Melalui artikel ini, kita akan mempelajari apa itu konsep Trinitas.
Robinson Crusoe, tokoh fiktif dalam karangan Daniel Defoe yang diterbitkan tahun 1719, tinggal sendirian di sebuah pulau selama 28 tahun. Selama itu, ia tidak pernah bertemu seseorang, sehingga dia tidak pernah berbicara. Tidak mungkin dia berbicara dengan hewan, tumbuhan, atau dengan dirinya sendiri, bukan? Tanpa adanya makhluk sejenis menjadi lawan bicara, ia seakan-akan menjadi bisu.
Karena tidak ada manusia lain, dia tidak dapat mendengar suara manusia, percakapan manusia, atau penjelasan dari sesama. Dari segi tukar pikiran dengan sesama manusia, ia juga seakan-akan tuli. Bagaimana dengan Allah? Tentunya sama, tanpa konsep trinitas dalam kekekalan seakan-akan Allah bisu dan tuli.
Kekekalan Allah Melebihi Dugaan Kita
Manusia mengenal istilah “kekal.” Apakah mereka sungguh memahaminya? Mengukur waktu saja manusia begitu kesulitan. Para ahli berkata, alam semesta dimulai 14 milyar tahun yang lalu. Katanya umur bumi 4.54 milyar tahun. Siapa dapat merangkul angka itu?
Bila angka-angka itu sulit dikuasai, apalagi kekekalan. Kekekalan tidak dapat diukur. Dalam kekekalan tidak ada “waktu,” yaitu tahun-tahun.
Setiap Mukmin diwajibkan percaya akan kekekalan (al-Qidam) Allah. Bagi Allah tidak ada permulaan karena Ia tidak diciptakan. Terjemahan Al-Quran untuk Qs 112:2 ialah, “ Allah, yang kekal, yang mutlak ” (Yusuf Ali). Bila Allah tidak diciptakan, berarti Ia kekal adanya. Kitab Allah dalam Ulangan 33:27 berbunyi, “ Allah yang abadi adalah tempat perlindunganmu. . . ”
Apa yang Dilakukan Allah Dalam Kekekalan?
Tidak ada orang yang dapat menjawab pertanyaan ini dengan pasti. Tapi kita tahu, tanpa konsep trinitas, dalam kekekalan seakan-akan Allah bisu dan tuli. Mengapa? Sebab bila Allah sendirian dalam kekekalan sebagaimana menurut konsep Tauhid, berarti Allah tidak berbicara atau mendengar. Mungkinkah Allah akan berbicara dalam kekekalan, sementara tidak ada yang mendengarkan? Mungkinkah Dia mendengar suara bila tidak ada oknum yang berbicara kepada-Nya?
Allah Bergantung Pada Malaikat-malaikat?
Mungkin para Mukmin akan berkata, “Ia menciptakan malaikat dan bicara pada mereka.” Bisa saja, tapi bukankah hal itu berarti Allah bergantung pada malaikat agar Ia dapat mendengar dan berbicara? Sehingga, tanpa malaikat Allah tidak komplit atau sempurna! Ini juga sulit diterima.
Haruskah kemampuan Allah berbicara atau mendengar, bergantung pada malaikat-malaikat ciptaan-Nya? Kiranya jangan kita berkata Allah tidak komplit dan sempurna tanpa ciptaan-Nya! Jelas, dalam kekekalan sebelum ada ciptaan-Nya, Ia sempurna, bukan?
Allah Diam Saja Dalam Kekekalan
Orang lain berkata, “Allah diam saja dalam kekekalan. Tidak perlu bicara atau mendengar.” Tetapi Allah adalah satu pribadi. Bila Ia berdiam diri dalam kekekalan sebelum tiba waktu menciptakan sesuatu, berarti dalam kekekalan Ia tidak pernah bicara dan mendengar.
Mungkin ada orang yang puas menyembah Allah yang demikian. Tapi kami tidak siap menyembah Allah yang terpaksa berdiam diri dalam kekekalan. Menurut kami, Allah yang demikian kurang sempurna.
Agama Kristen dan Islam Memegang Keesaan Allah
Sama seperti orang Islam, Kristen juga percaya akan ketauhidan Allah. Dalam hal ini, kedua agama besar tersebut sehati. Lihatlah satu ayat dari Al-Quran, “ Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah . . . Dialah Yang Awal dan Yang Akhir . . . ” (Qs 47:19; 57:3).
Buku Allah juga memuat ayat sejenis sbb: “ Dengarlah . . . Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! . . . Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. . . . tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain ” (Taurat, Kitab Ulangan. 6:4; Kitab Nabi Besar Yesaya 45:5-6).
Maka, orang Kristen dan Islam seharusnya tidak perlu berdebat tentang keesaan Allah. Allah Maha Esa. Semua setuju!
