Saya rindu mendapat cinta Allah. Mungkinkah saya yang berdosa bisa memperolehnya?
Saya (Lesmana) pernah mendengar bahwa Allah mencintai hamba-hambanya. “Sungguh, kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya melebihi kasih sayang perempuan itu terhadap anaknya” (Shahih Bukhari 5540).
Namun, saya tidak mengetahui bagaimana bisa menjadi pendosa yang dicintai Allah. Saya berusaha melakukan yang terbaik namun merasa tidak mampu.
Mari ikuti kisah saya agar bisa tahu bagaimana akhirnya saya mendapatkan cinta Allah.
Kerinduan Mendapat Cinta Orang Tua
Latar belakang saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Saya merasa kurang mendapat cinta dan perhatian orang tua.
Mereka hanya memuji jika saya mendapat nilai tinggi di sekolah. Atau jika saya berbuat baik. Misalnya saat rajin membersihkan kamar tidur.
Namun orang tua akan sangat marah jika saya lalai. Mereka akan menegur dengan keras bahkan memukul.
Saya juga sering merasa dibanding-bandingkan dengan kedua saudara. Kadang orang tua berkata: “Mengapa kamu tidak sepintar kakak? Atau mengapa kamu tidak sebaik adik?”
Semua hal ini membuat saya merasa sedih. Saya merasa perlu berusaha keras agar mendapat cinta orang tua.
Mungkinkah Manusia Berdosa Mendapat Cinta Allah?
Kedaan ini membuat saya khawatir dalam hal ibadah. Saya, sebagai manusia penuh dosa dan khilaf, apakah mungkin bisa menjadi pendosa yang dicintai Allah?
Saya berpikir seperti yang saya rasakan dari orang tua. Akankah Allah mencintai umat-Nya jika berdosa?
Kadang saya merasa yakin saat rajin sholat. Maupun jika mampu menunaikan puasa dengan baik.
Namun bagaimana jika saya banyak bolong sholat? Atau saat melewatkan banyak puasa?
Terlebih lagi sebagai manusia saya banyak khilaf. Kadang saya berkata kotor. Juga pernah meminum miras karena terbawa pergaulan.
Pikir saya, bagaimana jika tidak mampu memenuhi tuntutan Allah? Apakah saya akan tetap dicintai-Nya?
Pada puncaknya ada teman yang berkata dengan tegas. “Kita sudah mendapat jalan Allah. Yaitu melalui berbagai peraturan agama. Kita tidak punya pilihan, ikuti saja semuanya. Jika tidak, maka azab mengerikan akan menanti!”
Saya kaget dan menjadi takut mendengarnya. Sejak saat itu saya mulai banyak berdoa dan belajar.
Banyak berdoa untuk meminta petunjuk jalan lurus-Nya. Juga banyak belajar untuk mencari tahu mungkinkah ada pendosa yang dicintai Allah.
Benarkah Allah Mencintai Umat-Nya Tanpa Syarat?
Saya menemukan banyak ayat dalam Al-Quran dan Hadits yang mengajarkan umat untuk mencintai Allah. Namun sangat sedikit yang menyatakan Allah mencintai umat-Nya.
Kegelisahan utama adalah mengapa selalu ada prasyarat? Yaitu Allah mencintai kita jika taat dan beramal baik.
Mengapa juga banyak ayat mengenai cinta Allah beserta peringatan hukuman? Bukankah pernyataan cinta sejati tidak perlu dengan ancaman?
Terlebih lagi saya menemukan hubungan manusia dengan Allah tergambar hanya sebagai hamba. Hal ini membuat saya khawatir.
Karena saya berpikir sebagai anak saja, cinta orang tua kepada saya terbatas. Apalagi jika hanya sebagai hamba yang penuh dosa. Apakah mungkin mendapatkan cinta-Nya?
Beberapa Dalil dari Al-Quran dan Hadits
Saya menemukan banyak dalil yang meneguhkan kekhawatiran saya. Berikut ini beberapa contohnya.
- Allah “hanya” mengasihi orang yang bertaubat. Ayat ini beserta ancaman azab mengerikan.
“(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat . . . kecuali orang-orang yang bertobat . . . Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs 25:69-70). - Allah menyukai orang yang berbuat baik. Namun tersedia hukuman-Nya bagi yang tidak taat.
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka . . . kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka . . . sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS 5:13). - Allah “hanya” mengasihi orang yang mengasihi sesama.
“Orang-orang yang mengasihi akan dikasihi . . . dan barang siapa yang memutus tali silaturrahmi maka Allah akan memutusnya (dari rahmat-Nya)” (Sunan Tirmidzi 1847).
