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Apa Sebenarnya Tujuan Kita Saat Berwudhu Sebelum Sholat?” Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut: 

  1. Hati yang Kotor Menghambat Allah Berkenan pada Kita
  2. Apa Tujuan dan Manfaat Sholat Tahajud Bagi Mukmin?
  3.  Pembersihan Hati yang Kotor dengan Dosa
  4. Wanita Haid Dilarang Sholat Oleh Nabi Islam

Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca 

Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut: 

  1. Menurut Saudara, apa tujuan kita berwudhu yang sebenarnya?
  2. Manakah yang lebih penting, kebersihan hati ataukah fisik yang Allah kehendaki? Jelaskan!
  3. Ibadah dan doa kita diterima Allah jika kita mengaku dosa dan percaya kepada Isa Al-Masih. Apa yang Saudara akan lakukan, jika ini satu-satunya cara agar berkenan kepada Allah?

Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. 

Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.” 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, Silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau WA/SMS ke: 0812-8100-0718 

Kategori: Kepercayaan Orang Islam, Sholat

Bagikan Artikel Ini:

Share on Facebook Share on Twitter Share on WhatsApp Share on Email Share on SMS

PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR

Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!

Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].

Subscribe
Beritahulah

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

119 Comments
Paling lama
Terbaru
Inline Feedbacks
Baca Semua Komentar
Septa Anis Prayoga
25 November 2010 3:10 am

*
Langkah keselamatan yang saya dapati di ajaran Islam, berbeda dengan yang penulis sampaikan. Jadi saya menyimpulkan bahwa Anda salah.

Balas
staff
29 November 2010 7:55 am
Balasan ke  Septa Anis Prayoga

~
Sdr Septa Anis, karya keselamatan dari Isa Al-Masih melalui penebusan salib dapat ditolak, namun keselamatan-Nya tak dapat digantikan, sekalipun itu mengatas-namakan Allah.

Penolakan tersebut karena didasarkan atas “logika-pahala”: Mana mungkin keselamatan (naik ke sorga) diberikan kepada orang yang percaya saja, tetapi tidak berprestasi dalam kesalehan dan amal-pahala?

Banyak orang yang percaya bahwa keselamatan bisa diusahakan dengan pelbagai filsafat hidup, ajaran-ajaran hidup bersih, tidak menjahati orang dan melakukan amal-ibadah yang mendatangkan pahala.

Konsep pengusahaan pahala lewat diri sendiri, walaupun nampaknya logis, namun menimbulkan sedikitnya ada dua pertanyaan kritis:
(1). Bisakah amal-pahala menghapus atau meringankan dosa?
(2). Mampukah manusia yang berwatak-dosa ini menyelamatkan diri-sendiri?
~
SL

Balas
ABD. RAZAK
17 Desember 2010 3:33 am

*
Mas, syarat sahnya shalat antara lain wudhu, pakaian dan tempat solat harus suci. Jadi jika tidak wudhu, jelas sholatnya tidak diterima (tidak sah).

Urusan ikhlas atau tidaknya, terserah hati masing-masing, karena kita tidak tahu hati semua orang seperti apa, itu urusan sang Khaliq (Allah).

Balas
staff
30 Desember 2010 3:32 pm
Balasan ke  ABD. RAZAK

~
Saudara Abd.Razak, Allah adalah kudus. Jika kita mau melakukan ibadat yang berkenan kepada-Nya, maka kita harus menguduskan diri, terutama untuk membersihkan kenajisan yang berasal dari tubuh bagian dalam, yaitu hati. Untuk ini Injil, Markus 7:21-23 berkata, ”Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”

Umumnya manusia memang lebih memperhatikan apa yang terlihat, dan mereka cenderung membersihkan bagian tubuh mereka saja, supaya orang lain dapat melihat bahwa mereka bersih. Namun Allah melihat ke dalam hati seseorang. Dengan demikian, di hadapan Allah, kebersihan hati adalah lebih utama dibandingkan kebersihan tubuh bagian luar.
~
SL

Balas
Mhd. Ikhwan
23 Desember 2010 7:39 am

*
Saya setuju dengan Ikhwan Razak. Sahnya seseorang dalam mengerjakan shalat adalah dengan mematuhi dan memenuhi syarat sah shalat tersebut.