Konsep Trinitas Menangani Masalah Kekekalan
Kitab Allah dengan jelas menekankan bahwa Roh Allah kekal adanya. Sehingga, Ia disebut “Roh Kekal.” Ingat, hanya Allah yang kekal! Juga, Ia disebut “Roh Kudus” dan hanya Allah yang kudus. Maka Rohullah adalah Roh Ilahi, Allah adanya.
Kitab nabi Islam dalam Qs 4:171 dan Kitab Allah, memberi nama “Kalimat Allah” kepada Isa Al-Masih. Satu ayat kunci berbunyi, “Pada mulanya adalah Firman (Kalimat); Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah ” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:1). Maka “Kalimat Allah” juga Allah.
Demikian dalam kekekalan ada Trinitas: Allah Bapa, Allah Roh, Kalimat Allah. Ini disebut Allah Tri-Tunggal. Dalam kekekalan ada lingkaran kasih dalam keesaan Allah, dimana Allah Bapa, Roh Allah, Kalimat Allah saling-mengasihi, berinteraksi satu sama lain karena beroknum tiga, namun maha esa.
Para Mukmin Berkata , “Mustahil Percaya pada Trinitas!”
Jelas tidak mudah percaya pada Trinitas. Namun menurut kami, lebih mudah menerima dan percaya Trinitas daripada konsep ketauhidan Allah yang dikemukakan dalam agama Islam. Sulit mempercayai bahwa Allah dalam kekekalan seakan-akan bisu dan tuli. Karena itu, konsep Tauhid juga sulit diterima!
Kenyataan yang Lebih Penting dari Pengertian Trinitas atau Tauhid
Nasib manusia sesudah mati, ke neraka atau sorga, perlu menarik perhatian kita, bukan? Bila kita kuat dalam dogmatika, tetapi jiwa masuk neraka selamanya, apa gunanya dogmatika kita? Allah yang maha esa menyediakan jalan, agar dosa kita dapat diampuni dan kita mendapat hidup kekal. Kiranya saudara klik di sini dan membaca keterangan mengenai keselamatan.
Pada akhir penjelasan tentang keselamatan disediakan “Doa Keselamatan” bagi saudara. bila dengan tulus hati dan penuh iman saudara mendoakan doa itu, masalah terpenting, keselamatan kekal saudara, akan ditangani.
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staff IDI mengharapkan komentar dari para pembaca. Kami minta agar komentar hanya menanggapi pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Apakah yang dikerjakan Allah dalam kekekalan sebelum Ia menciptakan apa-apa?
- Apakah mengurangi martabat Allah, bila kita percaya bahwa Allah bergantung pada ciptaan-Nya jika akan berbicara atau mendengarkan sesuatu?
- Manakah yang lebih penting, keselamatan kekal jiwa kita, memahami pengertian Trinitas, dan Tauhid? Mengapa saudara merasa demikian?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Sikap Al-Quran Terhadap Allah Tritunggal
- Benarkah Konsep Trinitas Tidak Masuk Akal?
- Kelemahan-kelemahan Konsep Tauhid
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
*
Apakah seperti konsep ajaran Trimurti di dalam agama Hindu, mengambil 3 perwujudan yang berbeda tapi 1 oknum?
~
Saudara Sandy,
Terimakasih untuk pertanyaan yang sudah saudara sampaikan. Maaf, kami kurang begitu faham akan ajaran agama Hindu. Karena memang kami tidak pernah menjadi pengikuti agama Hindu.
Saran kami, bila saudara ingin mengetahui tentang konsep ketuhanan dalam agama Hindu, ada baiknya saudara mencari sumber yang lebih tepat.
Demikian, harap maklum!
~
SO
*
Apakah kalian umat Kristen sudah melihat langsung wujud Allah, sehingga memvonis Allah dengan konsep tiga Tuhan? Sayangnya tidak.
Isa pun tidak pernah melihat Allah secara langsung semasa Dia di bumi. Tidak ada yang namanya konsep “Tritunggal” yang diajarkan para nabi-nabi dan rasulullah terdahulu. Konsep Tritunggal, penebus dosa, dan Yesus Tuhan adalah ajaran yang dikemukakan oleh nabi palsu yang bernama Paulus.
~
Saudara Isa Al-Masih,
Dari begitu banyak hal yang saudara tanyakan dalam komentar saudara. Kami akan fokus menjelaskan Konsep Tritunggal, sesuai dengan artikel di atas.
Allah dalam Alkitab adalah Allah Tritunggal. Jelas manusia tidak akan bisa mengerti misteri Allah Tritunggal, karena keterbatasan panca inderanya. Karena Allah adalah Allah Yang Maha Besar dan Yang Tak Terbatas.
Bagaimana dengan Isa Al-Masih Sang Allah Putera? Jelas yang dilihat adalah Isa sebagai manusia yang terbatas. Tetapi Isa sebagai Allah, Ia pun Tak Terbatas.
