“Kamu memiliki banyak harta dan kesenangan dunia. Namun sadarkah betapa singkatnya hidup di dunia? Nanti jika meninggal akan dikenang sebagai apa? Siapkah menghadap akhirat?”
Ini adalah pertanyaan kepada Rumi. Ia adalah bos sindikat preman besar yang sedang mendekam dalam penjara. Pertanyaan ini membuatnya berpikir panjang.
Memang hidup ini sangat singkat. Pernahkah Anda merasa waktu berjalan cepat?
- Perasaan baru hari Minggu, tidak terasa sudah mau akhir pekan lagi.
- Perasaan baru masuk SMA, tidak terasa sudah hampir selesai kuliah.
- Perasaan baru saja menikmati masa muda, tidak terasa sekarang sudah mau punya anak.
Kadang kita tidak sadar betapa cepatnya waktu dan singkatnya hidup ini. “Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja . . .” (Qs 10:45).
Bagaimana kisah kehidupan Rumi, dan bagaimana akhirnya ia memperoleh ketenangan batin? Mari kita lihat kisahnya.
Kisah Bos Preman Menyadari Singkatnya Hidup di Dunia
Rumi telah bergabung dengan sindikat kejahatan sejak berusia 15 tahun. Ia telah terlibat banyak kejahatan yang sangat buruk.
Rumi terlibat pengedaran obat terlarang. Ia melakukan berbagai tindakan kekerasan dan penyiksaan. Juga terlibat dalam perdagangan manusia dan prostitusi.
Akhirnya, di usia yang relatif masih muda, ia menjadi pemimpin besar. Ia menjalankan organisasinya dalam wilayah yang cukup luas.
Sampai satu saat polisi menangkapnya. Rumi masuk penjara untuk waktu yang lama.
Namun, di dalam penjara ia tetap menjalankan organisasinya. Ia mengatur banyak tindakan kejahatannya.
Di luar Rumi memang terlihat menakutkan dan berkuasa. Namun, banyak orang tidak tahu pergumulan batinnya.
Ada banyak saat depresi berat yang ia alami di penjara. Berkali-kali sebenarnya ia hanya ingin mati. Semua kesenangan dunia tidak bisa memuaskan jiwanya.
Saat itulah Rumi menyadari singkatnya hidup di dunia.
Memang Hidup Sangat Singkat Menurut Al-Quran dan Hadits
Benar, sangat terbatas karena singkatnya waktu hidup manusia di dunia, lebih singkat lagi dibandingkan kehidupan akhirat.
Menurut Al-Quran dan Hadits ada beberapa gambaran yang menyatakan hal ini. Contohnya:
- Masa hidup manusia singkat seperti bunga.
“. . . sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya.” (Qs 20:131). - Masa hidup manusia seperti “hanya 1-1,5 jam” saja.
Dalilnya karena gambaran perbandingan waktu kehidupan di dunia dan akhirat. Yaitu satu hari di akhirat seperti 1000 tahun di dunia (Qs 32:5). Lalu ada Hadits menyatakan rata-rata umur manusia adalah 60-70 tahun (Hadits Tirmidzi No.2253).
Jika demikian maka masa hidup manusia tergambar sangat singkat. Yaitu hanya seumpama 1-1,5 jam dalam perhitungan akhirat.
Kedua gambaran ini menyatakan betapa fananya hidup. Manusia hanya memiliki sedikit waktu untuk berbuat baik.
Jika demikian bagaimana amal baik manusia bisa membawa ke surga? Terlebih lagi jika seperti Rumi yang telah berbuat banyak sekali kejahatan.
Pertobatan dan Titik Balik Kehidupan Rumi
Di dalam penjara, Danu sering mengunjungi Rumi. Awalnya untuk menghibur dan bertukar pikiran.
Satu saat ada perkataan Danu yang mengagetkan Rumi. Yaitu: “Kamu memang memiliki banyak harta dan kesenangan dunia. Namun sadarkah betapa singkatnya hidup di dunia? Nanti jika meninggal akan dikenang sebagai apa? Siapkah menghadap akhirat?”
Selanjutnya Danu berkata: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Injil, Rasul Besar Matius 16:26).
Rumi menjadi terus teringat dengan semua perkataan ini. Berhari-hari ia tidak bisa tidur karena memikirkannya.
Rumi menjadi sadar betapa jahat hidupnya selama ini. Ia telah berbuat banyak dosa. Ia juga telah menjerumuskan banyak orang ke dalam dosa.
Dalam keadaan ini Rumi merasa ia tidak mungkin terampuni. Ia pasti akan masuk neraka. Tidak ada amalan baik yang cukup untuk menutupi semua dosanya.
Dalam kegelisahan ini Rumi menantikan kunjungan Danu selanjutnya. Ia ingin berdiskusi lebih jauh mengenai kehidupannya.