Urusan ikhlas atau tidaknya hati seseorang dalam mengerjakan ibadahnya adalah orang itu sendiri dan Allah yang tahu.

Apakah shalatnya diterima atau tidak, itu urusan Allah sang Khalik.

Balas
staff
6 Januari 2011 3:58 am
Balasan ke  Mhd. Ikhwan

~
Saudaraku, jikalau ada seseorang yang dengan tulus datang ingin melakukan sembahyang. Namun karena sesuatu hal di luar dugaan, ia menjadi terlambat, dan dia akhirnya menjadi kurang mentaati keseluruhan syarat atau menjadi terpaksa melanggar salah satu syarat lahiriah tersebut tanpa sengaja, apakah sholatnya itu dianggap sah?

Tentu saja dalam hal ini kami menanyakan bagaimana pendapat Saudara? Apakah hal-hal lahiriah lebih penting dibanding dengan ketulusan hatinya? Ataukah hal-hal jasmaniah itu sama pentingnya dengan hal-hal rohaniah?

CA

Balas
zahra
26 Desember 2010 3:41 am

*
Saya setuju bahwa amal pahala dan / atau dosa itu masing-masing ada, tergantung amal kita banyak yang mana?

Manusia berwatak dosa bisakah menyelamatkan diri sendiri? Itu kembali kepada individu masing-masing ibadahnya kepada sang Kholik-Nya (Allah), karena Allah akan membalas setiap perbuatan manusia baik / buruk meski sebutir pasir.

Balas
staff
13 Februari 2011 4:11 pm
Balasan ke  zahra

~
Kami setuju dengan ucapan Saudara bahwa kita adalah manusia berwatak dosa yang tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri.

Standar kebaikan Allah adalah sempurna. Bolehkah kita meminum segelas susu yang “hanya” tercemar oleh setetes racun?

Masihkah kita mau memakan sepotong ikan yang hanya satu bagian darinya yang dijilati seekor kucing?

Apakah kita merasa layak untuk memasuki sorga yang suci dengan membawa walau hanya “sedikit” dosa?

Oleh sebab itu kita yang tidak mampu ini, membutuhkan jalan keselamatan dari Allah. Allah telah mengutus Isa Al-Masih yang tanpa dosa itu, untuk menyelamatkan dan membersihkan kita dari segala dosa, dengan cara sudah menanggung hukuman atasnya.

Isa itulah jalan yang lurus sebagaimana yang kita minta di dalam setiap sholat kita kepada Allah (Sura 43:61, 63).

Kata Isa kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada (Allah) Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6)
~
CA

Balas
lucky
18 Juli 2011 3:50 pm

*
Bagaimana yang non-Muslim bisa mengerti arti wudhu yang tak ada di kepercayaan mereka ?
Percuma saja membuat topik yang tak dipahami sepenuhnya.

Dalam Islam itu, semua ada aturannya. Ada yang wajib dikerjakan, ada yang tidak wajib(sunnah); mulai dari melangkahkan kaki keluar dari rumah, naik kendaraan hingga melangkahkan kaki masuk rumah, makan, tidur, bahkan masuk ke toilet pun pakai aturan.

Apalagi untuk menghadap dan berbicara langsung dengan Sang Pencipta. Adapun mengenai diterima atau tidaknya shalat dan bersih tidaknya hati seseorang, itu hanya urusan yang bersangkutan dengan Allah.

Wudhu juga tak berarti harus ada air, dipadang pasir yang kering dan gersang pun dan bahkan orang sakit ditempat tidur bisa berwudhu.

Demikian, terimakasih.

Balas
staff
20 Juli 2011 9:48 am
Balasan ke  lucky

~
Saudara Lucky,

Datang menghadap Allah tidak cukup hanya dengan keadaan tubuh dan pakaian bersih. Allah tidak akan berkenan menerima sholat ataupun mendengarkan doa yang dipanjatkan dengan hati masih kotor.

“Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.” (Kitab, Nabi Besar Yesaya 1:15)

Allah memberikan perintah agar kita membersihkan diri dari perbuatan jahat. Allah akan berkenan menerima persembahan ibadat dari kehidupan yang bertobat. “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik;… Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju” (Kitab, Nabi Besar Yesaya 1:16-18)
~
SL

Balas
lucky
2 Agustus 2011 12:38 pm

*
Yesus memerintahkan banyak berwudhu apabila sedang berpuasa dan mengajarkan sujud serta berdoa ketika sedang sujud.

“Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu”(Matius 6:17).

“Musa dan Harun serta anak-anaknya membasuh tangan dan kaki mereka dengan air dari dalamnya.Apabila mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan dan apabila mereka datang mendekat kepada mezbah itu, maka mereka membasuh kaki dan tangan–seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.”(Keluaran 40:31-32)

Balas
staff
3 Agustus 2011 9:02 am
Balasan ke  lucky

~
Wudhu bukanlah ajaran Yesus/Isa Al-Masih. Sehingga, Isa Al-Masih tidak pernah mengajarkan tentang berwudhu. Adapun arti “mencuci muka” pada ayat di atas, tidak sama dengan berwudhu seperti yang dilakukan oleh umat Muslim.

“Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu”
(Injil, Rasul Besar Matius 6:17). Puasa merupakan hubungan rohani dengan Allah. Maka, cukuplah hanya Allah saja yang mengetahuinya. “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa” (Injil, Rasul Besar Matius 6:16).

Membasuh kaki ataupun tangan adalah tradisi dalam Yahudi. Jangankan untuk masuk ke dalam rumah ibadah, dalam tradisi Yahudi, seseorang yang masuk ke dalam rumah pun harus terlebih dahulu membasuh kakinya dengan air yang telah disediakan oleh tuan rumah di depan rumahnya.

Dan yang terpenting dalam beribadah, bukanlah kebersihan badaniah, melainkan kebersihan hati.
~
SO

Balas
Orang Bego
16 November 2011 11:18 am

*
Menurut anda: Dan yang terpenting dalam beribadah, bukanlah kebersihan badaniah, melainkan kebersihan hati.

Saya ingin tanya apakah umat lain yang ingin beribadah tidak bersuci (berwudhu) badaniah kotor ntah itu habis megang kotoran dll hatinya pada bersih?

Apakah anda dapat menjamin hatinya orang-orang non-Islam pada saat beribadah bersih-bersih? Hati bersih atau tidak hanya Allah yang tau.

Balas
staff
19 November 2011 5:48 am
Balasan ke  Orang Bego

~
Setiap manusia yang normal tentu mengerti mana yang bersih dan mana yang kotor. Anak kecilpun tahu bahwa memegang kotoran adalah sesuatu yang jorok.

Perhatikanlah ilustrasi berikut, ada dua orang wanita yang akan berdoa. Yang satu menggunakan pakaian lusuh dan dia seorang pengemis. Tetapi wanita ini mempunyai sifat yang baik, tidak menyimpan benci kepada sesamanya. Dan dia berdoa dengan tulus dan hati yang bersih kepada Allah.

Sedangkan wanita yang lain menggunakan baju yang mahal dan bersih. Sebelum berdoa dia membasuh seluruh anggota tubuhnya berkali-kali. Namun wanita ini menyimpan rasa benci dan iri dihatinya. Bahkan saat berdoapun rasa benci dan iri itu masih ada di dalam hatinya.

Menurut saudara, doa wanita manakah yang berkenan di hadapan Allah?
~
SO

Balas
rico
27 Juni 2012 2:40 pm

*
Wudhu bukan jaminan untuk sholat seseorang diterima atau tidak. Tapi Jaminannya adalah kekusyukan dan keikhlasan hati seseorang dalam melaksanakan sholat. Wudhu sendiri digunakan untuk membersihkan hadas kecil.

Balas
staff
3 Juli 2012 4:08 am
Balasan ke  rico

Saudara Rico,

Saudara telah salah dalam menilai kami. Bukankah pernyataan Saudara selaras dengan apa yang kami sampaikan dalam artikel di atas. Yaitu bahwa keadaan hati suci yang penyembahannya diterima.

Lantas, bagaimana mendapatkan hati yang suci? Allah menyediakan jalan indah supaya dosa saudara dibersihkan.  Untuk mengetahui lebih lagi bagaimana cara mendapatkan hati yang suci, silakan mempelajari Lima Langkah Keselamatan pada url ini: http://tinyurl.com/cy279xv.
~
DA

Balas
hakkuallah
15 Februari 2013 11:08 am

*
Staf Isa dan Islam,

Anda masih saja tidak mengerti bahwa Allah memerintahkan untuk berwudhu ketika shalat. Hati bersih atau tidak bukan urusan orang lain, tapi urusan Allah. Walaupun hati kita bersih menghadap Allah tanpa wudhu, maka tidak diterima. Begitu juga sebaliknya.

