“Apakah kita bisamasuk surga tanpa melakukan sholat? Apa akibatnya jika banyak bolong sholatnya?” Ini adalah pertanyaan dari beberapa umat Muslim.
Memang sholat adalah salah satu ibadah terutama. “. . . Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain) . . .” (Qs 29:45).
Namun ada kewajiban untuk melakukan sholat 5 kali sehari seumur hidup. Hal ini ditambah juga dengan berbagai ibadah lainnya.
Pernahkah Anda bertanya bagaimana jika tidak sanggup memenuhi semua kewajiban ini, apa hukumannya? Adakah cara masuk surga tanpa sholat?
Bagaimana manusia yang penuh kelemahan mendapatkan pertolongan Allah? Mari kita simak uraiannya.
Keutamaan Sholat Bagi Umat Muslim
Ibadah sholat sangat penting. Karena merupakan tiang atau pilar utama agama. Banyak ulama menyatakan orang yang meninggalkan sholat telah meninggalkan agama.
“Pokok dari perkara agama adalah Islam, tiangnya adalah sholat” (Hadits Tirmidzi no. 2616).
Karena itu Mukmin wajib menjalankan sholat. Sebagai pra-syarat masuk surga. Ada Hadits Shahih menegaskan hal ini. Beserta juga ancaman hukuman bagi yang meninggalkannya.
“Lima sholat, telah Allah wajibkan bagi para hamba, barang siapa yang melakukannya . . . Allah masukkan dirinya ke dalam surga. Sedangkan orang yang tidak melaksanakannya . . . apabila Allah menghendaki maka Dia akan menyiksanya . . .” (Hadits Abu Daud No.1210).
Namun sholat lima kali sehari seumur hidup itu sangat berat. Bagaimana jika banyak bolong jatah sholat? Apakah mungkin orang yang tidak sholat bisa masuk surga?
Bagaimana Jika Tidak Mampu Memenuhi Semua Jatah Sholat?
Manusia penuh kelemahan. Sangatlah sulit memenuhi semua kewajiban agama dengan sempurna.
Bahkan sholat yang dilakukan saja, belum tentu Allah terima. Misalnya jika seseorang khilaf dan mabuk, maka sholatnya selama 40 hari akan Allah tolak (Hadits Ibnu Majah No.3368).
Karena semua inilah maka ada banyak pertanyaan dari kalangan umat Muslim. Jadi, adakah cara masuk surga tanpa sholat? Bagaimana peraturan mengganti jatah sholat?
Ada berbagai perbedaan pendapat ulama untuk menjawab pertanyaan ini.
- Beberapa ulama menyatakan Mukmin wajib mengganti jatah sholat. Hal ini terus menjadi kewajiban sampai ia yakin telah menutupinya.
- Pandangan lain menyatakan wajib mengganti jatah sholat. Namun hanya semampunya saja. Kita berusaha melakukan yang terbaik. Namun jangan sampai menimbulkan masalah baru. Misalnya jangan sampai sakit atau menggangu pekerjaan.
- Sedangkan ulama lain berpendapat tidak perlu mengganti jatah sholat. Melainkan memperbanyak amal dan ibadah lainnya. Misalnya dengan puasa sunnah.
Walau ada perbedaan, semua pandangan ini pada dasarnya sama. Menyatakan Mukmin tetap perlu sholat untuk masuk surga. Dan tetap ada bentuk penggantian jatah sholat.
Pertanyaannya, sanggupkah Anda memenuhinya? Bagaimana jika tetap tidak sanggup?
Kisah Habibah Tidak Mampu Menjalankan Sholat
Habibah adalah seorang Muslimah yang dibesarkan dalam keluarga religius. Ia juga berada di lingkungan yang kuat dengan nilai agama.
Habibah dari remaja sudah khatam Al-Quran. Ia bahkan salah satu finalis Tilawatil Quran.
Namun Habibah memiliki kegelisahan mengenai sholat. Pertama, ia merasa bingung untuk mengucap doa yang tidak selalu ia paham artinya. Selanjutnya ia juga merasa kesulitan disiplin sholat 5 kali seumur hidup.
Habibah sering merasa bersalah. Karena ia tidak mampu memenuhi jatah sholat. Kadang ia malas. Di waktu lain terlupa karena kesibukan. Ataupun karena lelah bekerja.
Habibah menjadi takut neraka. Ia juga takut hukuman Allah yang akan menimpanya. Ia tidak tahu apakah ada jalan lain yang Allah sediakan bagi manusia dapat masuk surga tanpa sholat.
Habibah memang mengetahui kisah Amru bin Tsabit. Yaitu orang yang dinyatakan masuk surga tanpa sholat. Caranya adalah dengan berjuang di jalan Allah.
