Saya (Pramono) pernah merusak mesin kantor. Saya berpikir bagaimana harus menggantinya? Karena harganya sangat mahal.
Saat itu kebijakan manajemen adalah meminta saya mencicil. Dengan cara memotong dari gaji bulanan.
Hal ini sangat berat! Karena gaji bulanan saya terbatas. Juga sangat lama waktu untuk menutup semuanya.
Untung saja ada beberapa teman kantor yang baik. Mereka membantu saya mencicil. Sampai akhirnya ada pertolongan dari manajemen menghapus tanggungan saya.
Peristiwa ini membuat saya berpikir. Jika menanggung kesalahan di kantor bisa sedemikian berat. Bagaimana cara membersihkan diri dari dosa?
Bukankah ada banyak sekali kesalahan selama hidup? Saya merasa tidak mampu jika harus menanggung semua beban dosa.
“. . . Sesungguhnya orang-orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah kerjakan” (Qs 6:120).
Mari simak bagaimana saya mendapatkan jalan keluar untuk hal ini.
Kehidupan Manusia Penuh dengan Dosa
Saya dibesarkan dengan pendidikan agama yang kuat. Saya pernah ikut pesantren. Saya belajar menjadi abdi Allah yang baik.
Namun saat remaja saya berbuat banyak dosa. Saya terlibat pergaulan yang salah. Saya pernah mencuri, sering mabuk bahkan berzina.
Pada masa itu saya juga membangkang orang tua. Dan memutus tali silaturahmi dengan keluarga.
Sampai akhirnya saya sadar dan mau berubah. Karena itu saya mencari jalan bagaimana cara membersihkan diri dari dosa.
Mencari Allah Sang Maha Pengampun
Ustadz mengajarkan kepada saya bahwa dalam Islam manusia perlu menanggung dosanya sendiri. Berikut beberapa cara membersihkan diri dari dosa dalam Islam.
- Pertama dengan bertaubat.
Yaitu minta ampunan Allah. Karena Ia Sang Maha Pengampun (Qs 2:160). Hal ini juga berarti kita jangan mengulangi dosa yang sama. - Selanjutnya berbuat amal dan ibadah.
Karena amal dan Ibadah menutupi dosa.
“. . . Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk” (Qs 11:114). - Selebihnya manusia perlu berserah.
Karena kita tidak tahu bagaimana nantinya keputusan Allah di akhirat. Akankah timbangan kebaikan kita cukup atau kurang.
Saya memang pernah mendengar semua penjelasan ini. Namun saat menyadari saya telah berbuat banyak dosa. Hal ini sangat mengkhawatirkan.
Mampukah Manusia Membersihkan Diri dari Dosa?
Saya merasa tidak akan mungkin bisa membersihkan diri dari dosa. Saya takut terkena azab mengerikan. Hal ini karena:
- Amal baik tidak akan cukup untuk menutup dosa.
Ada banyak sekali syariat agama yang perlu ditaati. Dan manusia tidak akan mampu memenuhi semuanya.
Terlebih lagi manusia tidak bisa terlepas dari dosa. Misalnya saya telah bertobat dari zina. Namun masih sering melihat pornografi. Saya telah berhenti mabuk. Namun masih sering tidak bisa menjaga mulut.
Saya juga berusaha menjalankan ibadah. Namun masih sering bolong sholat dan puasa.
Jika demikian bagaimana amal saya cukup untuk menutupinya? Bahkan ada Hadits yang menyatakan amal baik tidak bisa menyelamatkan (Shahih Muslim 5038).
- Bagaimana dengan berbagai dosa besar?
Ada banyak pembahasan mengenai berbagai dosa besar dalam Islam. Dan Allah akan menghukum semua pelanggaran ini.
Contohnya adalah dosa syirik, durhaka terhadap orang tua, berbicara bohong (Hadits Bukhari No.5519). Juga meninggalkan sholat, mabuk, memutus tali silaturahmi dan sebagainya.
Saya pernah melakukan beberapa di antaranya. Karena itu saya takut tidak terampuni.
“. . . . Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat . . . dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik . . . (Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil” (Qs 53:31-32).
Dosa “kecil” saya saja sudah banyak. Apalagi dengan berbagai dosa “besar.” Bagaimana cara membersihkan diri dari dosa kehidupan ini?
Semua hal inilah yang menggelisahkan. Saya merasa tidak mungkin bisa mendapatkan ampunan Allah. Saya tidak mampu menjadi Abdi Allah karena dosa.
Memang Mustahil Manusia Mampu Selamat!