Sedangkan Allah Roh Kudus yang dinyatakan dalam bentuk burung merpati dan lidah-lidah api, juga Yang Tak Terbatas. Sehingga ada tiga sosok, yang semuanya adalah Yang Tidak Terbatas. Artinya Tiga itu adalah Satu yang tak terpisahkan yaitu Yang Tak Terbatas. Apakah Saudara bisa memisah-misahkan tiga yang semuanya tidak terbatas ini?
Dengan ketiga Oknum tak terbatas ini, Allah tidak tergantung pada ciptaan-Nya ketika Dia ingin berbicara, mendengar, atau menyatakan kasih-Nya.
Sebab, dengan siapakah Allah berbicara sebelum ada mahluk ciptaan-Nya? Siapakah Allah mendengar sebelum ada mahluk ciptaan-Nya? Apakah Allah harus bersandar pada ciptaan-Nya agar dapat mendengar atau bicara?
~
SO
*
Staff IDI,
Kesimpulan yang saya tarik dari artikel anda adalah: “Allah seakan-akan bisu dan tuli jika tidak berkomunikasi dengan manusia dalam bentuk Yesus”
Anehnya, anda lupa kisah Solomon (Sulaiman) yang sanggup berbicara dengan Hewan, dan mampu memerintah jin, manusia dan hewan, dan juga mampu memerintah angin. Ciptaan-Nya saja mampu melakukan hal seperti itu, apalagi Penciptanya?
Trinitas menangani masalah kekekalan? Aneh, sedangkan Yesus saja mati disalib, apa itu namanya menangani masalah kekekalan.
Dan tolong admin, jangan merubah-rubah konsep Tritunggal dengan Allah Bapa, Roh Allah, dan Kalimat Allah untuk menutupi kelemahan anda. Bukankah kata “Kalimat Allah” itu kata ganti Yesus (manusia), yang tidak kekal karena mati disalib? Dan anda sengaja merubahnya agar Yesus terlihat kekal dengan titel Tritunggal baru anda “Kalimat Allah”.
Jangan sampai makna tritunggal kekristenan berubah lagi karena revisi dari anda.
~
Saudara Chocolatte,
Ketika Solomon berbicara dengan hewan, berarti di sini ada dua subjek. Solomon dan hewan. Bagaimana bila hewan tersebut tidak ada, dengan siapa Solomon bisa berbicara? Suara/perkataan siapa yang akan dia dengar? Jelas tidak ada bukan? Dengan kata lain, Solomon bergantung pada hewan tersebut untuk dia bisa berbicara dengan mendengar.
Bagaimana dengan Allah dalam kekekalan-Nya? Siapa yang akan menjadi lawan bicara-Nya? Siapa yang akan Dia dengar berbicara? Apakah Dia harus menciptakan hewan atau manusia sehingga Dia bisa mendengar? Apakah Allah harus bergantung pada ciptaan-Nya?
Atau mungkin saudara akan berkata, Allah tidak perlu berbicara. Bila demikian, berarti Allah adalah Allah yang bisu dan tidak dapat berbicara. Benarkah demikian?
Dalam kekekalan ada Trinitas: Allah Bapa, Allah Roh, Kalimat Allah. Ini disebut Allah Tri-Tunggal. Dalam kekekalan ada lingkaran kasih dalam keesaan Allah, dimana Allah Bapa, Roh Allah, Kalimat Allah saling-mengasihi, berinteraksi satu sama lain karena beroknum tiga, namun maha esa.
Dengan mengenyampingkan konsep Tritunggal Allah, maka timbul pertanyaan: Dengan siapakah Allah berbicara sebelum ada mahluk ciptaan-Nya? Siapakah Allah mendengar sebelum ada mahluk ciptaan-Nya? Apakah Allah harus bersandar pada ciptaan-Nya agar dapat mendengar atau bicara?
~
SO
~
Bagi Pengunjung/Komentator yang menggunakan nama “Go Block” Kami sudah berulang kali menyampaikan kepada saudara, agar saudara memilih nama alias yang lebih sopan dan enak didengar. Tapi sepertinya saudara tidak menggubris pemberitahuan dari kami, dan tetap menggunakan nama tersebut.
Oleh sebab itu, maaf bila terpaksa setiap komentar dari saudara, maupun komentar dari orang lain yang menanggapi komentar saudara, terpaksa kami hapus.
Buat saudara Ishoma, maaf tanggapan yang saudara berikan untuk komentar dari Pengunjung/Komentator yang menggunakan nama “Go Block,” terpaksa kami hapus. Saran kami, bila orang tersebut memberi komentar lagi, sebaiknya tidak perlu ditanggapi. Karena kami akan secara otomatis menghapusnya.
Kami harap saudara maklum.
~
SO
*
[quote name=”chocolatte”]
Anehny, anda lupa kisah Solomon (Sulaiman) yang sanggup berbiacara dengan Hewan, dan mampu memerintah Jin,Manusia dan Hewan, dan juga mampu memerintah angin.[/quote]
Jelas saja, karena Nabi Sulaiman juga adalah seorang manusia, yang sebagai makhluk sosial membutuhkan makhluk lain untuk saling berinteraksi, berbicara, memerintah, mencurahkan kasih sayang. Dengan kata lain Nabi Sulaiman bergantung pada ciptaan pula untuk dapat mencurahkan kasihnya.
