• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
Isa Dan Islam
  • Awal
  • Maksud Situs Ini
    • Tentang Kami
    • Isa dan Al-Fatihah
    • Daftar Artikel
  • Jalan ke Surga
  • Artikel
  • Media
  • Kitab Suci
  • Hubungi Kami
  • Al-Fatihah
Isa Dan Islam > Media > Ulasan Berita Agama > Alasan Muslimah Arab Saudi Menuntut Kesetaraan Gender

Alasan Muslimah Arab Saudi Menuntut Kesetaraan Gender

16 Januari 2017 oleh Web Administrator 219 Komentar

ilustrasi-kesetaraan-gender-kedudukan-wanita-dalam-islamKedudukan wanita dalam Islam masih menjadi perdebatan. Buktinya, ribuan Muslimah Arab Saudi menuntut kesetaraan dengan kaum pria. Apakah alasannya?

Tuntutan Muslimah Arab Saudi

Sekitar 2500 Muslimah berdemo ke kerajaan Arab Saudi. Mereka menuntut agar petugas mengakhiri sistem penjagaan terbatas terhadap perempuan. Mereka berhasil mengumpulkan sedikitnya 14ribu tanda tangan.

Lalu mereka menyampaikan petisi itu ke Pengadilan Kerajaan pada Senin 26 September 2016. Mereka menulis di media I Am My Own Guardian/ Saya adalah penjaga diri saya sendiri. Ada beberapa alasan mereka menuntut kesetaraan gender itu.

Pertama, sebelum ke luar negeri, menikah ataupun meninggalkan penjara, perempuan wajib meminta izin dari ayah, saudara pria atau keluarga pria lainnya.

Kedua, sejumlah pengusaha memerlukan persetujuan wali bagi karyawan perempuan. Begitu juga  bagi mahasiswi di perguruan tinggi.

Ketiga, selama ini perempuan Saudi harus mendapatkan izin terlebih dahulu sebelum memperoleh layanan kesehatan.

Apa Yang Muslimah Arab itu rasakan? Meski dipercaya bagi kebaikan wanita, namun hukum itu menyiksa mereka. Wanita dianggap tidak dapat menjaga diri sendiri. Sepertinya Wanita tidak dapat memutuskan  yang terbaik bagi dirinya, tanpa ijin dari kaum lelaki.

Kedudukan Wanita Dalam Islam

Mungkinkah Al-Quran dan fatwa ulama menyebabkan pembatasan hak wanita di Arab Saudi?

Al-Quran menuliskan “Tetaplah di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj . . .” (Qs 33: 33). Menurut Az Zajjaj, tabarruj artinya menampakkan . . . segala hal yang bisa memancing syahwat dan nafsu lelaki.

Adi Abdillah As Salafy berpendapat “Wanita keluar rumah tanpa mahram . . . merupakan dosa baginya. Lebih baik dan lebih suci bagi wanita untuk tetap tinggal di rumahnya . . .”

wanita-didalam-mobil-sedang-melihat-pemandanganFatwa Ulama Soal Wanita Bepergian 

Bolehkah wanita untuk safar [bepergian] naik kapal terbang yang aman tapi tanpa mahram? Asy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menjawab “Tidak boleh safar bagi wanita kecuali bersama mahram.”

Bolehkah wanita bepergian [naik mobil] dalam kota bersama sopirnya? Jawab Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz, “Tidak boleh . . . hanya dengan seorang sopir tanpa disertai orang lain. . .  Itu termasuk dalam hukum ber-khalwat (berduaan).”

Benarkah ulama Arab Saudi menafsirkan Al-Quran soal hak wanita? Bagaimana dengan ajaran Wahyu Allah!

Kesetaraan Gender dalam Kitab Allah dan Isa Al-Masih

Taurat Allah menegaskan  bahwa “. . . “Tidak baik, kalau manusia [pria, suami] itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong [istri, wanita] baginya yang sepadan dengan dia” (Kitab Taurat, Kejadian 2:18).

Allah menciptakan pria dan wanita dengan hak yang sama. Isa, Sang Juruselamat juga mengaruniakan sorga yang sama kepada setiap pria dan wanita yang percaya kepada-Nya.

