Islam dan Nasrani adalah dua agama terbesar di dunia. Kedua agama ini mengajarkan tentang bersunat. Kenapa harus sunat dalam Islam dan Nasrani? Silakan menjawab di sini.
Apakah tujuan orang Islam dan Nasrani sunat untuk menyucikan dosa? Seberapa pentingkah sunat dalam hidup sholeh/sholehah dan pengampunan dosa manusia?
Kisah Nabi Ibrahim Singkat
Kitab Taurat menyebutkan bahwa Ibrahim mengambil Hagar, budak istrinya Sara, untuk melanjutkan keturunan tuannya. Malaikat Allah berkata bahwa keturunan Hagar akan diberkati dan menjadi sangat banyak.
Kitab Taurat menjelaskan, “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael” (Taurat, Kitab Kejadian 16:11). Dari keturunan tersebut lahirlah Islam yang kita kenal saat ini.
Allah juga memberkati Sara dengan keturunan yang banyak melalui anaknya, Ishak. Dari keturunannya, lahirlah bangsa Israel yang kemudian dikenal dengan bangsa Yahudi.
Hubungan Nabi Ibrahim, Islam dan Sunat
Sunat pertama kali dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan keluarganya sebagai simbol perjanjian Allah. Hal ini merupakan tanda bahwa Allah telah memisahkan Nabi Ibrahim dan keturunannya untuk menjadi bangsa yang sangat besar.
Bagaimana awal ajaran Islam tentang sunat? Kenapa harus ada sunat dalam Islam? Satu Hadits Shahih menjelaskan bahwa Islam harus sunat karena itu salah satu dari lima fitrah “. . . yaitu khitan, istihdad (mencukur bulu kemaluan), mencabut bulu ketiak, memotong kuku dan mencukur kumis” (Hadits Shahih, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu).
Dengan demikian, umat Islam yang bersunat telah menjalankan fitrah.
Apakah orang Kristen sunat atau tidak? Di antara semua pengikut Isa Al-Masih, ada yang sunat dan ada yang tidak. Mengapa ada yang tidak sunat? Bukankah itu melanggar perintah Allah?
Aturan Sunat, Nasrani dan Sunat Hati
Sunat (khatan) bukanlah suatu keharusan dalam Kitab Allah. “Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus [Isa Al-Masih] hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai suatu arti . . .” (Injil, Surat Galatia 5:6). Bagaimana mungkin?
Karena, “. . . sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah . . .” (Injil, Surat Roma 2:29).
Bagi orang Nasrani/Kristen, sunat bukan sekedar tradisi keagamaan secara fisik, tetapi lebih menuntut “sunat secara hati, pikiran, dan perbuatan” sebagai umat Allah. Hati yang bersunat maksudnya menjauhi segala dosa karena telah menjadi umat pilihan Allah. Manusia yang memiliki hati yang bersunat harus hidup menurut perintah Allah.
Janji Allah Bagi Setiap Manusia
Isa Al-Masih telah menggenapi perjanjian ini melalui kematian-Nya. Segala dosa umat manusia telah mati bersama Isa Al-Masih di kayu salib. “Isa Al-Masih datang ke dunia bukan untuk meniadakan (tradisi), melainkan untuk menggenapinya” (Injil, Rasul Besar Matius 5:17).
Dengan demikian, Nasrani dan Islam tidak harus sunat lagi untuk menghapus dosa. Hati kita langsung “disunat” ketika mengimani Isa Al-Masih. Dan Ia memberi kita hati baru.
Apakah Anda ingin agar Isa Al-Masih mengampuni dosa-dosamu juga? Hubungi kami!
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staf Isa dan Islam]
Arikel Terkait
Berikut ini tiga link yang berhubungan dengan artikel “Kenapa Harus di Sunat Dalam Islam? Darimana Ajaran Sunat?” Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Janji Allah Ar Rahman Akan Keselamatan
- Siksa Kubur Dalam Islam dan Keselamatan Isa Al-Masih
- Ritual Ibadah Tertinggi yang Diterima Allah
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Kenapa harus sunat dalam Islam? Sebagai Muslim, bagaimana memaknai sunat dalam hidup Saudara?
- Bagaimana pendapat Saudara tentang umat Nasrani yang mengaku sebagai keturunan Ibrahim, tetapi tidak menjalankan perintah sunat dari Allah?
- Bagaimana pandangan Saudara mengenai makna sunat yang diajarkan oleh Isa Al-Masih sebagai penggenapan janji Allah?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].