Lain halnya dengan Allah yang kekal, Ia tidak bergantung pada ciptaan-Nya untuk dapat mencurahkan kasih-Nya, tidak pada manusia, malaikat, ataupun jin. Maka dari itu konsep Tauhid yang diajarkan Islam justru sangat melemahkan ke-Maha Pengasih-an Allah itu sendiri sebab Ia akan membutuhkan ciptaan-Nya untuk dikasihi.
~
Saudara Tuxer,
Manusia tidak akan pernah mengenal Allah pencipta-Nya jika bukan karena Allah sendiri yang memperkenalkan diri-Nya. Dalam tritunggal yang esa kita dapat mengenal Allah yang benar karena inisiatif Allah sendiri yang memperkenalkan diri. Ia menjadi manusia supaya bisa dikenal oleh manusia.
Sedangkan Islam menyadari bahwa Allah tidak pernah memperkenalkan diri atas mereka. Islam mengenal Allah dari slogan-slogan bahwa Allah itu maha besar, Allah itu rahman dan rahimi, dll. Itulah hak sebagai hamba dalam Islam.
~
NN
*
To: Ishoma,
Tidak ada perbedaan ajaran nabi-nabi di Al-Quran dengan ajaran nabi di PL. Justru yang berbeda ajaran Paulus VS ajaran nabi-nabi dalam Kitab PL.
Kata “Tauhid” banyak ditemukan di dalam Al-Quran. Akar kata “Tauhid” adalah “Ahad” atau “Wahid”. Kata-kata itu ada puluhan di dalam Al-Quran. Itulah kata “Tauhid”, “Ahad”, “Wahid” di dalam Al-Quran.
~
Saudara Fidy,
Benang merah dari Alkitab (baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) adalah rencana Allah untuk menyelamat manusia, melalui pengorbanan Kalimat Allah di kayu salib.
Bila saudara membaca dalam Perjanjian Lama, di sana tertulis bagaimana orang-orang Israel harus memberi korban ketika mereka melakukan kesalahan. Jadi sebenarnya konsep korban penghapus dosa sudah dimulai sejak zaman Nabi Musa.
Bicara tentang Tauhid, bila dibandingkan dengan konsep Tritunggal Allah seperti yang dijelaskan pada artikel di atas. Ada beberapa pertanyaan yang ingin kami tanyakan kepada saudara, yaitu:
1. Dengan siapakah Allah berbicara sebelum ada mahluk ciptaan-Nya?
2. Siapakah Allah mendengar sebelum ada mahluk ciptaan-Nya?
3. Apakah Allah bersandar pada ciptaan-Nya agar dapat mendengar atau bicara?
~
SO
*
Sdr. Isa-Al-Masih,
Bible tidak pernah mengatakan “Bahwa Allah seorang dari yang tiga (Tritunggal)”. Memang orang Kristen beberapa generasi setelah Yesus, ada yang salah paham tentang konsep Tuhan yaitu Bapa, Roh dan Anak. Sehingga ada yang mengatakan bahwa Tuhan itu memang tiga tetapi dalam kesatuan. Ada juga golongan Kristen yang mengatakan bahwa Maria, ibu Yesus adalah salah satu daripada tiga Tuhan itu.
Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dari orang-orang Kristen pada masa itu, sehingga menyebabkan mereka begitu dogmatik akan kepercayaan itu. Golongan ini pun jumlahnya cukup besar sehingga menutupi sejumlah orang Kristen yang benar-benar paham.
Tetapi Bible tidak pernah mengatakan bahwa Tuhan itu tiga. Atau pun Tuhan itu mempunyai anak secara biologis atau Tuhan itu diperanakkan. Walaupun begitu Bible secara tersirat memberitahu bahwa Tuhan itu adalah Bapa, Roh Kudus dan Kalimah Tuhan, dimana Kalimah itu telah menjadi Kalimah hidup yang bersama-sama dengan manusia yaitu Yesus.
~
Saudara Mayor,
Terimakasih atas komentar saudara. Dari tritunggal yang esa kita percaya akan ketiga hal maksud Allah yaitu menciptakan,menyelamatkan dan memelihara. Ini bukan slogan tetapi bukti nyata bahwa Allah itu ada, bekerja dan memperkenalkan diri. Sangat adil jika Ia menciptakan manusia tetapi juga memperkenalkan diri. Dan tidak hanya menuntut ketataatan tetapi membuktikan kasih-Nya. Dalam Allah tritunggal yang esa kita menemukan hal itu.
