Pada dasarnya agama Islam mengakui Allah itu Esa, Maha Kuasa, Maha Hadir dan Kekal. Namun dalam Islam ada juga konsep arah kiblat ke rumah Allah sebagai kiblat shalat umat Islam yang mengarah ke Arab. Ini adalah syarat yang harus diikuti oleh semua kaum Muslim.
Berkiblat ke Arab, Shalat Menggunakan Bahasa Arab!
Ajaran Islam mewajibkan penganutnya sholat lima kali sehari semalam dalam bahasa Arab. Hal ini menggambarkan seolah-olah Allah hanya mengerti bahasa Arab saja. Di sisi lain Islam juga percaya Allah Maha Tahu, bersifat universal, milik semua bangsa, serta tidak terbatas pada satu bahasa. Lalu, mengapa shalat harus mutlak menggunakan bahasa Arab? Mengapa arahnya ke rumah Allah sebagai kiblat shalat yang ada di kota Mekkah Arab?
Ajaran Islam yang pokok adalah “Tauhid.” Pengakuannya: “Tiada Tuhan selain Allah dan hanya kepada Dialah kita wajib sembah sujud dan meminta pertolongan” (QS.1 Al-Fatihah 5). Apakah ajaran “rumah Allah sebagai kiblat shalat” sesuai dengan konsep Tauhid?
Latar Belakang Rumah Allah Sebagai Kiblat Shalat Muslim
Arah kiblat ditentukan ketika Muhammad dan rekan-rekannya hijrah ke Medinah. Di situ banyak bangsa Yahudi mempunyai pengaruh besar di bidang pemerintahan, ekonomi dan sosial budaya. Mereka juga sangat fanatik beragama. Setiap hari mereka sembahyang dengan kiblat ke Yerusalem. Karena berada di negeri orang Muhammad menetapkan kiblat shalat ke Yerusalem. Akhirnya dia berhasil mengusir bangsa Yahudi dari Medinah dengan kekuatan pedang. Dengan alasan mendapat wahyu dari Allah, kiblat shalat yang awalnya ke Yerusalem diganti menjadi ke arah Mekkah karena di sana ada ”Baithollah / Rumah Allah.” Baithollah sekarang dikenal sebagai “Kaabah dan Batu Hitamnya.” (QS. 2 Al-Baqarah 142-145; 149-150).
Benarkah Shalat di Indonesia Sesuai Kiblat ke Rumah Allah?
Umat Muslim di Indonesia yang ingin melakukan shalat harus menghadap ke barat, karena menurut letak geografis Indonesia diyakini bahwa Mekah atau Kaabah ada di sebelah barat Indonesia. Namun baru-baru ini sebuah ormas Islam yaitu Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan sebuah fatwa baru mengenai pergeseran arah kiblat di Indonesia yang semula menghadap ke barat menjadi arah barat laut.
Mengapa Menyembah Ke Arah Batu Hitam/Hajar Aswad?
Umat Islam minimal lima kali sehari mengucapkan “Tauhid.” Tetapi mereka juga berdoa, ruku dan sujud menyembah Allah ke arah Ka’bah Batu Hitam di Mekah. Benarkah Allah bertempat tinggal di Kaabah (Baitullah / Rumah Allah)? Bukankah ini menggambarkan orang sujud ke Batu Hitam? Allah yang Esa, Maha Kuasa, yang Roh, Tidak ada persamaanNya dan Kekal tentulah tidak tinggal di Baitullah. Juga tidak mungkin Batu Hitam ini mempunyai arti penting bagi Allah. Tapi, hal ini memberi kesan sepertinya Batu Hitam disembah.
Berkiblat ke Rumah Allah, Apakah Berarti Allah Mempunyai Rumah?
