Pelaku kasus kriminal sering menutupi wajahnya dari media ketika konferensi pers. Dia merasa malu. Anak kecil lari bersembunyi dari orang tuanya setelah melakukan kesalahan.
Kita semua sama. Setelah melakukan kesalahan, kita akan mencoba untuk menutupinya. Kita ingin dimuliakan tetapi kita telah mempermalukan keluarga, teman, komunitas, dan nama Allah. Bagaimana kita dapat mengatasi rasa malu kepada Allah?
Kapan Rasa Malu Pertama Kalinya Muncul?
Rasa malu diakibatkan oleh perbuatan salah manusia, yang dimulai pertama kalinya oleh Adam. Allah menyediakan taman penuh dengan pepohonan yang sangat indah bagi Adam. Hanya satu pohon yang terlarang untuk Adam.
“Hai Adam . . . janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim” (Qs 7:19), (Taurat, Kejadian 2:16-17).
Tetapi Adam dan Hawa memakan buah terlarang itu. Al-Quran menjelaskan;
“. . . Ketika mereka mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun . . .” (Qs 7:22), (Taurat Kejadian 3:7).
Gagal Menutupi Kesalahan
Ketidak-taatan mereka menimbulkan rasa malu. Mereka berusaha untuk menutupinya dengan dedaunan. Lalu kita, anak cucu dari Nabi Adam, juga sama.
Kita mencoba menutupi kesalahan dan mencoba berbuat baik untuk mengesankan orang lain dan Allah. Tetapi hal ini tidak pernah memenuhi standar Allah yang sempurna itu. Bagikan kepada kami, hal apa yang Anda lakukan untuk mengatasi rasa malu kepada Allah?
Allah Menutupi Rasa Malu Adam dan Hawa
Bagaimana kita bisa mengatasi rasa malu kepada Allah? Daun pohon ara tidak berhasil! Allah tetap melihat kesalahan mereka dan mengusir mereka dari taman sebagai hukumannya.
Tetapi, sebelum Allah mengusir mereka, Allah melakukan satu hal yang luar biasa. Kitab Taurat, Kejadian 3:21 menuliskan, “. . . TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan istrinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.”
Pakaian Kebenaran yang Dijanjikan
Hal inilah yang menjadi gambaran bahwa akan ada darah perjanjian yang menebus manusia dari kesalahannya. Allah akan menyediakan “pakaian kebenaran.”
Seperti yang tertulis dalam Qs 7:26, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami (Allah) telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan . . .”
Nabi Yesaya pernah bernubuat bahwa umat Allah akan bersukacita “. . . sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran . . .” (Taurat, Kitab Nabi Yesaya 61:10).
Allah mengarahkan kepada darah pengorbanan Isa Al-Masih. Allah yang menyediakan Kalimat-Nya untuk menutupi rasa malu (dosa) manusia.
Pakaian Kebenaran untuk Menutupi Rasa Malu
Segala hal yang kita lakukan untuk menutupi rasa malu selalu tidak cukup. Kita perlu menerima “pakaian kebenaran” Allah melalui Isa. Dialah yang menebus manusia dari segala dosa dan rasa malu kita ketika Ia wafat.
Jika Anda percaya bahwa Isa telah menutupi rasa malu kepada Allah, Injil dengan tegas menyatakan, “Karena kamu semua . . . telah mengenakan Isa.”
Isa adalah pakaian kebenaran kita. Sudahkah rasa malu Anda ditutupi oleh Isa? Silakan kirimkan jawaban Anda kepada staff kami.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Lihat artikel ini dalam bentuk video
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah Saudara setuju bahwa setiap kita pernah melakukan kesalahan yang mempermalukan kita? Jelaskan jawaban Saudara!
- Apa yang Saudara lakukan untuk menutupi rasa malu kepada Allah?
- Bagaimana Allah menyediakan “pakaian kebenaran” untuk menutupi rasa malu kita?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Menurut Al-Quran, Apakah Nabi Adam Berbuat Dosa Besar?