Bila hati anda bersih, tapi anda tidak mengikuti aturan Allah dan rasul-Nya, bagaimana anda bisa sampai kepada Allah? Artinya, beribadah tanpa ilmu tidak diterima. Ibadah orang yang berilmu lebih mulia daripada ibadah orang tanpa ilmu. Seperti anda, anda beribadah tanpa ilmu. Bahkan anda sendiri tidak menyadari bahwa yang anda ibadahkan itu tidak ada dasarnya.

Anda harus tahu dan membedakan mana wahyu Allah dan mana penjelasan rasul-Nya. Yang harus anda ketahui bahwa Nabi Isa menerima kitab Injil langsung sekaligus, tidak bertahap. Lalu kitab itu dijelaskan oleh Nabi Isa yang telah dipahami oleh Allah. Tidak seperti agama Islam yang memiliki dua sumber, yaitu Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad.

Balas
staff
23 Maret 2013 4:01 pm
Balasan ke  hakkuallah

~
Saudara Hakkuallah,

Kami menghargai prinsip saudara. Benar, tentang kebersihan hati adalah urusan Tuhan, bukan urusan orang lain. Tetapi, adalah kewajiban setiap umat untuk memperhatikan kebersihan hatinya ketika beribadah bukan?

Memang umat beragama selalu mengutamakan hal-hal yang jasmani. Hal-hal yang kelihatan. Seakan menurut mereka hal-hal jasmani adalah lebih penting daripada hal rohani. Sehingga, mereka berprinsip bahwa ketika seseorang datang menghadap Allah tanpa membersihkan tubuh secara rohani, maka ibadahnya tidak diterima Allah.

Kitab Suci Allah menuliskan, “Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang” (Injil, Rasul Markus 7:21-23).

Apalah artinya tubuh jasmani anda bersih, bila hati saudara kotor?

Perlu saudara ketahui, Isa Al-Masih tidak pernah menerima kitab Injil dari Allah, baik secara langsung maupun berangsur-angsur. Sepertinya saudara masih perlu memperdalam ilmu saudara tentang Injil. Untuk itu kami sarankan saudara membaca artikel IDI yang menjelaskan tentang Injil. Silakan klik pada link ini: http://tinyurl.com/cklzmwt.
~
SO

Balas
Navaro
22 Maret 2013 6:55 pm

*
Saya tidak memberikan komentar, tapi saya memberikan jawaban dari apa yang anda tidak ketahui.

Dengan mengambil poin tata tertib wudhu, yang pertama adalah niat untuk mensucikan diri (dengan niat berarti kita sudah mempunyai keyakinan untuk mensucikan hati dan tubuh, karena niat itu timbul dari hati dan pikiran). Dari niat inilah sebenarnya kita sudah berusaha mensucikan hati, pikiran, dan tubuh kita. Dengan niat tulus dari hati mensucikan diri untuk menjalankan ibadah bukankah hal yang baik? Kenapa hal yang baik masih dicari segi kesalahannya, bukankah kebaikan diri akan berpengaruh pada kebaikan hati.

Balas
staff
23 Maret 2013 4:02 pm
Balasan ke  Navaro

~
Saudara Navaro,

Maaf, kami kurang mengerti mengenai penjelasan saudara bahwa hanya dengan niat saja seseorang sudah mensucikan hati, pikiran, dan tubuhnya.

Contoh sederhana: Ada satu orang yang begitu sangat membenci temannya. Kebencian itu tersimpan sungguh dalam di hatinya. Sehingga hati orang ini tidak suci karena tersimpan satu kenajisan, yaitu dosa kebencian.

Apakah dengan hanya berwudhu, dosa kebencian yang ada di hatinya sudah hilang begitu saja, tanpa dia melakukan rekonsiliasi dengan orang yang dibencinya?

Dan ketika orang tersebut datang ke hadapan Allah, apakah menurut saudara Allah akan menerima ibadahnya hanya karena dia sudah berwudhu?