[Staf Isa dan Islam – Untuk informasi lebih lanjut, silakan mendaftar untuk menerima secara cuma-cuma Buletin Mingguan “Isa dan Al-Fatihah.”]

 


Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca:

Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:

  1. Maukah Saudara diperlakukan seperti Muslimah-Muslimah Arab Saudi itu? Mengapa?
  2. Mengapa kesetaraan hak pria dan wanita adalah ajaran yang terbaik?
  3. Bagaimana pandangan saudara, mengenai fatwa ulama para ulama dan ajaran Al-Quran yang cenderung membatasi hak-hak wanita?

Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.

Artikel Terkait

Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas.  Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:

  1. Kesetaraan Gender Dalam Islam, Polemik Hijab, Dan Poligami
  2. Hak Kaum Wanita Dalam Negara-Negara Islam
  3. Pandangan Islam Dan Kristen Tentang Wanita Karir
  4. Keamanan Wanita Di Negara Muslim

Video:

  1. Pandangan Al-Quran Akan Status Wanita Muslim

Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”

 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718

Bagikan Artikel Ini:

Share on Facebook Share on Twitter Share on WhatsApp Share on Email Share on SMS

Ditempatkan di bawah: Ulasan Berita Agama

Reader Interactions

Comments

  1. rizal mengatakan

    20 Januari 2017 pada 12:46 am

    ~
    Solihin,

    Tepat atau tidak tepat itu menurut siapa? Apakah Yesus melarang poligami? Dimana ayatnya? Kalau begitu apakah orang yang tidak menikah lebih tepat dibanding menikah? Saya tahu Yesus tidak menikah lalu kenapa pengikutnya menikah?

    Balas
    • staff mengatakan

      23 Januari 2017 pada 2:30 am

      ~
      Saudara Rizal,

      Membaca dan menyimak Taurat, Zabur, kitab para nabi, dan Injil secara menyeluruh akan memberikan pengertian yang benar kepada saudara. Allah menghendaki pria menikah dengan satu wanita. Itu sebabnya, Allah berfirman, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Taurat, Kejadian 2:24). Ayat tersebut hanya menyebutkan istrinya, bukan istri-istrinya. Artinya Allah menghendaki monogami, bukan poligami. Silakan saudara melanjutkan diskusi mengenai poligami di link ini http://tinyurl.com/k6gv59n
      ~
      Solihin

  2. just4x2s mengatakan

    20 Januari 2017 pada 1:11 am

    ~
    To: Bang Tobat,

    Apakah harus mengubah ideologi negara dulu baru bisa diperlakukan syariah Islam bagi umatnya? Apakah syariah itu dilakukan secara khusus untuk umatnya, terutama untuk hal tertentu seperti fatwa bepergian? Hal ini tidak ada pengaruhnya dengan kepercayaan lain, bukan? Seperti misalnya mereka melakukan sholat, puasa, haji, zakat dll yang saya rasa hal pokok tanpa harus berurusan dengan ideologi negaranya.

    Balas
    • staff mengatakan

      23 Januari 2017 pada 2:34 am

      ~
      Saudara Just,

      Kita bersyukur bahwa ideologi Indonesia bukan syariah Islam, tetapi Pancasila. Ini memberikan penjelasan kepada kita bahwa natur masyarakat Indonesia adalah keragaman dan saling menghargai. Karena itu, kita patut bersyukur. Berharap pengunjung situs ini menyadari kejanggalan ajaran Islam mengenai pembatasan kebebasan wanita.
      ~
      Solihin

  3. Agur bin Yake mengatakan

    20 Januari 2017 pada 2:14 am

    ~
    Muhammad diskriminasi, apa alasannya Gur?

    Begini, di dalam Al-Quran dan hadits dapat dilihat bahwa wanita yang paling bandel dan suka mengkritik Muhammad adalah Aisyah, tetapi karena Aisyah putrinya Abu Bakar maka Muhammad tetap memprioritaskan wanita yang satu ini masuk dalam urutan istri kesayangan di dunia dan punya kedudukan bagus di surga bidadari. Apakah Saudah binti Zum’ah dan Aisyah sama di mata Muhammad?