Ada Pengharapan dalam Isa Al-Masih!
Saat bertemu kembali, Rumi menceritakan ketakutannya. Ia khawatir apakah masih ada pengharapan Allah untuknya.
Danu pertama menyatakan bahwa memang benar kehidupan manusia sangat singkat di dunia. Kitab Allah menyatakan seperti bunga yang rentan.
“Manusia . . . singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu” (Taurat, Ayub 14:1-2).
Rumi langsung memotong dan bertanya: “Jika demikian bagaimana bisa selamat? Adakah harapan untuk orang berdosa? Karena dosa saya sudah terlalu banyak. Saya merasa jauh dari Allah. Mungkinkah Ia mau menolong dan menerima saya?”
Danu tersenyum lalu menjelaskan. Bahwa ada pengharapan Allah untuk manusia berdosa! Caranya adalah dengan memberikan Isa Al-Masih.
Melalui Isa, manusia berdosa, siapapun bisa “berdamai” dengan Allah. “. . . di dalam Kristus Yesus [Isa Al-Masih] kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ . . .” (Injil, Surat Efesus 2:13).
“Bagaimana mungkin? Tolong bantu jelaskan!” Rumi masih tidak mengerti.
Isa Al-Masih “Mendamaikan” Manusia dengan Allah
Danu memberikan gambaran kepada Rumi.
Hal ini serupa seorang petani yang memiliki hutang sangat besar kepada saudagar kaya. Kerja keras seumur hidup tidak akan mampu untuk menutup hutangnya tersebut.
Sampai satu saat ada teman yang membantu menjadi pengantara. Ia kenal dengan sang saudagar, juga berteman dengan petani itu.
Ia membantu agar ada “jalan damai” antar keduanya. Akhirnya sang saudagar mengerti dan menghapus seluruh hutang petani itu. Sehingga ia bisa hidup merdeka selamanya.
Hal ini bukan karena kemampuan atau perbuatan sang petani. Melainkan karena bantuan teman menjadi “jalan damai” untuknya.
Demikianlah Allah mengasihi dan mengerti kelemahan manusia. Ia memberikan Isa Al-Masih menjadi jembatan. Melalui-Nya manusia berdosa bisa mendapatkan ampunan Allah.
“. . . dengan perantaraan Kristus [Isa Al-Masih], Allah membuat manusia berbaik kembali dengan diri-Nya. Allah melakukan itu tanpa menuntut kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan manusia terhadap diri-Nya . . .” (Injil, Surat 2 Korintus 5:19).
Jika manusia mau mengimani dan menjadi pengikut Isa, maka tersedia ampunan Allah. Ia akan menerima manusia asalkan bertobat walau banyak dosanya.
Karena itu, Danu mengajak Rumi: “Mari mengimani Isa. Allah pasti akan menerima Anda.”
“Selanjutnya Anda dapat berbuat baik. Bukan untuk menutupi dosa atau takut neraka. Namun sebagai bentuk ucapan syukur pada Allah.”
Setelah beberapa kali berdiskusi, akhirnya Rumi memutuskan untuk mengimani Isa Al-Masih. Ia menyadari hanya Isa yang mampu menolong manusia berdosa sepertinya untuk masuk surga.
Rumi merasakan kedamaian yang luar biasa. ia menyatakan: “Rasanya seperti baru mandi. Sangat bersih di hati. Ada ketenangan dan ampunan Allah yang saya belum pernah rasakan sebelumnya.”
Kehidupan Rumi selanjutnya tidak mudah. Ia menghadapi berbagai tantangan dari sindikat lamanya, maupun orang di dalam penjara. Namun ia teguh berpegang pada keyakinannya. Bahkan ia lebih giat lagi menyatakan jalan pendamaian Allah melalui Isa kepada para temannya.
Jika Anda sudah siap mengimani Isa Al-Masih sebagai Juruselamat, klik disini.
Bila Anda ingin mendalami Isa dalam Kitab Taurat, Zabur, dan Injil, klik link ini.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Singkatnya Hidup di Dunia! Siapkah Anda Untuk Akhirat?” Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Rahasia Mukmin Mengatasi Stres Tekanan Batin Karena Takut Azab
- PARA MUKMIN! SIAPKANLAH DIRI ANDA MENGHADAPI PENGADILAN AKHIRAT!
- Apakah Al-Ghaffar (Allah Maha Pengampun) Pasti Mengampuni Dosa Saya?
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengingat singkatnya hidup di dunia, menurut Anda, apakah amalan manusia akan cukup untuk mengatasi semua dosanya? Jelaskan jawaban Anda.
- Bagaimana menurut Anda cara manusia yang telah melakukan banyak dosa dapat masuk surga?
- Bagaimana pendapat Anda bahwa hanya ada satu jaminan keselamatan Allah, yaitu melalui Isa Al-Masih?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].