Ketahuilah saudara Navaro, Allah sangat membenci dosa. Dia tidak pernah kompromi dengan dosa yang dilakukan seseorang. “Sebab upah dosa ialah maut” (Injil, Surat Roma 6:23).
~
SO

Balas
Anggi iskandar
13 Mei 2013 6:12 pm

*
Semuanya sudah jelas, memang benar apa yang anda katakan. Hati iyalah segalanya, mengerjakan wudhu dan sholat tanpa niat hati jadi sia sia. Menjalankan sholat hanya untuk menghibur diri dan mendapat ridha Allah, bukan untuk mendapat pahala dan masuk surga.

Balas
staff
14 Mei 2013 3:01 pm
Balasan ke  Anggi iskandar

~
Saudara Anggi,

Tujuan kita beribadah kepada Allah adalah untuk berkomunikasi dan untuk mengenal Allah lebih dekat lagi. Kita juga beribadah sebagai wujud ketaatan kepada Allah.

Dalam beribadah Allah melihat hati manusia, bukan hanya soal tata cara beribadah dan ritual-ritual dalam beribadah, karena semuanya itu adalah buatan manusia. Ritual agama seperti berwudhu tidak dapat membersihkan hati manusia dari dosa.

Dan yang terpenting ibadah tidak dapat membawa manusia masuk surga-Nya Karena apapun usaha yang dilakukan manusia untuk mendapatkan keselamatan di surga adalah sia-sia. Hanya Allah saja yang sanggup untuk menyelamatkan manusia. Allah yang menyatakan diri-Nya dalam Isa Al-Masih.

Ada tertulis, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Injil, Surat Efesus 2:8-9.
~
NN

Balas
Wahyu
28 Juni 2013 8:54 am

*
Atha’ bin Yasar beliau bersabda, “Jika seorang muslim berwudhu, lalu ia berkumur-kumur maka hilanglah dosa-dosa dari mulutnya. Jika ia membersihkan hidungnya dengan air maka keluarlah dosa-dosa dari hidungnya. Jika ia membasuh mukanya maka keluarlah dosa-dosa dari wajahnya, hingga dosa-dosa itu keluar dari ujung pelupuk mata. Jika ia membasuh tangannya, dosa-dosa akan keluar dari tangannya, hingga ia keluar dari bawah kuku-kukunya. Jika ia mengusap kepalanya, dosa-dosa akan keluar dari kepalanya, hingga melalui kedua telinganya. Jika ia membasuh kedua kakinya, dosa-dosa akan keluar dari kakinya, bahkan dari bawah kuku-kuku kakinya. Kemudian saat ia berjalan menuju masjid dan melakukan sholat (sunnah wudhu) akan menjadi tambahan pahala untuknya.” (H.R. Malik).

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar (QS.Al-a nkabut:45)

Balas
staff
29 Juni 2013 7:10 am
Balasan ke  Wahyu

~
Saudara Wahyu,

Maaf, bukankah penjelasan yang saudara kutip di atas saudara ambil dari hadist? Sepengetahuan kami hadist adalah perkataan manusia. Bukan ketetapan Allah. Bila sebuah hadist mengatakan bahwa orang yang berkumur-kumur dapat menghilangkan dosa-dosa dari mulutnya, apakah hal itu dapat dipercaya? Siapakah manusia sehingga dia dapat menentukan kapan dosa hilang?

Dan lagi, dosa bukan terletak di setiap anggota tubuh manusia. Dosa ada di hati seseorang. Ketika dari hati timbul keinginan untuk mencuri, maka tangan melakukannya. Apakah dalam hal ini tangan yang berdosa? Jelas tidak, bukan?

Perhatikan ayat ini: “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat” (Injil, Rasul Besar Matius 15:19).
~
SO

Balas
Asyraffi Ramdhani
3 Juli 2013 8:44 am

*
Di antara kebersihan hati dan tubuh, dua-duanya tidak ada yang diungguli. Dua-duanya sama pentingnya, kita harus bersih hati dan tubuh.

Seperti anda kalau mau ke gereja, anda mempunyai hati yang bersih pergi ke gereja kan? Tapi kalau anda pergi ke gereja belum bersuci, apakah pantas anda menghadap Tuhanmu seperti itu?