~
NN
*
To: Mayor,
Kitab anda menyatakan bahwa Tuhan anda lebih dari satu: Kejadian 3:22 “Berfirmanlah TUHAN Allah: “Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya”
Kalimat “Salah Satu Dari Kita”, jelas menunjukkan lebih dari satu alias banyak (Jamak).
~
Saudara Fidy,
Ayat di atas membuktikan bahwa Alkitab telah sejak awal menjelaskan tentang Allah Tritunggal. Jadi, apa yang dikatakan oleh umat Muslim, bahwa Allah Tritunggal adalah buatan Paulus, adalah salah.
Alkitab tidak pernah mengajarkan Allah itu ada tiga. Yang diajarkan Alkitab adalah Allah yang maha esa yang terdiri dari tiga oknum. Yaitu Allah Bapa, Kalimat Allah, dan Roh Kudus, dimana ketiganya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Di Al-Quran sendiri tidak jarang Allah menyebut diri-Nya dengan kata ganti “Kami.” Bila hanya berpatokan pada arti kata “kami” berarti Allah umat Muslim lebih dari satu. Apakah benar demikian?
~
SO
*
Apa yang menjadi persoalan yaitu mengapa Al-Quran yang datang daripada Allah mengatakan bahwa adalah kafir kepada orang-orang yang menjadikan Tuhan itu tiga seperti dalam Q.S Al-Maidah:73? Bible tidak pernah mengatakan bahwa Tuhan itu adalah tiga. Ia tetap satu yaitu Bapa, Roh dan Anak (Kalimah).
Di dalam ayat Al-Quran yang lain tertulis juga di mana Ibu Yesus, yaitu Maria dijadikan salah satu Tuhan dari yang tiga. Dalam doktrin Kristen, ini adalah salah. Bukankah Allah yang menurunkan Al-Quran tahu tentang ini? Mengapa konsep ini secara kebetulan sama dengan pemikiran golongan Kristen yang salah tadi?
Ada yang mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut diturunkan kepada golongan yang salah itu tadi. Jika benar, saya rasa itu tidak perlu bagi Allah, karena Allah itu konsisten dengan kata-kata-Nya yaitu Allah adalah Esa. Tidak perlu bagi Allah mengoreksi kepada golongan orang yang salah tadi.
Dapatkah Anda paham dengan kata-kata ini: Apabila Tuhan mengatakan terhadap diri-Nya yaitu “Aku adalah Aku”. Tidak disangkal lagi, Dia mengatakan bahwa Dia adalah yang Esa. Tetapi jauh daripada itu sebenarnya Tuhan ingin memberitahu bahwa Dia yang mempunyai otoritas atas segala-galanya. Maksud kata-kata itu bukan semata-mata yang Esa, tetapi menegaskan berkuasa atas diri-Nya dan segala-galanya. Begitu juga halnya ketika dikatakan bahwa Tuhan itu satu yaitu Bapa, Roh Kudus dan Anak.
~
Saudara Mayor,
Terimakasih atas tanggapan saudara. Berdasarkan sura Al-Maidah 73 ternyata ada kesalahpahaman dalam Al-Quran yang berakibat berurat akar dalam persepsi umat Islam hingga saat ini. Di zaman secanggih seperti sekarang ini sebagian besar umat Islam menuduh Kristen menjadikan Mariam satu dari tritunggal yang esa. Suatu tuduhan yang tidak mungkin dibenarkan tetapi karena terlanjur sudah tercatat dalam Al-Quran mau tidak mau dipaksakan untuk diyakini.
~
NN
*
To: Mayor,
Bagaimanakah cara anda memahami sebuah kalimat? “… menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat…”
Itu maksudnya memiliki pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, bukan berarti lebih dari satu.
Contohnya: Seorang guru mengajarkan matematika dalam kelas, sehingga muridnya menjadi mengerti, lalu guru tersebut mengatakan “muridnya itu telah menjadi seperti guru, mengerti matematika. Apakah dapat dikatakan ada dua orang guru dalam kelas tersebut?
~
Jelas tidak mudah untuk memahami betapa besarnya kuasa Allah. Tidak ada kata yang tepat untuk menyatakan keagungan-Nya. Sebab itu adalah rahasia Ilahi.
Namun kita bisa sedikit memahami Pribadi Allah, melalui setiap firman yang disampaikan-Nya. Juga dengan pertolongan dari Roh Allah.
Artikel tentang Konsep Trinitas di atas, dapat membantu kita untuk memahami sedikit Pribadi Allah.
~
SO
*
Staff IDI,
Sebelumnya kita harus sepakat bahwa Pencipta dan ciptaannya jelas berbeda. Apakah anda sepakat?
Allah jelas tidak bisa disamakan dengan manusia, jika anda tetap memegang teguh tulisan anda dengan menyatakan bahwa Allah bisu dan tuli jika tidak berkomunikasi, maka anda telah menyamakan Allah dengan manusia.