Umat Islam mengakui bahwa Allah itu pada satu titik yang bersamaan ada di mana-mana di setiap sudut, penjuru dimensi dunia dan alam semesta ini. Itu betul! Namun “sepertinya” minimal lima kali dalam sehari semalam Allah hanya berada di Mekkah dalam Kabah. Betulkah Allah pencipta langit dan bumi beserta segala isinya mempunyai rumah atau bait di dunia, khususnya di Mekkah? Mungkinkah Allah berada di Baithollah lima kali sehari pada waktu-waktu khusus yaitu subuh, lohor, asyar, maghrib dan isya?
Mencium Batu Hitam Saat Ibadah Haji
Islam dengan tegas melarang pengikutnya menyembah patung dan berhala. Hal itu berarti syirik/menduakan Allah. Ini bertentangan dengan inti syahadad “Lailahailallah.” Yang menjadi pertanyaan, apakah berjuta-juta umat Islam dalam melaksanakan ibadah haji dengan ruku dan sujud menyembah Kabah bukan berarti syirik? Mereka mencium Batu Hitam yang ada di dalamnya. Pada waktu yang sama mereka juga mengucapkan doanya “Allahuma labaik bismillahilahu akbar.” Artinya: “Kami memenuhi panggilanmu ya Allah!” Hal ini dilakukan sebanyak tujuh kali berturut-turut. Kitab Suci dengan jelas melarang tindakan seperti ini.
Membingungkan
Kami yakin pemikir-pemikir Islam mempunyai jawabannya, walaupun itu membingungkan. Kami tahu umat Islam berpegang teguh pada konsep Tauhid. Kami juga memuji mereka yang konsisten melakukan shalat. Jelas jutaan orang Islam ingin hidup berkenan pada Allah. Namun hal-hal yang disebutkan di atas sulit dimengerti oleh umat Kristen karena tidak mendapat dukungan dalam Kitab Suci.
Rumah Allah Sebagai Kiblat Shalat Tidak Perlu
Alkitab mengajarkan Allah tidak mempunyai rumah di dunia. Langit adalah takhta-Nya dan bumi adalah tumpuan kaki-Nya (Injil, Kisah Para Rasul 7:48-50). Allah dalam satu detik yang bersamaan ada dimana-mana. Dia selalu ada di setiap milimeter di muka bumi dan jagad raya ini. Itulah sebabnya bila berdoa atau bersolat kepada Allah tidak memerlukan kiblat, berdoa dapat ke arah mana saja. Dimana kita berdoa, disitu ada Allah. Selain itu gerakan-gerakan jasmani (ruku, sujud, berdiri dst.) tidak diperlukan. Demikian juga halnya dengan doa yang dilafalkan dengan suara-suara yang berirama. Yang terutama, berdoalah dengan roh dan kebenaran karena Allah itu Roh adanya. (Injil, Rasul Besar Yohanes 4:21-24)
Yang lebih indah lagi Roh Allah ingin bertempat tinggal di dalam diri tiap orang yang menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah . . . ?” (Injil, Surat I Korintus 6:19) Tubuh kita dapat menjadi “Rumah Roh Allah.”
Lihat artikel ini dalam bentuk video
Artikel Terkait
Berikut ini tiga link yang berhubungan dengan artikel “Benarkah Islam Menjadikan Rumah Allah Sebagai Kiblat Shalat?” Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Seberapa Pentingkah Kiblat Agar Ibadah Diterima Allah?
- Kenapa Muslim Saat Sholat Harus Menggunakan Bahasa Arab?
- Hasil Penelitian Mahasiwa Islam Tentang Sejarah Kota Suci Mekah
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bagaimana pendapat Saudara bahwa rumah Allah sebagai kiblat shalat tidak perlu?
- Apakah Saudara setuju berdoa boleh ke arah mana saja? Jelaskan!
- Bagaimana menurut Saudara, Isa Al-Masih dapat menolong agar Allah dapat berdiam dalam hidup saudara?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS/WA ke: 0812-8100-0718 |
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].