- Bagaimana Orang Beragama Dapat Mengatasi Rasa Malu?
- Keselamatan Kekal Karena Kebaikan Allah Ar-Rahman
- Petunjuk Allah Dalam Al-Quran, Taurat, dan Injil
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
~
Pendapat saya tentang pakaian kebenaran di sini mungkin maksudnya adalah keKudusan. Kekudusan untuk dapat menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah. Allah menghendaki kita Kudus di dalam-Nya.
~
Saudara Rahel,
Penafsiran demikian bisa saja disampaikan. Memang benar bahwa Allah menghendaki kekudusan pada manusia. Sekalipun hal itu tidak mungkin. Itu sebabnya, Allah sendiri nuzul ke dunia untuk menjadikan manusia suci dan dapat diterima Allah. Bukankah kenajisan manusia yang menghalangi manusia dapat datang dan diterima Allah? Kami berharap saudara-saudara di forum ini memikirkan dan mencari kebenaran sesungguhnya. Terima kasih.
~
Solihin
~
1.Keburukan yang tak sengaja atau tak disadari disebut kesalahan. Sedangkan keburukan yang sengaja diperbuat disebut dzholim.
2.Para nabi mengajarkan malu akan dosa dengan bertaubat atau meminta ampun kepada Allah, agar umatnya lebih bisa menjaga diri terutama pada larangan-Nya.
3.Manusia dihadapkan pada hasanah /kebaikan serta sayyiah /keburukan dari hal sepele sampai perkara besar.Sungguh rasa malu hanya timbul jika seseorang mempelajari kedua hal tersebut sesuai yang digariskan Allah.
~
Di sini mungkin komentar ini tidak berhubungan, tapi dari rasa ingin tahu saja. Mengenai Qs 7:26, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami (Allah) telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untukmu.” Pertanyaanku: Kami dalam kurung adalah Allah. Lalu, Qs 72:11 al jin, “Dan sesungguhnya, diantara Kami (para jin) ada orang-orang yang saleh, dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” Ini minta tolong untuk dijelaskan mana yang membedakan kami para jin, dan kami (allah).
Allah adalah Esa, bukan Kami. Mohon dijelaskan juga mengenai ini, apakah tidak malu punya kitab simpang siur?
~
Saudara Amorata,
Saudara memberikan pertanyaan yang baik sekali. Kami berharap saudara-saudara Muslim dapat memberikan jawaban yang memadai dan konkret dengan menyertakan data dan fakta sesungguhnya. Terima kasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin
*
3. Kejadian 3:7 apabila kita manusia berusaha sekeras apapun tetap saja tidak dapat menutupi rasa malu kita di hadapan Allah. Kejadian 3:21, maka memanglah harus dari Allah sendiri yang membuatkan pakaian tersebut dari kulit binatang, dalam artian ada korban darah untuk menutupi malu.
Amalan baik ibarat daun-daun, rasa malu ibarat dosa, mau sebanyak amalan baik apapun tetap berdosa/malulah kita di hadapan Allah, tidak dapat masuk hadirat Allah. Maka harus Allah sendirilah yang menyiapkan pakaian untuk menutupi dosa kita. Sebab upah dosa ialah maut; dan yang dapat mengalahkan maut, Allah sendiri. Inilah makna korban sembelihan Abraham, penolakan tulah di Mesir, dll maka puncaknya adalah makna salib itu sendiri.
~
Saudara Rahel,
Orang yang tertangkap berbuat dosa, seperti mencuri, narkoba, dan lain sebagainya pasti akan merasa malu. Rasa malu itu merupakan bentuk terungkapnya kesalahan manusia. Karena itu, kita semua adalah manusia berdosa yang seharusnya malu kepada Allah karena kita terbuka di hadapan Allah. Tidak ada yang tersembunyi baginya. Itu sebabnya, tidak ada perbuatan manusia yang dapat menutupi rasa malu manusia, kecuali Isa Al-Masih. Terima kasih untuk tanggapan saudara.
~
Solihin