Dan teori anda tentang Tritunggal menangani masalah kekekalan terdengar aneh. Anda menyatakan bahwa Allah Bapa, Roh Kudus dan Kalimat Allah saling berkomunikasi, secara tidak langsung anda menyatakan bahwa Tuhan itu ada 3 bukan 1 sesuai perkataan Yesus: Markus 12:29 “Jawab Yesus ; Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa”.
Atau maksud anda Allah berbicara dengan dirinya sendiri.
~
Saudara Chocolatte,
Kami setuju dengan pendapat saudara, Pencipta jelas berbeda dengan ciptaanya.
Memang tidak mudah untuk memahami Konsep Tritunggal Allah. Manusia mustahil mengerti semua tentang Allah.
Allah Tritunggal artinya “Maha Esa yang beroknum tiga.” Ini berarti definisi kesempurnaan ialah “Allah yang Maha Esa, yang beroknum tiga.” Tuhan tidak butuh tiga oknum untuk menjadi sempurna. Kesempurnaan terdiri dari Allah Yang Maha Esa yang beroknum tiga.
Tetapi perlu kami tekankan bahwa kami yakin penuh akan keesaan Tuhan. Kami hanya merasa konsep Tauhid mengurangi kesempurnaan Tuhan karena tidak mengaku bahwa Allah beroknum tiga.
Dengan mempertahankan konsep Tauhid, dapatkah saudara menjelaskan apa yang dilakukan Allah dalam kekekalan-Nya? Apakah satu “personifikasi” dapat mempunyai sifat kasih jikalau tidak ada sesuatu untuk dikasihi?
~
SO
*
Tanpa Saudara katakan, kami pun tahu bahwa Alkitab tidak pernah mengajarkan tiga Tuhan.
Kami orang Kristen pengikut Yesus Kristus tidak pernah menyembah tiga Tuhan.
Admin terlihat bingung, katanya tidak ada 3 Tuhan, tapi mengapa ada :
1. Allah Bapa
2. Allah Anak
3. Roh Kudus
Apakah orang Kristen tidak bisa menghitung?
~
Orang Muslim percaya bahwa orang Kristen adalah politheis yang menyembah tiga allah: Bapa, Yesus, dan Roh Kudus. Tuduhan ini menunjukkan kesalah-pengertian mereka tentang apa yang dipercayai orang Kristen. Tidak ada satu orang Kristen pun yang percaya kepada tiga allah.
Kata “Tritunggal” mengacu kepada kepercayaan bahwa Allah berwujud sebagai kesatuan dari tiga pribadi yang berbeda: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bapa, Anak, dan Roh Kudus masing-masing memiliki sifat-sifat yang hanya Allah saja bisa miliki. Dan setiap Pribadi tersebut disebut Allah.
Perhatikan ayat ini: “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu” (Injil, Surat Filipi 1:12).
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:1; 14).
Jadi, orang Kristen tidak pernah bingung dalam menghitung berapa Tuhan mereka. Tetapi karena saudara tidak memahami konsep ketuhanan orang Kristen, maka saudara menuduh seperti di atas.
~
SO
*
Sdr. Yudas,
Konsep atau doktrin Tritunggal dalam Kristen berbeda dengan konsep Trimurti. Karena memang Trimurti itu adalah tiga Tuhan. Yaitu Tuhan Wisnu, Tuhan Brahma dan Tuhan Siwa. Jadi 1 + 1 + 1 = 3.
Sedangkan doktrin Tritunggal itu adalah satu. Yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus. Jadi 1 x 1 x 1 = 1. Sdr. Yudas tetap satu yang mempunyai badan, akal dan roh. Kemudian harus diingat bahwa Anak itu adalah Firman Hidup yang Allah namakan sebagai Yesus.
~
Saudara Mayor,
Tepat sekali tanggapan saudara. Itu sebabnya disebut tritunggal yang esa. Kesulitan umat Islam ketika mereka terfokus kepada bilangan angka pasti. Seharusnya sebagai orang yang peraya kepada kemahakuasaan Allah hal ini tidak membingungkan. Sudah jelas bahwa hitungan manusia berbeda dengan hitungan Allah.
~
NN
*
Yth Admin,
Setelah membaca ulasan judul di atas, maaf bila saya mengatakan bahwa kalian terlalu memaksakan diri untuk tahu lebih jauh tentang esensi Allah, yang mustahil bisa dijangkau oleh akal manusia ciptaan-Nya yang sangat terbatas untuk hal-hal yang gaib.
Maaf lagi bila saya berpendapat kalau ‘menurut saya’, Yesus bukanlah Nabi Isa As yang kami imani. Tapi Yesus adalah tokoh fiktif (karangan Paulus) yang identik dengan Dewa-dewa sesembahan Yunani.
Bagi saya, Yesus itu misterius yang kontrofersial dan keberadaannya masih diragukan. Karena tidak ada kuburannya. Berbeda dengan Nabi Isa yang manusia biasa utusan Allah, yang tidak kekal dan sudah ditemukan kuburannya. Karena yang diangkat oleh Allah hanya roh, tidak bersama fisiknya.
