Ahmad merasa sangat senang. Ia akhirnya bisa membeli hewan kurban. Ia bahkan telah menabung selama empat bulan untuk melakukannya.
Memang setiap tahunnya lebih dari satu miliar umat Muslim di seluruh dunia merayakan Idul Adha. Hal ini dikenal dengan hari raya pengorbanan.
Tujuan perayaan Idul Adha bagi Ahmad adalah untuk mendapat pengampunan dosa. Harapannya agar amal baik dapat menutup semua pelanggarannya.
Namun, Ahmad gelisah karena banyak dosa yang ia perbuat. Ia tidak yakin amalnya akan cukup menutupi semua dosanya.
Dapatkah kurban Idul Adha menjadi jalan untuk menghapus dosa? Bagaimana cara Ahmad dan kita semua dapat menemukan kedamaian hati karena yakin dosa kita terampuni? Mari kita simak kisahnya.
Idul Adha: Perayaan Penting Bagi Umat Muslim
Ahmad adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) desa di Jawa Tengah. Ia terkenal alim di antara teman-temannya. Namun sebenarnya dalam waktu bebas ia sering mencari pornografi dari komputernya di kantor.
Ahmad sangat ingin dosanya terampuni. Ia sadar telah melakukan banyak pelanggaran.
Karena itu Ahmad termotivasi untuk berusaha menjalankan semua perintah agama. Untuk menghilangkan rasa bersalahnya.
Salah satu ibadah utama menurut Ahmad adalah dengan kurban. Ahmad rela menguras tabungannya agar bisa membeli hewan kurban.
Hal ini karena Ahmad dari kecil tahu Idul Adha adalah hari raya sangat penting. Terjadi tiap tahun pada tanggal 10 bulan Zulhijah atau 70 hari setelah Idul Fitri. Idul adha menjadi tanda puncak ibadah haji.
Ahmad juga mendengar ada banyak tujuan perayaan Idul Adha. Beberapa contohnya adalah:
- Mendekatkan diri kepada Allah.
Dengan jalan takwa melakukan ibadah dan perintah-Nya. - Bentuk ucapan syukur dan berbagi.
Untuk mensyukuri berkah yang Allah berikan. Caranya berkurban untuk berbagi dengan masyarakat yang membutuhkan. - Untuk menghapus dosa.
Inilah yang paling menarik perhatian Ahmad. Bahwa tujuan perayaan Idul Adha untuk menghapus dosa. Ada banyak dalil yang mendukung hal ini. Salah satunya: “Hai Fatimah, berdirilah di sisi kurbanmu dan saksikanlah, Sesungguhnya titisan darahnya yang pertama itu pengampunan bagimu atas dosa-dosamu yang telah lalu“ (Hadis riwayat Al Bazaar dan Ibnu Hibban).
Namun, walaupun tiap tahun melakukan kurban, Ahmad masih sangat takut. Karena ia masih terus melakukan banyak dosa.
Ahmad kecanduan pornografi di internet. Tidak lama setelah ibadah, ia selalu kembali pada kebiasaan buruknya ini.
Hal ini membuatnya merasa sangat bersalah. Juga mempertanyakan bagaimana nasibnya di akhirat. Apakah semua kurbannya akan cukup menutupi dosa?
Percakapan yang Membuka Mata Ahmad
Satu saat Ahmad bertemu dengan keponakannya, Syafa. Ia bertanya mengapa umat Muslim berkurban? Apa cerita di baliknya?
Ahmad menjelaskan yang ia ketahui. Tujuan perayaan Idul Adha untuk memperingati peristiwa kurban. Yaitu saat Nabi Ibrahim bersedia mengorbankan putranya karena mentaati Allah (Qs 37:102).
Namun akhirnya Allah mengganti dengan seekor hewan sembelihan besar (Qs 37:107). Banyak terjemahan dan informasi pakar agama yang menyatakan itu adalah domba.
Syafa mendengarkan penjelasan ini. Ia merespon: “Wah cerita ini sangat menarik!” Namun setelahnya dengan polos ia mengajukan beberapa pertanyaan.
- Pertanyaan pertama:
“Mengapa Allah mengganti dengan domba? Mengapa bukan dengan hewan lain misalnya kambing, onta atau buraq?”
Ahmad menjawab: “Wah saya tidak tahu pastinya. Namun, kemungkinan karena domba adalah hewan kurban yang umum saat itu.” - Selanjutnya Syafa bertanya:
“Setelah melakukan semua itu, Nabi Ibrahim pastilah masuk surga ya?”
Ahmad ingin langsung menjawab: “tentu saja!” Namun, tidak jadi mengatakan demikian.
