“Memang ada banyak peraturan. Jangan makan makanan ini dan itu. Juga berbagai larangan, misalnya jangan mabuk.”
“Namun Mukmin akan berusaha mengikuti semua hukum halal dan haram. Harapannya agar tidak mendapat hukuman-Nya”
Ini adalah perkataan Ali kepada temannya Haikal. Mereka terlibat percakapan saat makan siang bersama dalam rumah makan modern yang ramai di tengah kota.
Saat itu mereka sedang dinas ke luar kota. Di sana ada beragam makanan. Baik yang halal maupun haram. Karena itu Ali sangat selektif dalam memilih makan siangnya.
Keadaan ini memicu diskusi di antara keduanya. Mereka membahas masalah hukum halal dan haram.
Ali memang berusaha menjalankan semua syariat dalam hidupnya. Namun ia jujur mengatakan tidak tahu akankah bisa mendapat surga di akhirat.
Mari kita lihat percakapan keduanya untuk melihat bagaimana manusia bisa mendapat berkah Allah di akhirat.
Kewajiban Mentaati Hukum Halal dan Haram
Ali menjelaskan hukum halal dan haram sangat sentral dalam pandangan kaum Muslimin. Karena merupakan batas antara yang hak dan yang batil. Atau lebih jauh antara surga dan neraka.
Kaum Muslimin akan selalu menghadapi hukum halal dan haram, detik-demi-detik dalam rentang kehidupannya. Sehingga penting untuk selalu ingat menjalankannya.
“. . . Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syiar Allah, . . . sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (Qs 5:1-2).
Ali melanjutkan keterangannya. Ia menyatakan halal berasal dari kata “halla.” Berarti sesuatu yang boleh atau diijinkan sesuai syariat. Sedangkan haram berasal dari kata “harama,” berarti larangan.
Dalam hal ini mencakup seluruh aspek kehidupan. Seperti perbuatan, perkataan maupun makanan.
Hukum halal dan haram dari sisi perbuatan dapat terlihat dari beberapa faktor:
- Sesuai syarait agama. Yaitu tindakan yang benar sesuai hukum. Contohnya menjalankan ibadah, berbuat amal.
- Bermanfaat bagi kehidupan. Dan tidak merugikan orang lain. Contohnya tidak menipu, mencuri, dan sebagainya.
Sedangkan dalam hal makanan pada umumnya umat Muslim bisa memakannya. Hanya ada beberapa hal yang diharamkan. Namun itu pun bisa menjadi makanan halal dalam keadaan darurat (Qs 5:3).
Ali menjelaskan ada beberapa pertimbangan hukum halal dan haram dari sisi makanan.
- Apakah halal atau haram dari sisi dzatnya?
Yaitu bukan daging terlarang (babi). Juga bukan tumbuhan atau minuman yang menghilangkan kesadaran. Misalnya alkohol atau narkoba. - Apakah halal atau haram dari cara memprosesnya?
Yaitu mencakup cara menyembelih dan membersihkan darahnya. - Apakah halal atau haram dari cara memperolehnya?
Yaitu bukan hasil curian. Juga bukan dari makanan yang dipersembahkan pada berhala.
“Semua inilah yang saya coba ikuti!” Ali dengan bangga menyatakan ia berusaha melakukan yang terbaik.
Ia tidak mau makan yang haram. Ia tidak pernah mabuk. Selalu berusaha berpakaian dan berkata sopan.
Takut Neraka Walau Mentaati Hukum Halal dan Haram
Haikal sangat menghargai semua niat baik temannya. Namun, ia penasaran jika sudah sedemikian, bagaimana pandangan Ali mengenai kepastian surga?
Ali menjawab bahwa kaum Muslimin percaya bahwa kita perlu melakukan amal baik. Agar dapat menutupi dosa manusia dan masuk surga (QS 43:72).
Namun memang kita tidak pernah tahu. Apakah nantinya amal kita akan cukup atau kurang. Karena manusia selama hidup pasti penuh kelemahan. Bisa terus bertambah dosanya.
“Apakah Anda percaya Allah Maha Kudus?” Haikal tiba-tiba bertanya. Ali menjawab dengan tegas tentu saja. “Jika demikian, mampukah manusia hidup sempurna?” Lanjut Haikal.
Ali menjadi bingung dengan pertanyaan temannya. Ia bertanya: “Apa maksudnya?”
Haikal menjelaskan dengan gambaran seperti makanan. Misal Anda hendak makan siang lalu ada beberapa pilihan makanan. Yaitu:
- Makanan 1 adalah daging campuran 50% sapi, 50% babi.
- Makanan 2 daging campuran 80% sapi dan hanya 20% babi.
- Makanan 3 daging campuran 99% sapi dan hanya 1% babi.
- Makanan 4 adalah 100% sapi namun ada sedikit lapisan kulit dari babi.
Manakah yang Anda pilih?
Ali menjawab dengan tegas. “Jelas semua pilihan itu haram! Saya tidak dapat menerima semuanya. Harus halal 100%. Tidak boleh ada haram sedikitpun!”
Haikal menyatakan: “Demikianlah kondisi manusia di hadapan Allah yang Maha Kudus!”