Balas
staff
4 Juli 2013 6:12 am
Balasan ke  Asyraffi Ramdhani

~
Saudara Asyraffi,

Kami setuju dengan pernyataan saudara di atas. Jelas kebersihan hati dan tubuh sama-sama diperlukan ketika kita beribadah kepada Tuhan. Tetapi, menurut kami dari kedua kebersihan tersebut, kebersihan hatilah yang paling utama.

Karena, ketika seseorang datang menghadap Allah, Allah tidak melihat pakaian yang kita pakai. Allah tidak melihat apakah kita sudah mandi, sudah sisiran, sudah sikat gigi dll. Walau memang hal itu perlu, tetapi itu bukan yang terutama.

Firman Allah mengatakan “Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Kitab Nabi Besar Yesaya 59:2).

Dengan kata lain, yang menyebabkan Allah tidak mendengar dan menjawab doa kita bukanlah karena tubuh kita kurang bersih. Tetapi karena hati kita masih dipenuhi dengan dosa.
~
SO

Balas
sandy
10 Juli 2013 3:48 am

*
Saudara Admn,

Saya ingin bertanya: Dahulu semasa Yesus hidup, Dia pernah mandi atau tidak? Kalau Dia mandi, kenapa harus mandi, bukankah Dia adalah bagian dari Allah yang Maha Suci? Aku dan Bapa adalah Satu. Benarkan?

Anda tidak perlu mandi kalu ke gereja donk. Toh yang penting hatikan? Di dalam Islam anda akan menemukan kelengkapan. Yang anda perlu ingat jasmani dibuat sebagai kendaraan rohani. Baik mana kendaraan bersih dengan supir yang bersih pula atau kendaraan bersih namun supir kumal? Apa kata majikan anda?

Balas
staff
12 Juli 2013 2:02 pm
Balasan ke  sandy

~
Saudara Sandy,

Ketika Yesus ada di dunia, Dia ada dalam wujud manusia. Sebagai manusia apakah salah bila Yesus juga mandi? Sekalipun Yesus mandi tidak mengurangi sifat kemaha-sucian-Nya. Karena ketika Dia mandi, Dia membersihkan tubuh jasmani-Nya yang kotor.

Sama halnya seperti saudara. Ketika saudara mandi, tentu yang dibersihkan adalah tubuh jasmani saudara. Ketika saudara berwudhu sebelum sholat, yang saudara bersihkan adalah tubuh jasmani saudara. Bukan berarti saudara sholat lantas dosa-dosa saudara bersih.

Tolong saudara menyikapi artikel di atas secara dewasa. Jangan mengartikan setiap kalimat seperti anak SD. Ketika kami mengatakan bahwa saat beribadah yang terpenting adalah kebersihan hati, bukan berarti orang pergi ke gereja tidak boleh mandi.

Karena, sekali lagi kami katakan. Kebersihan tubuh jasmani tidak ada hubungannya dengan kebersihan hati seseorang.

Bila saudara mengutamakan kebersihan jasmani, bagaimana dengan orang yang tinggal di pinggir jalan. Yang tidak punya baju bersih, tempat tinggal yang bersih, air bersih untuk mandi, apakah mereka tidak boleh beribadah?

Renungkanlah ayat ini: “Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Kitab Nabi Yesaya 59:2)
~
SO

Balas
Indra
10 Juli 2013 10:50 am

*
Saya kira membersihan hati sebelum beribadah itu tidak mungkin, beribadah itulah dilakukan untuk membersihkan hati. Jadi agar hati kita bersih maka kita harus bertaubat dari dosa -dosa kita di masa lalu, sekarang dan akan datang, jalan satu-satunya bertaubat adalah sholat. Jadi buat saya yang penting niat pribadi melakukan ibadah lakukan rukun-rukun sebelum ketika dan sesudah sholat. Itu saja.

Balas
staff
12 Juli 2013 2:03 pm
Balasan ke  Indra

~
Saudara Indra,

Menurut kami membersihkan hati justru dilakukan sebelum beribadah. Contoh: katakanlah dalam hati saudara menyimpan dosa kebencian terhadap seseorang. Apakah dengan sholat dosa itu sudah hilang? Bukankah untuk menyelesaikannya saudara harus mendatangi orang tersebut untuk minta maaf?