Terimakasih.
~
Saudara Banjar,
Sah-sah saja saudara mengatakan bahwa Yesus adalah karangan fiktif Paulus. Itu adalah pendapat saudara, bukan yang sebenarnya terjadi!
Bila saudara mengimani bahwa mustahil bagi manusia bisa menjangkau keberadaan Allah, karena hal itu adalah gaib. Apakah saudara percaya bila kami mengatakan bahwa Allah telah berinkarnasi menjadi manusia? Pasti saudara mengatakan tidak mungkin!
Dan ketika kami bertanya, apakah ada yang tidak mungkin bagi Allah? Saudara pun akan berkata, Allah maha sempurna, tidak ada yang tidak mungkin bagi Dia.
Nah, sebenarnya siapa yang telah membatasi kuasa Allah? Siapa yang telah terlalu memaksakan diri untuk tahu lebih jauh tentang esensi Allah? Bukankah ketika saudara mengimani bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, maka tidak mustahil pula bila Dia mau berinkarnasi menjadi manusia?
~
SO
*
To: Sdr. Banjar,
Yesus itu bahasa Indonesianya, kalau Inggris Jesus sedangkan bahasa Yunaninya Ieousious, inilah yang kemudian dalam bahasa Arab menjadi Isa. Jadi Isa dan Yesus adalah pribadi yang sama.
Apakah di Al-Quran anda ada tertulis bahwa Isa dikuburkan? Jika ada, silahkan disajikan ayatnya.
~
Saudara Ishoma,
Terimakasih atas komentar saudara. Topik artikel diatas bukan mengenai Isa Al-Masih dalam Al-Quran dengan Tuhan Yesus dalam Alkitab. Saudara dapat menawarkan saudara Banjar berdialog mengenai hal itu di http://tinyurl.com/bwxsuab
~
NN
*
[quote name=”Isa Al-Masih”]*
Tuhan yang di ajarkan 4 buah kitab suci tersebut adalah Tuhan Yang Esa. Esa artinya satu “1” bukan satu kesatuan/jamak. Hanya Bible karangan Paulus-lah yang memperkenalkan dan mengajarkan konsep Tiga Tuhan (Trinitas).[/quote]
Yang mana bible karangan Paulus? Sudah saya katakan anda perlu banyak belajar lagi, supaya anda mengerti dengan benar apakah isi dari Bible itu. Anda saja tidak tau yang mana tulisan Paulus dan mana yang bukan.
Dan sekeras apapun anda bersuara Esa = 1, tidak akan merubah perngertian bahwa: Esa = Echad = Ahad memiliki makna “satu kesatuan yang Absolut”
Sementara konsep Tauhid yang ada di kepala anda hanya cocok, apabila Al-Quran anda mengatakan Allah itu wahid. Dimana Yakhid = wahid yang berarti satu-satunya, tunggal, the one and only.
Kemudian tanyakan sendiri kepada diri anda, mengapa Al-Quran anda memakai kata Ahad?
~
Saudara Moer,
Terimakasih atas komentarnya. Triitunggal yang esa adalah Allah yang tidak mungkin digugat oleh apapun. Tetapi ilah-ilah dunia dan keberdosaan manusia sangat bisa untuk tidak mempercayainya.
Dalam konsep tauhid Islam, Allah digambarkan sebagai zat yang tidak terlukiskan. Zat tersebut tidak mungkin diketahui atau dipahami baik oleh konsep tauhid Islam itu sendiri. Sebab sudah prinsipnya bahwa Ia seorang diri. Jangan-jangan tauhid yang selama ini dipahami hanyalah sebuah slogan.
Dalam tritunggal yang esa tersebut, Allah menjadi manusia supaya manusia dapat mengenal Allah. Satu-satunya yang dapat menggambarkan Allah itu secara rill adalah Allah itu sendiri. Itu sebabnya Allah menjadi manusia.
~
NN
*
Sayangnyanga selama ini Allah Muslim hanya katanya dan katanya. Tapi nubuatnya tidak pernah terjadi, apalagi mukjijatnya menyatakan bahwa dialah Allah yang patut disembah.
Saya tetap berkeyakinan Allah Muslim berbeda dengan Tuhan. Selama sura 2 sampai sura 9 berisi tentang kekerasan dan perang terhadap orang lain dikatakan legal dan mendapatkan perintah, maka saya yakin Allah itu adalah yang dikatakan anti Kristus.
~
Saudara Sederhana,
Terimakasih atas komentar saudara. Allah yang seharusnya kita sembah adalah Allah yang yang kita kenal, bukan Allah yang jauh sehingga tidak dapat dijangkau oleh manusia. Tentu kita mau menyembah Allah yang dapat kita kenal.
Karena itu Allah menyatakan diri-Nya agar manusia dapat mengenal pencipta-Nya. Allah menjadi manusia dalam Isa Al-Masih untuk memberikan anugerah keselamatan bagi kita. Itulah kasih Allah. Dan Allah ingin agar manusia juga memiliki kasih bukan kejahatan.
