Ka’bah adalah tempat suci untuk umat Islam. Mengapa demikian? Siapakah yang membangun Ka’bah?
Umat Islam percaya nabi Ibrahim yang membangun Ka’bah. Namun, adakah bukti penyelidikan sejarah dan arkeologi mengenai hal ini? Juga apakah harapan utama Nabi Ibrahim dalam hal ibadahnya?
Penting agar kita yakin dengan kepercayaan kita. Karena itu mari simak penelitian mengenai asal mula pembangunan Ka’bah. Kita akan melihat bukti secara arkeologi maupun budaya.
Anda akan diteguhkan iman percaya pada rahmat Allah bagi manusia.
Kepercayaan Umat Islam mengenai Ka’bah
Ka’bah adalah bangunan di tengah Masjidil Haram, di Mekkah. Dalam bahasa Arab berarti kubus. Bangunan ini menjadi titik kiblat untuk sholat. Ka’bah juga menjadi bagian penting untuk melaksanakan ibadah haji.
Jadi, jelas Ka’bah sangat penting untuk ibadah. Karena itu awal pembangunannya menjadi menarik.
Keyakinan umat Islam bahwa nabi Ibrahim membangun Ka’bah di Mekah. “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail . . .” (Qs 2:127). Namun, benarkah demikian?
Mari kita melihat penelitian mengenai asal usul Ka’bah. Ada berbagai informasi penting yang perlu kita perhatikan.
A. Mengapa Ka’bah Menjadi Tempat Penyembahan Berhala?
Pada awalnya umat Islam percaya Ka’bah bangunan yang mulia (Qs 3:96) dengan tujuan menyembah Allah yang Esa. “Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf’” (Qs 22:26).
Jika bangunan ini sangat penting, mengapa tidak ada konteks atau alasan mengapa lokasi ini menjadi pilihan? Apa alasan spiritual tempat ini begitu suci lebih dari daerah lain?
Selanjutnya pertanyaan penting lainnya. Jika Allah menuntun Ibrahim membangun Ka’bah, mengapa bisa ada penyembahan berhala? Bukankah tujuan awal Ka’bah justru untuk menentang penyembahan berhala?
Pada perkembangannya ada berbagai suku menguasai Ka’bah. Fungsinya malah menjadi tempat penyembahan untuk berbagai berhala.
Saat Muhammad menguasai Mekah, Ka’bah penuh dengan berbagai berhala. “Ketika Nabi memasuki Mekah pada hari Penaklukan, ada 360 berhala di sekitar Ka’bah” (Sahih Bukhari Volume 5, Buku 59, 583).
Jika Ka’bah telah ada sejak zaman Ibrahim, mengapa Allah membiarkan ratusan tahun dikuasai suku penyembah berhala? Sampai sekarang banyak diskusi dari ahli agama mengenai pertanyaan ini.
B. Bukti Arkeologi dan Sejarah Timur Tengah
Dari catatan sejarah ada informasi menarik. Keberadaan orang Arab telah tercatat dari ribuan tahun. Namun, data Mekah baru muncul setelah Abad ke 4M.
Sejarah membuktikan suku Khuza’ah dari Yaman yang membangun kota Mekah. Abu Karib Assad adalah pembangun pertama. Ia berkuasa di Yaman pada tahun 410-435M. Selanjutnya suku Quraisy menguasai Mekah dan membangun kembali Ka’bah pada 608M.
Pada waktu itu ada berbagai bangunan berbentuk seperti Ka’bah. Berfungsi sebagai kuil untuk pemujaan dewa. Salah satu yang terbesar ada di kota Taif.
Di Taif ada bangunan yg disebut Ka’bah Ellat atau Ka’bah Matahari. Ka’bah ini menjadi Ka’bah pusat pada zaman itu.
Ka’bah di Taif mempunyai lembah suci. Di area tersebut tidak boleh ada pembunuhan. Bangunannya tertutupi Ishtar, yaitu kain penutup. Rukun iman suku Quraisy adalah melakukan haji ke kota Taif (Qs 106:1-2).
Kebesaran kota Taif bahkan tertulis dalam Al-Quran. “Dan mereka berkata: Mengapa Al Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini?” (Qs 43:31).
Barulah setelah zaman Muhammad menguasai Mekah hal ini berubah. Sejak saat itu ibadah perlu ke arah kiblat Masjidilharam (Qs 2:150). Tidak ada penjelasan khusus alasan perubahan arah kiblat ini.