Tapi ia merasa hal ini sangatlah sulit. Bahkan lebih sulit dari menjalankan sholat. Habibah berpikir, “Bagaimana juga jika sudah berjuang namun Allah tidak menerima ibadah kita?”
Habibah Menemukan Inti Doa Sejati
Hal ini berlanjut sampai Habibah bertemu temannya yang adalah pengikut Isa. Awalnya ia memperhatikan saat mereka doa makan. Habibah terkejut dengan cara berdoa yang sangat berbeda.
Hal ini membuatnya bertanya, “Mengapa kalian berdoa dalam bahasa Indonesia saja? Apakah tidak ada tata cara baku berdoa? Juga berapa kali kalian wajib berdoa dalam satu hari?”
Teman-teman Habibah memberi penjelasan. Bahwa umat Nasrani melihat doa sebagai bentuk kedekatan dengan Allah.
“Bapa kami di surga: Engkaulah Allah yang Esa. Semoga Engkau disembah dan dihormati” (Injil, Rasul Besar Matius 6:9 BIS).
Kitab Injil mengajarkan untuk berdoa seperti anak datang pada bapanya. Tentu Allah berbeda dari orang tua jasmani. Namun hal ini melambangkan kasih dan kedekatan Allah bagi manusia.
Allah peduli dengan manusia. Ia mau mendengarkan seruan umat-Nya.
Pengertian ini menjelaskan beberapa hal.
- Pertama, kita bisa berdoa dengan bahasa sehari-hari. karena Allah mengerti semua bahasa. Bahkan seruan terdalam hati manusia yang tidak selalu terungkap dengan kata-kata.
- Kedua, kita bisa berdoa secara sederhana. Tidak perlu dengan bahasa baku yang berulang-ulang. Bahkan Kitab Injil memberi penjelasan mengenai hal ini.
“Kalau kalian berdoa, janganlah bertele-tele seperti orang-orang yang tak mengenal Tuhan. Mereka menyangka bahwa permintaan mereka akan didengar sebab doa mereka yang panjang itu” (Injil, Rasul Besar Matius 6:7 BIS). - Selanjutnya tidak ada kewajiban waktu khusus atau jumlah doa per harinya. Karena doa menyatakan ibadah sebagai kedekatan Allah dengan manusia. Bukan pra-syarat masuk surga.
Mendengar ini Habibah menjadi tertarik. Ia lalu bertanya, “Jika demikan bagaimana menurut kalian cara masuk surga?”
Satu-Satunya Cara Masuk Surga Tanpa Sholat
Habibah mendapat penjelasan sederhana. Bahwa Allah memahami kelemahan manusia. Ia rindu menolong manusia untuk selamat.
Kita sebagai manusia memang tidak mungkin masuk surga dari ibadah baik saja. Karena kita tidak ada yang sempurna. Pasti penuh dosa dan salah.
Allah memberikan rahmat-Nya melalui Isa Al-Masih. Isa adalah solusi Allah untuk manusia.
“Melalui Yesus [Isa Al-Masih] Allah memberikan berita tentang pengampunan dosa. Setiap orang yang mengimani-Nya dibebaskan dari segala dosa. Hal ini tidak mungkin tercapai dari berusaha memenuhi seluruh perintah Allah” (Injil, Kisah Para Rasul 13:38, BIS parafrasa).
Allah melakukan ini karena Ia mengetahui tidak ada manusia mampu menyelamatkan diri sendiri. Semua manusia membutuhkan pertolongan rahmat Allah.
Karena itu manusia bisa masuk surga tanpa sholat. Jika Anda mengimani dan menjadi pengikut Isa maka tersedia rahmat Allah. Inilah yang menyelamatkan manusia.
Selanjutnya Kita bisa lebih bersungguh-sungguh lagi beribadah. Hal ini bukan karena takut neraka. Melainkan karena bersyukur atas rahmat Allah.
Mari menerima rahmat Allah dengan mengimani dan menjadi pengikut Isa!
Jika Anda sudah siap mengimani Isa Al-Masih sebagai Juruselamat, klik disini.
Bila Anda ingin mendalami Isa dalam Kitab Taurat, Zabur, dan Injil, klik link ini.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Adakah Cara untuk Masuk Surga Tanpa Sholat?” Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Janji-janji Pengabulan Doa dari Isa Al-Masih dan Al-Quran
- Imam Muslim dari Irak Mendapatkan Jaminan Masuk Surga
- Amal – Amal Orang Beragama Bagaikan Kain Kotor?
Video:
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut Saudara adakah cara masuk surga tanpa sholat? Silakan Jelaskan!
- Menurut Saudara apakah manusia sanggup memenuhi semua kewajiban sholat dengan sempurna? Termasuk kewajiban untuk menggantinya jika terlewat?
- Bagaimana pendapat Saudara bahwa melalui Isa Al-Masih adalah cara Allah menolong manusia berdosa agar bisa selamat?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].