Sampai satu saat saya pergi untuk makan siang dengan teman kantor. Salah seorang teman saya, bernama Saputra. Ia membawa majalah religi. Di halaman depan tertulis “Yesus Menebus Manusia dari Dosa.” Dengan keterangan sub judul: “Menebus: berarti membayar atau membeli dari perbudakan dosa.”
Saya tidak setuju dengan pernyatan ini. Saya kritis bertanya kepadanya.
“Bukankah Isa [Yesus] manusia biasa? Bagaimana ia mampu menebus manusia dari perbudakan dosa? Manusia tidak bisa menanggung dosa orang lain. Kita bertanggung-jawab atas perbuatan kita sendiri.”
Saputra tersenyum dengan pertanyaan itu. Ia kemudian menjawab: “Memang baik untuk bertanggung-jawab atas semua dosa. Namun sanggupkah kamu melakukannya? Berapa banyak pelanggaran yang kita perbuat selama hidup?”
Pertanyaan ini yang terus teringat dalam pikiran saya. Tapi saya merasa tidak memiliki jawabannya.
Pertolongan Allah untuk Membersihkan Dosa
Karena penasaran, saya meminjam majalahnya. Dengan alasan sekadar ingin tahu apa isinya.
Saat membaca, saya tertarik dengan artikel penebusan. Yaitu cara membersihkan diri dari dosa menurut ajaran Nasrani.
Artikel itu menjelaskan bahwa manusia penuh dosa. Dan siapa yang berbuat dosa, adalah hamba/ budak dosa. Karena kita tidak mampu terlepas dari ikatannya.
“Kata Yesus [Isa Al-Masih] kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa’” (Injil, Yohanes 8:34).
Sama seperti budak tidak mampu melepaskan dirinya sendiri. Demikianlah manusia tidak mampu lepas dari dosa.
Perlu ada pertolongan orang luar. Yaitu untuk menebusnya. Sehingga budak bisa menjadi merdeka.
Saya bisa mengerti hal ini. Karena saya sudah berusaha lepas dari dosa. Namun tidak pernah berhasil. Taubat sesaat, namun akan kembali melakukan pelanggaran lagi.
Karena itu artikel ini memberikan solusi dari Allah.
“Ketika kita dalam keadaan tidak berdaya, Kristus [Isa Al-Masih] mati untuk kita pada waktu yang tepat yang ditentukan oleh Allah. Padahal kita orang-orang yang jauh dari Allah” (Injil, Surat Roma 5:6, BIS).
Isa adalah perwujudan rahmat Allah bagi manusia (Qs 19:21). Karena itu jika mengimani dan menjadi pengikut Isa maka rahmat Allah mengampuni dosa. Dalam rahmat-Nya juga kita akan mendapat kekuatan terlepas dari kebiasaan buruk.
Artikel ini menjawab kegelisahan saya. Bahwa rupanya ada solusi pertolongan Allah bagi dosa manusia.
Hal ini membuat saya makin penasaran. Akhirnya saya mengajak Saputra untuk berdiskusi.
Cara Membersihkan Diri dari Dosa: Mengimani Isa Al-Masih
Saputra meneguhkan artikel ini. Bahwa hanya dengan Isa manusia mendapatkan cara membersihkan diri dari dosa.
“ . . . Kristus [Isa Al-Masih] mempersembahkan hanya satu kurban untuk pengampunan dosa, dan kurban itu berlaku untuk selama-lamanya . . . Allah juga berkata, ‘Aku akan melupakan dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan mereka.’ Jadi, dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan itu sudah diampuni” (Injil, surat Ibrani 10:12,17-18, BIS).
Saya mendapatkan jawaban dari keresahan saya. Apakah Anda mau mendapatkan pertolongan dari dosa dan mendapat jaminan selamat?
Mari mengimani dan menjadi pengikut Isa untuk mendapatkan rahmat Allah!
Jika Anda sudah siap mengimani Isa Al-Masih sebagai Juruselamat, klik di sini.
Bila Anda ingin mendalami Isa dalam Kitab Taurat, Zabur, dan Injil, klik link ini.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Setiap Kita Berdosa! Ada yang Mampu Menanggung Dosa Orang Lain?
- Ampunan Allah dan Dosa yang Tidak Diampuni Allah
- Al-Quran dan Injil Mengajarkan: Dosa Mendapatkan Balasan!
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bagaimana menurut Saudara cara membersihkan diri dari dosa kita yang sangat banyak?
- Bagaimana cara Saudara menutup dosa besar jika pernah melakukannya?
- Bagaimana pendapat Saudara bahwa Isa adalah perwujudan rahmat Allah untuk menolong manusia selamat?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].