~
NN
*
[quote name=”Staff Isa dan Islam”]~
Dengan mempertahankan konsep Tauhid, dapatkah saudara menjelaskan apa yang dilakukan Allah dalam kekekalan-Nya?
~
SO[/quote]
Apakah anda mengetahui apa yang tetangga anda lakukan saat ini dirumahnya? Tentu tidak, karena anda tidak melihatnya. Sesama manusia saja kita tidak tahu, apalagi Allah. Tuhan pencipta alam semesta dimana kita hanya sebuah noktah kecil di atas samudera raya.
Saya akui, saya memang tidak mengetahui apa yang dilakukan Allah disinggasana-Nya. Sebab saya tidak berani mengandai-ngandai apalagi “mengarang” tentang sesuatu dimana saya tidak memiliki pengetahuan atasnya.
~
Saudara Chocolatte,
Terimakasih untuk jawaban yang sudah saudara berikan. Tentu tidak ada seorangpun yang dapat melihat Allah dan mengetahui apa yang dilakukan-Nya. Tetapi dengan Konsep Allah Tritunggal yang diajarkan dalam Alkitab, kami menjadi mengerti tentang Pribadi Allah. Walaupun memang tidak sepenuhnya.
Melalui konsep ini, kami menjadi mengenal Allah yang kami sembah. Dan melalui penjelmaan Kalimat Allah ke dunia, kami juga bisa melihat bagaimana Allah menyatakan kasih-Nya kepada manusia. Memang iman yang demikian tidak ada dalam ajaran lain, sehingga umat beragama menyatakan bahwa hal tersebut adalah iman yang sesat.
Tapi, bukankah lebih baik menyembah Tuhan yang kita kenal, dibanding Allah yang sama sekali tidak pernah menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya?
~
SO
*
Dear Staf IDI,
Setelah saya ikuti tanya jawab di atas maupun dengan topik lain. Rata-rata bantahannya sama dan itu-itu lagi permasalahan yang diungkapkan umat Muslim.
Bagaimana dengan firman ini:
“Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka. Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi. Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri” (Titus 3:9-11).
Terutama ayat 10, apakah mereka masih perlu dinasehati lagi (tentang Kebenaran) ?.
Terimakasih.
~
Saudara Teofilus,
Terimakasih atas masukan yang saudara berikan. Kami sangat menghargainya.
Memang tidak mudah untuk memberitakan kebenaran kepada seseorang yang tidak mengerti betapa pentingnya kebenaran tersebut. Dan sini tugas dan tanggung-jawab kami sebagai orang percaya hanyalah memberitakan kebenaran itu.
Soal apakah mereka mau menerima atau tidak, jelas itu bukan otoritas kami. Biarlah Roh Allah yang bekerja dalam hati mereka. Sehingga suatu saat mereka menyadari. Manakah jalan yang lurus yang benar-benar dapat menghantar mereka kepada kemuliaan Allah. Dan mana yang akan membawa mereka dalam kebinasaan.
Dalam Kitab Suci Injil dituliskan, “Aku [Paulus] menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan” (Injil, Surat 1 Korintus 3:6). Rasul Paulus berkata, dalam setiap pemberitaan Injil Kebenaran, Allah yang berhak memberi pertumbuhan.
~
SO
*
Sangat tidak etis sekiranya kita membahas Ketuhanan Allah. Akan lebih baik bila kita bersyukur sudah diberi kesempatan hidup dibumi sebagai manusia, karena jika Allah berkehendak, mungkin bisa saja kita hidup didunia sebagai mahkluk lain selain manusia. Sebagai seorang Muslim, saya berpegang pada Qs 109:6 “Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku.”
Sebagai manusia yang mengaku beragama, apakah kita pantas menanyakan Ketuhanan Allah yang sudah menciptakan dunia dan isinya (termasuk manusia), tanpa kita lebih dulu meminta kepada-Nya? Apakah pantas?
Lebih baik kita perbaiki diri kita masing-masing, karena belum anda (orang Nasrani) lebih baik dari kami (orang Muslim). Jangan sampai kita yang mengaku beragama, terlihat seperti orang yang sama sekali tidak beragama. Terimakasih.
~
Saudara Cunkubz,
Apakah salah jika kita sebagai manusia berusaha untuk mengenal Tuhan Allah? Sejak zaman dahulu ada banyak yang disebut allah yang disembah oleh manusia. Padahal Allah yang benar hanya satu. Jangan sampai ternyata kita manusia yang terbatas, salah menyembah yang bukan Allah
Karena itu sebagai manusia kita wajib untuk mencari Allah yang benar. Firman Allah ada untuk menuntun manusia pada kebenaran-Nya.
Isa Al-Masih berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6). Artinya Isa adalah satu-satunya jalan untuk manusia datang kepada Sang Pencipta.
~
NN