Ada orang berkata bahwa konsep Allah Maha Esa yang beroknum tiga sulit diterima dengan nalar. Memang semua konsep tentang Allah sulit diterima dengan nalar, karena Allah jauh di atas kita. Bahkan konsep Tauhid jauh lebih sulit diterima nalar, dibandingkan konsep Allah Tri-Tunggal.
Kelemahan konsep Tauhid adalah Allah menggambarkan Allah yang jauh dari sempurna. Allah SWT hanya dapat dilihat sempurna, jika diteropong di dalam konsep bahwa Allah itu Maha Esa yang beroknum tiga.
Berikut dikemukakan beberapa kelemahan konsep Tauhid:
1. Dengan Konsep Tauhid, Allah Sendirian dalam Kekekalan
Kita tahu Allah SWT kekal adanya. Artinya, Ia sudah ada sebelum manusia dan alam raya diciptakan. Dia selalu ada. Apakah yang dilakukan Allah sebelum jagad raya dan manusia ada? Mungkin pertanyaan tersebut terdengar aneh. Namun tidak salah bila kita bertanya, apakah Dia sendirian saja?
Mungkin Anda akan berkata, “Dia menyibukkan diri dengan menciptakan jagad raya lain.” Walau benar, tapi jawaban ini kurang masuk akal. Karena Allah dapat menciptakan sejuta jagad raya dengan sepatah kata saja.
Konsep Tri-Tunggal menjelaskan masalah ini. Dalam diri Allah yang Esa terdapat tiga Pribadi (Oknum, “Person”) yang selalu ada. Dalam kekekalan ketiga Pribadi itu saling mengasihi satu sama lain. Allah tidak sendirian dalam kekekalan. Ada lingkaran kasih dalam Allah Tri-Tunggal. Dalam Allah yang Maha-Esa ada interaksi kekal antara tiga Pribadi ini.
Mungkin Anda berkata, “Allah tidak pernah bosan dan senang sendirian.” Jawaban ini sulit diterima dengan nalar. Pribadi yang sendirian dalam kekekalan pasti bosan!
2. Allah Tidak Memiliki Sifat Kasih
Kita semua tahu bahwa sifat kasih sejati hanya dapat dinyatakan jika ada pribadi lain untuk dikasihi. Karena kasih berarti memberi. Maka menurut nalar, bila tidak ada seseorang untuk dikasihi, maka kasih tidak dapat dinyatakan.
Jika Allah dalam kekekalan sendirian, siapakah yang dikasihi-Nya? Tidak ada! Sehingga, dari kekekalan, yaitu dalam diri Pribadi Allah, sifat kasih tidak mungkin ada.
Jika Allah SWT perlu menciptakan malaikat atau manusia agar Dia dapat menyatakan sifat kasih itu, berarti sifat kasih Allah bergantung pada ciptaan-Nya. Artinya, Allah SWT tidak sempurna di dalam diri-Nya. Sebab sebelum ciptaan-Nya ada, sifat kasih-Nya tidak ada.
Dalam konsep Allah Tri-Tunggal, dapat dimengerti bahwa Allah yang kekal memiliki sifat kasih yang sama kekalnya. Jadi Allah tidak bergantung pada ciptaan-Nya untuk memungkinkan adanya sifat kasih-Nya. Dalam Allah Tri-Tunggal, Roh Allah mengasihi Allah Bapa dan Kalimat Allah. Kalimat Allah mengasihi Roh Allah dan Allah Bapa. Allah Bapa mengasihi Roh Allah dan Kalimat Allah. Sehingga Allah Maha Esa yang beroknum tiga selalu berada dalam lingkaran kasih yang kekal adanya.
3. Dengan Konsep Tauhid,Kemampuan Allah untuk Berkomunikasi Dibatasi
Menurut konsep tauhid, sebelum dunia diciptakan Allah tidak dapat berkomunikasi. Karena berabad-abad lamanya, bahkan sebelum masa penciptaan, yaitu dalam kekekalan, Allah tidak dapat berkomunikasi. Karena tidak ada satu oknum pun yang dapat menerima komunikasi-Nya.
Manusia sadar bahwa hubungan seseorang dengan yang lain sangat penting. Tetapi konsep Tauhid berarti bahwa sebelum sesuatu diciptakan, yaitu bertrilyun-trilyun tahun, bahkan sebelum “waktu” diciptakan, Allah tinggal sendirian tanpa hubungan dengan seorangpun.
