Semua orang rindu untuk masuk surga. Anda pun ingin ada ketenangan di akhirat, bukan?
Namun, sulit mendapatkan kepastian surga. Amal dan ibadah tidak bisa menjadi jaminan masuk surga.
“Jangan kamu terlalu yakin dengan banyaknya amalan, . . . Jangan pula kamu merasa aman dari dosa-dosamu, dikarenakan kamu juga tidak mengetahui, apakah dosamu telah diampuni darimu atau tidak” [At Taubah karya Ibnu Abi Dunya:73].
Berikut ini adalah kisah seorang yang ingin kepastian mengenai masuk surga. Ia adalah Mukmin yang baik. Ia rela melakukan apa saja demi mendapat ridho-Nya.
Jelas semua rindu kepastian surga! Tetapi bagaimana cara kita mencapainya? Sampaikan jawaban Anda di sini.
Kisah “Jamiah” Mencari Jalan Kepastian ke Surga
Jamiah (nama alias) adalah Mukmin sejati. Dari kecil ia telah belajar agama. Ia hidup di tengah lingkungan yang sangat agamis. Ia tinggal di wilayah Indonesia Barat.
Jamiah percaya akhirat. Namun, ia gelisah karena tidak yakin masuk surga.
Ia mendapat pengajaran bahwa ada satu cara yang dimudahkan jalannya. Cara itu adalah jika meninggal dalam perjuangan pada jalan Allah.
“Tidaklah sama antara Mukmin yang duduk (yang tidak ikut berjuang) . . . dengan orang-orang yang berjuang . . . Allah melebihkan orang-orang yang berjuang . . . menjanjikan pahala yang baik (surga)“ (Qs 4:95).
Karena hal inilah Jamiah terlibat dengan kelompok tertentu. Ia ingin yakin kalau meninggal dalam perjuangan maka surga terjamin.
Bagaimana pendapat Anda mengenai kisah nyata ini? Adakah jalan yang dimudahkan untuk ke surga? Sampaikan jawaban Anda di sini.
Pengalaman Mengejutkan untuk Menemukan Jalan ke Surga
Satu kali Jamiah mendapat mimpi orang yang berbaju putih. Ia berkata: “Akulah jalan, kebenaran dan hidup.” Ia terkejut dan tidak mengerti artinya.
Seumur hidup Jamiah tidak tahu gereja ataupun ajaran Kitab Allah. Namun karena mimpinya, membuat Jamiah penasaran mencari kebenaran ke berbagai tempat.
Ia sangat terkejut saat mengetahui ada ayat dalam Injil yang sama dengan kata-kata dalam mimpinya.
Saat itulah Jamiah menyelidiki ajaran dalam Kitab Allah. Ia menemukan bahwa Isa Al-Masih menyatakan bahwa Ia adalah “jalan, kebenaran dan hidup” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Sejak saat itu Jamiah mulai menjadi pengikut Isa.
Ada Jaminan Keselamatan dalam Isa
Jamiah mengikuti Isa karena ada kepastian surga. Isa Al-Masih dengan jelas menyatakan bahwa Dialah jalan. Jamiah merasa menemukan jawaban yang selama ini ia cari.
“Tetapi Allah kaya dengan rahmat. Ia sangat mengasihi kita, . . . Karena kemurahan-Nya, Kita diselamatkan karena iman kepada Kristus [Isa Al-Masih]” (Injil, Surat Efesus 2:4,8 FAYH).
Saat Jamiah percaya, ada damai di hati. Ada ketenangan karena yakin Isa adalah jalan lurus ke surga. Bukan dengan berjuang pada jalan Allah, tetapi dengan mengimani Isa Al-Masih seseorang pasti meraih keselamatan.
Anda juga pasti mau masuk ke surga, bukan? Mari percaya kepada Isa! Berdoa seperti yang Jamiah lakukan. “Isa Al-Masih, saya percaya kepada-Mu. Mohon ampun atas semua dosa saya. Mohon ridho-Mu untuk menyelamatkan saya ke surga. Amin.”
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bagaimanakah cara kita bisa mendapatkan ridho-Nya untuk masuk surga? Jelaskan jawaban saudara.
- Apakah kita bisa memiliki keyakinan kepastian surga? Bagaimanakah caranya?
- Bagaimana pendapat saudara mengenai Isa Al-Masih yang menyatakan diri-Nya sebagai: “jalan, kebenaran dan hidup”?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini tiga link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Bagaimana Cara Islam dan Nasrani Menemukan Cahaya Ilahi
- Mukmin, Nasrani – “Surga Itu Hak Prerogatif Allah!”
- Muslim dan Nasrani Minta, “Tunjukkanlah Saya Jaminan Ke Surga!”
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].