Kegelisahan saya selalu adalah bagaimana jika tidak sanggup? Kita sebagai manusia pasti akan berusaha. Namun pasti ada kelemahan dan dosa.
Bagaimana juga kita tahu amal akan cukup? Dan apakah niat baik akan Allah terima?
Selalu ada ketakutan bahwa saya tidak layak. Saya merasa tidak mungkin ada pendosa yang dicintai Allah.
Percakapan yang Mengubah Pandangan Saya
Perubahan terjadi saat saya bercakap-cakap dengan Bowo. Ia adalah teman sekantor. Ia juga berasal dari keluarga dengan banyak anak.
Saya bertanya: “Bagaimana orang tua memperlakukan kamu? Apakah kamu yakin mendapat perhatian dan cinta mereka?”
Bowo menyatakan orang-tuanya memang tidak sempurna. Namun mereka berusaha untuk mencintai semua anak dengan setara.
Saya bertanya: “Bagaimana jika kamu tidak disiplin? Atau jika nilai ulangan saudaramu lebih baik?”
Bowo menjawab: “Memang ada teguran atau pujian sesuai kelakuan kami. Namun hal itu tidak mempengaruhi cinta mereka.”
“Mengapa demikian?” saya bertanya. Bowo menjelaskan bahwa orang tuanya belajar dari teladan ajaran Isa Al-Masih. Yaitu bahwa Allah mencintai manusia walaupun penuh dosa.
Bowo akhirnya meminjamkan buku kecil. Ia menyatakan ada penjelasan dari kebingungan saya.
Allah Terlebih Dahulu Mencintai Umat-Nya!
Saya menjadi sangat tertarik. Saat membaca isi buku itu. Ada kutipan di dalamnya yang menjawab pertanyaan saya.
“Inilah kasih! Allah yang terlebih dahulu mengasihi kita. Ia mengutus Isa Al-Masih untuk pengampunan dosa manusia” (Injil, Surat 1 Yohanes 4:10, parafrasa).
Saya melihat ada konsep baru. Bahwa memang kita pendosa yang dicintai Allah.
Hal ini karena Allah yang terlebih dahulu mencintai manusia. Bahkan saat kita tidak taat dan penuh dosa.
“Kita menyadari betapa besar kasih Allah kepada kita . . . Allah menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada kita dengan mengutus Kristus [Isa Al-Masih] supaya mati untuk kita pada waktu kita hidup dalam dosa” (Injil, Surat Roma 5:5,8 FAYH).
Allah berinisiatif menyediakan jalan keselamatan. Inilah bentuk cinta sejati-Nya.
Jalannya adalah dengan mengirimkan Isa Al-Masih menjadi manusia. Saat kita mengimani dan menjadi pengikut Isa Al-Masih, maka tersedia ampunan Allah.
Mari Menerima Cinta Allah Bagi Kita!
Saya melewati proses panjang untuk memahami mengenai cinta Allah kepada manusia berdosa. Yang dinyatakan-Nya melalui Isa Al-Masih.
Saat mengimani Isa, saya benar-benar merasakan aura yang berbeda. Seperti ada aliran hangat dari cinta Allah yang mengalir dalam hati. Sangat memberikan kedamaian.
Saat berdoa saya juga merasakan di hati kecil. Seperti ada perkataan: “Kamu telah diampuni anak-Ku! Jangan takut lagi. Terimalah cinta-Ku untukmu.”
Saya terharu sampai menangis dengan sukacita. Karena sekarang saya merasa yakin menerima cinta Allah. Juga mendapat jaminan surga.
“Ia [Allah] menyelamatkan kita. Bukan karena kita ini cukup baik untuk diselamatkan, melainkan semata-mata karena kemurahan dan pengasihan-Nya. Ia menyelamatkan kita dengan menghapuskan dosa kita . . . Semuanya ini karena apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus [Isa Al-Masih], Juruselamat kita” (Injil, Surat Titus 3:5-6, FAYH).
Kehidupan saya berubah saat mengimani Isa Al-Masih. Saya penuh kedamaian dan sukacita.
Maukah Anda mendapatkan cinta Allah bagi hidup Anda? Mari mengimani Isa Al-Masih sekarang.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Bagaimana Ajaran Kasih Dalam Islam Dan Injil?
- Apakah Hisab Menurut Islam Adalah Bukti Kasih Sayang Allah?
- Ke Surga, Mengapa Tidak Cukup Menjadi Kekasih Allah?
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut Saudara mengapa banyak ayat mengenai cinta Allah yang disertai ancaman dan peringatan?
- Apakah Saudara yakin Allah mencintai kita sebagai manusia yang penuh khilaf dan dosa?
- Bagaimana pendapa Saudara bahwa cinta Allah melalui Isa tersedia untuk manusia berdosa?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].