    Balas
    • staff mengatakan

      23 Januari 2017 pada 2:37 am

      ~
      Saudara Agur,

      Kedudukan wanita Islam tidak seperti yang diklaim dan digembar-gemborkan. Fakta yang saudara ungkapkan adalah salah satu contohnya. Di samping itu, ayat-ayat Al-Quran lebih mementingkan kepentingan pria dibandingkan kesetaraan hak pria dan wanita. Berharap pengunjung situs ini merenungkannya.
      ~
      Solihin

  4. rizal mengatakan

    20 Januari 2017 pada 2:20 am

    ~
    “Al-Quran menuliskan “Tetaplah di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj . . .” (Qs 33: 33). Menurut Az Zajjaj, tabarruj artinya menampakkan . . . segala hal yang bisa memancing syahwat dan nafsu lelaki. Adi Abdillah As Salafy berpendapat “Wanita keluar rumah tanpa mahram . . . merupakan dosa baginya. Lebih baik dan lebih suci bagi wanita untuk tetap tinggal di rumahnya . . .”

    Saya mengutip artikel di atas tidak ada hubungannya antara ayat Qs 33:33 tentang memancing syahwat lelaki sama wanita melakukan perjalanan. Makanya kenapa saya tidak mengerti artikel ini. Bukankah dalam Injil juga wanita itu harus menutupi auratnya (1 Korintus11:3-6)? Bedanya Muslim melakukannya tapi Kristen tidak.

    Balas
    • staff mengatakan

      23 Januari 2017 pada 2:47 am

      ~
      Saudara Rizal,

      Kalimat “tetaplah di rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj” merupakan pembatasan hak wanita untuk keluar rumah. Artikel di atas mengutip pendapat Az Zajjaj untuk menegaskan pengertian tabarruj yang memiliki hubungan dengan pembatasan hak wanita untuk keluar rumah karena dianggap dapat memancing nafsu laki-laki. Jelas ini diskriminasi. Pria yang bermasalah dengan syahwatnya, tetapi wanita yang dibatasi ruang geraknya. Bukankah ini kontradiktif? Umat Islam mengklaim mengangkat derajat wanita, tetapi faktanya membatasi ruang gerak wanita.

      Bagaimana dengan pertanyaan kami? Mengapa Al-Quran merendahkan kedudukan wanita? Mohon pencerahan saudara.
      ~
      Solihin

  5. Agur bin Yake mengatakan

    20 Januari 2017 pada 2:28 am

    ~
    Rizal,

    Surat kepada jemaat di Korintus itu berasal dari rasul Paulus. Berarti dalam hal menutupi kepala kamu mendukung rasul Paulus. Alasan Paulus menyuruh wanita bertudung beda dengan alasan Umar menyuruh Muhammad menciptakan ayat membungkus wanita. Beda jauh.

    Balas
    • staff mengatakan

      23 Januari 2017 pada 6:01 am

      ~
      Saudara Agur,

      Memerhatikan konteks situasi pada masa itu sangat penting memahami teks Surat Korintus. Menyarankan untuk menggunakan kerudung bukan sebuah pengekangan terhadap kebebasan wanita, melainkan untuk menghargai wanita tersebut. Sebab pada masa itu marak wanita tidak susila, sehingga untuk membedakannya disarankan untuk menggunakan kerudung yang menunjukkan kesopanan dan tata krama yang baik. Berharap saudara Rizal memahaminya.
      ~
      Solihin

  6. rizal mengatakan

    20 Januari 2017 pada 2:55 am

    ~
    Kristen dan Solihin,

    Inilah ayat diskriminasi wanita dalam Alkitab
    1. Alkitab mengatakan bahwa Hawa yang bersalah karena memakan buah terlarang (Kejadian 36-14) dan (1 Timotus 2:14). Tapi dalam Islam Adam dan Hawa keduanya bersalah (Qs 7:19-27).

    Silakan anda tanya sama kaum wanita apakah ayat di atas (Qs 2:282) merendahkan wanita. Satu alasan suami boleh memukul istri karena dia melanggar perintah alloh. Kalau suami istri menanam benih itu tentunya di istrinya, masak di suaminya? Bukankah yang bisa melahirkan itu seorang istri?