Bukti sejarah ini membuka wawasan kita akan keadaan orang pada zaman itu. Selanjutnya mari kita lihat catatan dari kitab Taurat mengenai keadaan pada zaman Ibrahim.
C. Informasi dari Kitab Allah
Umat Islam perlu percaya isi kitab Taurat (Qs 5:68). Kitab ini tertulis +/- 2000 tahun sebelum Al-Quran. Bukti arkeologis dan sejarah mendukung isi kitab Taurat.
Kitab Taurat menyatakan Ibrahim tinggal di tanah Kanaan (daerah Israel), kota Bersyeba (Taurat, Kejadian 12:6-7). Sedang Ismail tinggal di Paran (Taurat, Kejadian 21:21).
Daerah Bersyeba dan Paran sangat jauh dari Mekah. Berjarak kurang lebih 1600 KM (1000 Mil). Tidak ada bukti sejarah yang menyatakan Ibrahim dan Ismail menempuh perjalanan jauh. Secara arkeologis menyatakan pada zaman itu kota Mekah belum ada.
Selanjutnya Taurat juga mencatat bahwa Ismail ada pada saat penguburan Ibrahim (Taurat, Kejadian 25:9). Berlokasi di gua Makhpela di Hebron.
Kejadian ini mengkonfirmasi bahwa Ismail tinggal di Paran yang dekat dengan Hebron. Pada zaman itu tentu sulit menyampaikan berita jika tinggal berjauhan. Apalagi bersegera datang untuk penguburan karena transportasi terbatas.
Karena semua alasan ini ada berbagai pendapat dari para ahli agama. Banyak diskusi tajam mengenai semua pertanyaan ini.
Beberapa informasi ini jelas meneguhkan bahwa nabi Ibrahim tidak membangun Ka’bah. Namun terlepas dari diskusi asal mula Ka’bah, Umat Islam dan Nasrani mengakui Nabi Ibrahim. Kita bisa mengikuti teladannya.
Hal Terpenting: Apakah Harapan Utama Nabi Ibrahim?
Kitab Taurat menyatakan Nabi Ibrahim taat kepada Allah. Dalam ketaatannya, Allah menyatakan rahmat-Nya bagi manusia. Ibrahim melihat pernyataan rahmat Allah melalui Isa Al-Masih.
“Bapakmu Abraham [Ibrahim] senang sekali bahwa ia akan melihat hari-Ku [Isa Al-Masih]. Ia sudah melihatnya dan ia senang!” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:56 BIS).
Ibrahim melihat bahwa Allah akan menyelamatkan manusia melalui Isa. Ia bersukacita karena melihat pertolongan Allah bagi manusia.
Dengan percaya kepada Isa maka manusia bisa selamat. Allah mengampuni dosa dalam rahmat-Nya yang besar.
Inti ibadah manusia adalah mengimani Isa Al-Masih. “Aku berkata kepadamu: Di sini [Isa Al-Masih] ada yang melebihi Bait Allah [Baitullah]” (Injil, Rasul Besar Matius 12:6).
Mari mengikuti teladan Ibrahim untuk mengimani Isa! Dialah pernyataan rahmat Allah bagi keselamatan manusia.
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Nabi Ibrahim atau Ismail tidak membangun Ka’bah. Kalau begitu Kabah bukanlah Rumah Allah. Jadi, rumah siapakah itu? Jelaskanlah jawaban Saudara!
- Jika Ka’bah tidak dibangun oleh Ibrahim, bolehkah bersholat menghadap ke sana? Berikan alasan Saudara!
- Mengapa Al-Quran memberi kesan Ibrahim dan Ismail membangun Ka’bah, walau secara historis, tidak dapat dibuktikan? Jelaskanlah jawaban Saudara.
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Silakan mengirimkan pertanyaan Anda lewat email ke: [email protected] atau SMS ke: 0812-8100-0718.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Benarkah Nabi Ibrahim yang Membangun Ka’bah?” Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Sholat, Kiblat, Dan Konsep “Rumah Allah” Yang Membingungkan
- 5 Misteri Batu Hajar Aswad Yang Belum Terungkap
- Fondasi Kiblat Islam Dan “Kiblat” Kristen
- Mahasiswa Meneliti Sejarah Kota Suci Mekah Dan Yerusalem
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].