Bagaimana bisa saudara meminta Allah mengampuni saudara, bila saudara sendiri tidak dapat mengampuni sesama saudara?

Niat memang diperlukan. Tetapi niat juga memerlukan tindakan. “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Injil, Surat 2:26).
~
SO

Balas
anas
29 Oktober 2013 10:06 am

~
Berwudhu adalah syarat sah shalat. Mengapa? Karena dengan berwudhu artinya menyucikan diri dan Allah SWT suka dengan orang yang menyucikan diri. Bukan hanya fisik saja yang suci berwudhu pun dapat menyucikan hati dan memberikan ketenangan jiwa.

Balas
staff
4 November 2013 1:16 pm
Balasan ke  anas

~
Saudara Anas,

Tujuan umat Muslim berwudhu adalah untuk menyucikan diri di hadapan Allah, namun sifatnya adalah jasmaniah. Namun apakah dengan berwhudu dapat juga menyucikan hati kita di hadapan Allah? Bukankah Allah melihat batin manusia bukan hanya hal-hal lahiriah saja.

“ Ya TUHAN semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku” (Kitab NabiYeremia 20:12).

Apakah jika kita berwudhu, namun hati kita dipenuhi oleh rasa dendam dan iri, ibadah kita diterima oleh Allah?
~
NN

Balas
Noer
31 Oktober 2013 5:11 am

~
Wudhu itu bagus, sholat itu bagus dan positif. Tapi jika kamu dalam menuju kehadirat Allah dalam sholatmu, masih ada unsur negatif dalam hatimu yaitu syetan, di gandengkan dengan sholat maka tertolak sholatnya. Jadi mutlak iblis dalam diri dihancurkan terlebih dulu. Namun manusia tidak akan mampu untuk menghancurkannya karena dimensi iblis jauh lebih besar dari pada manusia, Mengapa saya katakan dimensi iblis lebih tinggi? Kemampuan iblis bisa naik ke “surga”. Nabi ada bukan ditipu iblis di pasar malam, tapi di surga dia ditipu. Usia iblis bermilyar tahun, kita kemarin sore baru lahir, dia halus kita kasar, itu yang akan kita lawan dgn A’udzu billahi minasyaito nirrojim produksi manusia sendiri, dgn dimensi manusia sendiri? Jadi mutlak hadirnya Allah dalam diri kita yang tersalur melalui ruhul moqodasah rosululloh barulah bisa hancur itu iblis, baru berdiri solatul khosyi’in. Jadi kebersihan hati itu mutlak jika ingin sholat yang khusyuk.

Balas
staff
4 November 2013 1:40 pm
Balasan ke  Noer

~
Saudara Noer,

Memang benar bahwa iblis selau berusaha untuk menggoda kita. Iblis pun sering masuk dalam hati manusia dan berusaha menyesatkan agr kita berbuat dosa. Hanya dengan kekuatan Allah saja yang bisa mengalahkan godaan iblis.

Artinya hanya dengan berwhudu tidak dapat menyucikan hati kita dari dosa , terutama hati kita yang telah kotor oleh dosa.

Hanya satu pribadi yang dapat membersihkan hati kita dari dosa yaitu Isa Al-Masih, Ia memberikan jalan keselamatan agar kita dilepaskan dari hukuman kekal di neraka akibat dosa.

Apakah saudara sudah menemukan jalan keselamatan untuk menuju sorga?
~
NN

Balas
Jarwo
7 Februari 2014 4:53 pm

~
Untuk Noer,

Saya harap saudara jangan terlalu naif-lah, Iblis terlalu pintar untuk takut terhadap air wudhu. Iblis sudah ribuan tahun ahli dalam soal menggoda manusia, kalau iblis kalah hanya dengan air wudhu tidak mungkin ada orang-orang seperti Mmam Samudra, Muchlas, Ali Gufron dsb. Karena mereka semua adalah korban-korban iblis tapi sayangnya mereka semua sudah terlambat untuk mengetahuinya.

Wudhu hanya simbolis saja ttidak lebih, banyak sekali orang berwudhu sebelum sholat tapi hatinya masih tidak tentram. Hatinya masih ada dendam, hatinya masih dilanda kebencian dan hanya satu Pribadi saja yang bisa membersihkan semua beban kehidupan, beban hati, dan beban pikiran. Pribadi itu adalh Yoshua Al Mesiakh. Dia adalah Awal dan Akhir, Raja dari segala raja, milikilah Yesus sebelum semuanya terlambat.