Konsep Allah Maha Esa yang beroknum tiga menyelesaikan masalah ini. Sejak kekekalan, sebelum ada suatu apapun, telah ada komunikasi dalam lingkaran Allah Tri-Tunggal.
4. Dengan Konsep Tauhid, Orang Islam Terpaksa Harus Menolak Kekekalan Al-Quran
Dalam abad kesembilan Imam Hanbal dianiaya oleh orang Islam karena mengatakan Al-Quran kekal. Akhirnya pihak Imam Hanbal menang. Umumnya Muslim setuju dengan Imam Hanbal dan Imam Shaafi’ee yang berkata, “Al-Quran tidak diciptakan Allah. Siapa yang mengatakan Al-Quran diciptakan adalah orang kafir” (Ash-Shariah). Ayat berikut ini juga sering dikutip, “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh (batu tulisan abadi)” (Qs 85:21-22).
Bila kita menerima konsep bahwa Al-Quran kekal adanya, berarti Al-Quran tidak mempunyai permulaan. Sama seperti Allah tidak mempunyai permulaan. Jika Al-Quran tidak mempunyai permulaan, berarti ada dua yang kekal. Berarti, Allah mempunyai saingan.
Orang yang sungguh-sungguh ingin berpegang pada konsep tauhid, terpaksa harus menolak konsep bahwa Al-Quran kekal adanya. Jelas orang Islam tidak percaya pada dua Allah. Demikian juga orang Kristen tidak percaya pada tiga Allah. Namun mereka percaya bahwa Allah Bapa, Kalimat Allah, dan Roh Allah kekal.
5. Konsep Tauhid Menyebabkan Orang Sembahyang di Makam Orang Sakti
Mengapa Mukmin di seluruh dunia banyak yang berziarah ke makam orang sakti (tempat keramat)? Walaupun Islam sudah ada di Indonesia, Pakistan, Afghanistan, Iran, Iraq berabad-abad lamanya, tapi mengapa banyak Muslim yang sembahyang di makam orang yang sudah mati? Bukankah ini karena ajaran Tauhid meyakinkan umat bahwa Allah terpisah jauh dari manusia. Allah tersendiri, terpisah dari umat-Nya.
Allah tidak dikenal oleh manusia. Orang Sufi berusaha mengatasi doktrin ini dengan berkata “Allah lebih dekat kepadanya (manusia) daripada urat lehernya” (Qs 50:16). Tapi pada umumnya Allah SWT dianggap tersendiri. Nun jauh di sana dan terpisah dari manusia.
Konsep Allah Tri-Tunggal mengatasi masalah ini. Kalimat Allah, yaitu satu Oknum dari Allah Maha Esa yang Beroknum Tiga, menjelma menjadi manusia. Ia tinggal di antara kita. Kita tahu siapa Dia, yaitu Isa Al-Masih. Ketika Ia kembali ke sorga, Roh Allah turun dan memenuhi hati setiap orang percaya, “. . . Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘Ya Abba, ya Bapa!’” (Injil, Surat Galatia 4:6).
Orang yang sudah menerima keselamatan melalui Isa Al-Masih tidak mungkin sembahyang ke kuburan! Mengapa? Karena Allah sudah berkomunikasi dengan mereka setiap hari melalui Roh Allah yang mendiami hati mereka.
Kesimpulan
Jelas konsep Tauhid memuat beberapa kelemahan filsafati dan teologis. Orang Kristen juga mengakui sulit menjelaskan konsep Tri-Tunggal. Namun kelemahan konsep Tauhid jauh lebih sulit, apa lagi memecahkan beberapa pertanyaan yang diakibatkan oleh konsep tauhid. Jika keduanya dibandingkan, konsep Tri-Tunggal lebih gampang diterima dengan nalar.
Akhirnya perlu diingat bahwa Allah tidak jauh dari kita. Tidak terpisah dari kita dan tidak tinggal sendirian. Dalam diri Kalimat Allah Ia turun ke dunia untuk menyelamatkan kita, dan mendiami hati kita. Setiap orang diundang datang kepada-Nya dan menerima keselamatan. Isa Al-Masih berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Injil, Rasul Besar Matius 11:28).