Ia tertegun karena teringat pernah membaca ayat di Al-Quran. Yang menyatakan bahwa Nabi Ibrahim juga takut hukuman Allah. “Dan Yang amat kuinginkan (Ibrahim) akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat” (Al-Quran 26:82).
Karena itu Ahmad hanya menjawab: “Urusan surga neraka itu urusan Allah, nak. Kita hanya bisa berusaha melakukan yang terbaik.”
Percakapan dengan keponakannya ini menggelisahkan Ahmad. Ia menjadi terus kepikiran. Jika Nabi Ibrahim saja meminta pengampunan Allah, apalagi dirinya.
Terlebih lagi ia membaca ayat Al-Quran dalam salah satu pengajian. Ayat ini menyatakan: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya . . .” (Qs 22:37).
Ahmad menjadi lebih takut dengan segala dosanya. Ia merasa kurbannya tidak mungkin bisa menutupi pelanggarannya. Ia sering tidak takwa dengan perintah Allah.
Domba yang Pasti Mampu Menghapus Dosa
Satu saat Ahmad melihat di YouTube mengenai tayangan menarik. Bagaimana orang Nasrani menggambarkan Isa sebagai Anak Domba Allah.
Ia menjadi teringat dengan pertanyaan keponakannya. Mengapa banyak sekali pakar menyatakan pengganti kurban adalah domba. Apakah hal ini ada hubungannya?
Karena penasaran, ia bertanya kepada temannya Mas Sugi. Yang adalah pengikut Isa.
Pada awalnya Mas Sugi terkejut dengan pertanyaan ini. Namun kemudian ia rela menjelaskan.
Memang ada tertulis jelas dalam kitab Injil. “. . . Lihatlah Anak domba Allah [Isa Al-Masih], yang menghapus dosa dunia” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:29).
Isa tergambar sebagai domba. Melambangkan Isa rela menjadi kurban sempurna untuk menggantikan manusia. Yaitu saat Isa tersalib.
“Dia [Isa Al-Masih] dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian [penyaliban] . . .” (Taurat, Yesaya 53:7).
Mas Sugi melanjutkan, inilah gambaran Isa Al-Masih. Ia adalah perwujudan Ruh Allah. Ia menjelma menjadi manusia untuk menyatakan keselamatan Allah bagi manusia berdosa. Hal ini telah ada dalam ramalan ratusan tahun sebelumnya.
“Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, . . . dia [Isa Al-Masih] tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita [saat tersalib]. Ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita [jaminan pengampunan Allah dan surga] . . . .” (Taurat, Yesaya 53:4-5).
Karena itulah, kata Mas Sugi, umat Nasrani menyatakan Isa sebagai Anak Domba Allah. Hal ini menjelaskan tujuan ibadah kurban dari awal. Yaitu melambangkan pengorbanan Isa di salib.
Dengan mengimani dan menjadi pengikut Isa, maka akan tersedia pengampunan Allah. Bahkan jaminan mendapat surga nantinya.
Mengimani Kurban Allah Yang Sempurna
Ahmad menjadi terkesan dengan semua penjelasan ini. Ia kemudian bertanya: “Apakah kurban Isa cukup untuk semua dosa manusia? Bagaimana jika sangat banyak dosa?”
Mas Sugi menegaskan, tentu saja bisa! Kasih Allah pasti akan lebih besar dari pelanggaran manusia. Kasih Allah juga yang akan memampukan kita untuk lepas dari dosa-dosa yang selalu mengikat.
Mas Sugi lalu bertanya: “Karena itu maukah kamu mengimani Kurban Allah yang sempurna? Melalui Isa kamu bisa mendapat pengampunan dosa dan jaminan surga.”
Sama seperti Mas Sugi menunggu jawaban dari Ahmad. Kami menunggu jawaban Anda. Mari mengimani dan menjadi pengikut Isa sekarang!
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Apakah Makna di Balik Kurban Nabi Ibrahim Yang Sesungguhnya?
- Amal – Amal Orang Beragama Bagaikan Kain Kotor?
- Apakah Qurban Terbaik bagi Muslim Saat Idul Adha?
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah menurut Saudara masih perlu melakukan upacara penyembelihan hewan di jaman modern ini? Jelaskanlah alasan Saudara!
- Menurut Saudara dapatkan tetesan darah hewan kurban menghapus dosa manusia di hadapan Allah? Jelaskanlah alasannya!
- Bagaimana pendapat Saudara bahwa Isa Al-Masih digambarkan sebagai Domba Allah yang sejati untuk keselamatan manusia?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].