Balas
Udhien Sumardha
26 Februari 2014 12:47 pm

~
Bersih tubuh adalah landasan etis kala Muslim ingin bersembahyang (sholat) dan doa. Kita tidak mungkin membiarkan diri kita kotor kala berhadapan dengan yang maha suci. Dalam Perjanjian Lama (Old Testament), kala Musa as diperintah untuk mendekat Allah swt untuk menerima wahyu, ia diperintahkan untuk menanggalkan terompahnya/kasutnya. Jadi, betapa penting unsur/aspek jasmani (fisik/materi) dalam hubungannya dengan Allah swt. Tapi, untuk bisa menjadi pengikut Allah swt, orang pasti dituntut bersih rohani.

Musa as adalah rasul dengan kebersihan rohani yang tidak kita ragukan lagi. Namun toh, saat ia menerima wahyu dari Allah swt, ia harus meninggalkan kasut/terompahnya.

Balas
staff
16 Juni 2014 8:48 am
Balasan ke  Udhien Sumardha

~
Salam Sdr. Udien Sumrdha,

Kami sepakat dengan saudara bahwa dalam menghadap Tuhan kita perlu bersih. Tetapi tentu itu bukan sebuah ukuran bukan? Jika kita bersih terhadap jasmani, lalu bagaimana dengan bersih secara hati? Bukankah ini yang lebih penting?

Taurat, Kitab I Nabi Besar Samuel 16:7 berkata: “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”
~
Salma

Balas
Isamoyo
22 April 2014 7:13 am

~
Pertanyaan anak setingkat SD untuk kaum domba. Mana pengakuan Yesus dalam Alkitab bahwa diri-Nya Tuhan, dan perintah untuk menyembah diri-Nya?

Balas
staff
16 Juni 2014 8:54 am
Balasan ke  Isamoyo

~
Salam Sdr. Isamoyo,

Isa Al-Masih dan Muhammad memang berbeda. Al-Quran barangkali menegaskan bahwa umatnya harus bershalat atau mendoakannya. Bagaimana dengan Isa Al-Masih? Jelas Isa Al-Masih tidak memerintahkan untuk disembah. Sebagai Pribadi yang maha suci dan benar, Dia layak untuk mendapat pujian dan sembah dari umat-Nya tanpa harus diperintahkan.
~
Salma

Balas

Sidebar

Artikel Terbaru

  • Dapatkah Mengerti Kisah Air Zamzam Memberi Siraman Rohani?
  • Apakah Musik Halal atau Haram Dalam Islam?
  • Kisah Nabi Nuh Memberikan Kita Jalan Selamat!
  • Kisah Rabiatul Adawiyah Mendapatkah Kasih Allah
  • Hasil Pencarian Mukmin Mengenai Etika Yang Baik

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • Doa-Doa yang Pasti Dikabulkan Allah
  • Cara Masuk Kristen dan Islam Untuk Mendapatkan Surga
  • Hasil Pencarian Mukmin Mengenai Etika Yang Baik
  • 4 Fakta Penting Tentang Isa Al-Masih dari Surah Al-Baqarah
  • Kisah Rabiatul Adawiyah Mendapatkah Kasih Allah

Artikel Yang Terhubung

  • Apa Tujuan dan Manfaat Sholat Tahajud Bagi Mukmin? 
  • Kenapa Muslim Saat Sholat Harus Menggunakan Bahasa Arab?
  • Asal Kata Allah, Sebenarnya Dari Mana? Muslim Wajib Tahu!
  • Muslim Bertanya: Bagaimana cara Mengikuti Isa Al-Masih…
  • Hati yang Kotor Menghambat Allah Berkenan pada Kita

Aplikasi Isa Dan Islam

Aplikasi Isa dan Islam merupakan aplikasi smartphone yang dapat Anda download GRATIS!

App Isadanislam

Renungan Berkala Isa dan Al-Fatihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Social Media

Facebook
Twitter
Instagram
YouTube

Hak Cipta © 2009–2023 | Dialog Agama Isa dan Islam. | Kebijakan Privasi | Kebijakan Dalam Membalas Email | Hubungi Kami

wpDiscuz