(Jason Gilead)
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Kelemahan-kelemahan Konsep Tauhid” silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau WA/SMS ke: 0812-8100-0718
Jesus Park mengatakan
~
Sofyan,
Saudara ingin praktek seperti apa? Di Quran tidak pernah menyebut tauhid, tentu tauhid adalah konsep yang dibuat bukan berdasarkan Quran, bukan? Kami lebih percaya dengan bukti di Quran bahwa allah Islam itu selalu disebut ahad (satu jamak), tidak pernah disebut wahid (satu angka). Jadi kalimat penyaksian bukan bukti, bahkan penyaksian itu sebagai bukti bahwa Islam tidak percaya tuhan, hanya allah saja. Jadi mengapa allah Islam disebut ahad?
Syahidah,
“Katakanlah: ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa’.” (Qs 112:1), seharusnya kata itu jangan ahad tapi wahid. Bandingkan juga dengan, “dan tidak ada seorangpun, yang setara dengan Dia.” (Qs 112:4). Jadi ahad bukan satu angka.
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Saudara Park,
Sesungguhnya konsep Tauhid telah membelenggu Allah SWT sehingga Allah SWT tidak bebas berbuat karena diatur oleh konsep yang diciptakan oleh umat Islam. Dengan konsep Tauhid, maka kemahakuasaan dan sifat mahakasih Allah SWT dipertanyakan karena tidak ada obyek untuk dikasihi dalam kekekalan. Kami berharap saudara-saudara Muslim di forum ini memahaminya dan mulai meninjau kembali kepercayaannya. Terima kasih.
~
Solihin
Zulkifli mengatakan
~
Kamu katakan bahwa Allah diatur oleh konsep yang diciptakan umat Islam yang bertauhid. Jangan berbohong. Padahal yang benar adalah semua manusia diciptakan Allah untuk mengikuti ajaran tauhid. Para nabi semua disuruh bertauhid. Dalam Injil berkian kali Isa menyuruh hanya menyembah Dia saja, bukan kepada Anak dan Merpati.
Sebelum tauhid sudah banyak ajaran pagan seperti di Mesir dengan Osiris, Isis & Harus. Di Yunani, Zeus membagi dunia menjadi tiga bagian. Zeus (Bapa, Dewa Langit), Poseidon (Dewa Laut) & Hades (Dewa Dunia Bawah). Dewa Zeus pernah menjadi Burung Tekukur. Di India ada Trimurti. Di Kristen ada Trinitas. Tuhan mereka semua punya anak. Para dewa banyak yang mati untuk menebus dosa.
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Saudara Zulkifli,
Kami senang saudara mengungkapkan hal itu bahwa konsep Tauhid mengatur Allah SWT. Apakah ini benar? Sebab dengan konsep Tauhid, Allah SWT tidak leluasa menjalankan fungsinya sebagai Allah. Sebab Muslim telah membatasi Allah SWT sehingga tidak bisa menjadi manusia. Padahal Muslim mengakui bahwa Allah SWT mahakuasa. Dengan demikian, ada perbedaan antara pengakuan dan kenyataan. Itu sebabnya, Muslim perlu membuat sebuah diksi baru.
Oh ya, jika saudara menyatakan bahwa Allah SWT tidak diatur dengan konsep Tauhid, maka apakah Allah SWT dapat nuzul menjadi manusia? Tertulis dimanakah dalam Al-Quran bahwa Allah SWT pernah menyatakan diri secara langsung kepada manusia? Mohon pencerahan.
~
Solihin
Firman mengatakan
~
Secara empiris, “akidah adalah fondasi Islam”. Namun, tidak sedikit manusia hilang kendali dalam ketauhidan. Apa yang telah menjadi faktor lain dalam kelemahan tersebut dan sertakan konsep penguatan akidahnya?
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Saudara Firman,
Menarik sekali pendapat saudara di atas. Boleh kami tahu, maksud pernyataan “manusia hilang kendali dalam ketauhidan”? Dapatkah saudara menjelaskan hal ini lebih lanjut?
Umat Islam meyakini konsep Tauhid. Tentu akidah ini begitu kuat terpatri dalam diri umat Islam. Lalu, mengapa saudara menyatakan bahwa manusia hilang kendali dalam ketauhidan?
Kami menanyakan hal ini agar tidak keliru dalam memberikan tanggapan. Karena itu, kami berharap saudara dapat menjelaskan hal tersebut.
~
Solihin