“Jika ada dosa sedikit pun tentu manusia tidak mungkin bisa mendekat kepada Allah. Semua manusia, karena dosanya, haram di hadapan Allah. Karena itu tidak ada manusia yang mampu masuk suarga dari dirinya sendiri.”
Ali menjadi terdiam dengan penjelasan Haikal. Ia sendiri teringat perkataan tokoh agama yang pernah ia baca.
“Janganlah Anda tertipu dengan banyaknya amal ibadah yang telah Anda lakukan. Karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui apakah Allah menerima amalan Anda atau tidak” (Hasan al-Bashri).
“Jika demikian, bagaimana manusia bisa selamat?” Ali bertanya. Karena itu Haikal mulai menjelaskan solusinya.
Allah Mengasihi Manusia dan Menyediakan Solusinya
Haikal menyatakan bahwa yang terutama kesalahan manusia berasal dari hati. Memang perkataan, perbuatan dan penampilan sangat penting. Namun, semua hanya cerminan yang ada di hati.
“. . . dari dalam hati, timbul pikiran-pikiran jahat yang menyebabkan orang berbuat cabul, mencuri, membunuh, . . . Semua yang jahat itu timbul dari dalam, dan itulah yang menjadikan orang najis [haram]“ (Injil, Rasul Markus 7:21-23, BIS).
Karena itu hanya Allah yang mampu menyelamatkan manusia. Hanya Dia yang mampu mengampuni pelanggaran hati manusia.
Dalam kasih-Nya Allah menyediakan jalan keluar. Yaitu dengan memberikan Isa Al-Masih sebagai perwujudan Ruh-Nya.
Saat manusia mau mengimani Isa dan menjadi pengikut-Nya maka Allah akan mengampuni dosa. Inilah cara Allah menyelamatkan manusia.
Karena Ia paham tidak ada manusia mampu mendekat pada Allah Maha Kudus. Dengan pengampunan dan pembersihan oleh Isa Al-Masih, maka Allah melihat pengikut Isa sebagai seratus persen suci.
“Jadi, Saudara mengerti, bahwa tidak seorang pun dapat dibenarkan di hadapan Allah hanya dengan memenuhi tuntutan hukum-hukum-Nya, sebab makin banyak pengetahuan kita tentang hukum-hukum itu, makin jelas kelihatan bahwa kita tidak mematuhinya. . . . Namun sekarang Allah menyatakan kita “tidak bersalah”, bila kita mempercayai Yesus Kristus [Isa Al-Masih] yang, karena kebaikan-Nya, menghapuskan dosa kita dengan cuma-cuma” (Injil, Surat Roma 3:20,24 FAYH).
Ali mendengarkan dengan seksama. Namun ia bertanya: “Jika demikian bukankah terlalu mudah? Malahan manusia bisa berbuat seenaknya, lalu asal mengimani Isa bisa selamat?”
Haikal menjawab: “Allah yang mengampuni, adalah Allah yang juga mampu mengubah hati! Sehingga saat kita mengimani Isa, malah mendapat kemampuan hidup benar.”
“Lalu, apakah karena kita diselamatkan oleh iman, berarti bahwa kita tidak perlu lagi menaati hukum-hukum Allah? Justru sebaliknya! Sesungguhnya, kita dapat benar-benar taat kepada Yesus [Isa Al-Masih], hanyalah bila kita mempercayai-Nya” (Injil, Surat Roma 3:31 FAYH).
Hal ini membuka pikiran Ali. Memang tidak dengan mudah menerima konsep baru ini. Namun Ali mengakui informasi ini menjadi jawaban dari kegelisahannya selama ini. Ia sekarang melihat ada solusi manusia berdosa bisa selamat.
Mengimani Isa untuk Menerima Berkah Allah
Memang kita mengerti banyak orang berusaha hidup benar. Berusaha mentaati hukum halal dan haram dengan sempurna.
Namun Anda pasti paham tidak ada manusia sempurna. Selalu ada banyak khilaf dan salah.
Karena itu Allah memberikan Isa untuk menjadi solusi. Dengan mengimani dan menjadi pengikut Isa, Anda mendapat pengampunan dosa dan jaminan surga. Bahkan Allah akan mengubah hati Anda menjadi bersih.
Mari mengimani Isa dan menerima berkah-Nya!
Untuk memperdalam isi artikel ini Anda dipersilakan mempertimbangkan tiga tawaran di bawah ini:
- Membaca Kitab Allah dengan mengunduh Taurat, Zabur, Injil (TZI) dengan klik link ini.
- Mengimani Isa Al-Masih sebagai Juruselamat. Untuk penjelasan tambahan klik disini.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Cara Masuk Surga Tanpa Hisab!
- Apakah Amalan dapat Memberikan Keselamatan bagi Mukmin?
- Cara Dekat dengan Allah Melalui Nama Allah Ke-100
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Jelaskan pendapat Saudara, bagaimana cara manusia berusaha memenuhi semua hukum halal dan haram?
- Bagaimana pendapat Saudara dengan pernyataan “manusia tidak mungkin mampu dari dirinya sendiri mendekat pada Allah Maha Kudus”?
- Bagaimana pendapat Saudara dengan Isa Al-Masih sebagai solusi Allah untuk menolong manusia berdosa?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].