    Balas
    • staff mengatakan

      23 Januari 2017 pada 6:10 am

      ~
      Saudara Rizal,

      Kami berterimakasih untuk ayat Alkitab yang saudara kutip. Kami memohon maaf terpaksa menghapus sebagian komentar dan kolom komentar yang saudara gunakan karena telah melebihi satu kolom. Namun, beberapa ayat Alkitab tersebut telah kami tanggapi. Barangkali yang lebih detil meriwayatkan tentang keberdosaan Adam dan Hawa adalah Taurat, bukan Al-Quran. Taurat menjelaskan bahwa Adam dan Hawa dihukum (Taurat, Kejadian 3:14-19). Artinya tidak ada diskriminasi atau perbedaan perlakuan.

      Berbeda dengan Al-Quran. Suami berhak memukul istri bila melanggar perintah Allah. Bagaimana bila suami melanggar perintah Allah? Apakah istri berhak memukul suami? Mengapa? Mohon pencerahan saudara.

      Memang benar bahwa wanita yang melahirkan anak, tetapi Islam memandang wanita hanya sekedar ladang, bukan wanita seutuhnya yang menghargai psikologi, kebutuhan, dan perasaannya. Artinya Islam memandang rendah wanita. Bukankah begitu saudara? Pertanyaannya adalah mengapa Islam merendahkan wanita? Pertanyaan ini belum sanggup dijawab oleh saudara.
      ~
      Solihin

  7. Agur bin Yake mengatakan

    20 Januari 2017 pada 3:14 am

    ~
    Rizal,

    Seharusnya kamu terlebih dulu tahu apa alasan rasul Paulus menganjurkan perempuan dewasa dan yang sudah baliq untuk menutup kepalanya baru kamu jadikan alasan untuk membenarkan para Muslimah mulai dari balita sampai nenek-nenek bertirai. Beda jauh bung. Silakan baca baik-baik penjelasan rasul Paulus, karena yang pasti bukan seperti wanita dalam Islam dikasih tirai.

    Balas
    • staff mengatakan

      23 Januari 2017 pada 6:12 am

      ~
      Saudara Agur,

      Sikap yang bijak adalah mengakui dengan jujur bahwa Al-Quran tidak pernah menghargai keberadaan wanita. Wanita hanya dijadikan sebagai ‘ladang’ bagi pria tanpa memerhatikan seluruh aspek diri wanita tersebut. Jelas ini berbeda dengan sikap Paulus terhadap wanita. Berharap saudara Rizal berani kritis terhadap Al-Quran.
      ~
      Solihin

  8. rizal mengatakan

    20 Januari 2017 pada 3:18 am

    ~
    Agur,

    Jelaskan saja bang Agur apa pendapatmu mengenai ayat itu biar saya tahu. Saya sudah baca semuanya dan kita diskusikan.

    Balas
    • staff mengatakan

      23 Januari 2017 pada 1:01 pm

      ~
      Saudara Rizal,

      Kami telah menjelaskan beberapa ayat Alkitab yang saudara kutip. Silakan saudara membaca tanggapan kami di halaman-halaman sebelumnya agar jelas bagi saudara. Sebaliknya, kami tidak menemukan jawaban saudara perihal pertanyaan yang kami ajukan. Mengapa Al-Quran merendahkan kedudukan wanita dalam Islam? Bukankah pertanyaan ini berulang kali diajukan tetapi tidak juga dijawab? Bagaimana saudara?
      ~
      Solihin

  9. ladygaga mengatakan

    20 Januari 2017 pada 5:03 am

    ~
    Persamaan gender dalam Islam tidak ada yang salah. Yang salah itu manusianya saja yang turuti kemauan pribadi. Ingatlah ketika Adam dan Hawa yang melakukan perbuatan terlarang yang melanggar perintah alloh swt yang akhirnya terbuang ke bumi ini. Apakah sama yang baik dengan yang buruk di sisi alloh swt ? Tentu tidak! Itulah fungsi nabi-nabi alloh di bumi ini untuk menyampaikan ketentuan alloh swt karena bumi ini miliknya.

    Balas
    • staff mengatakan

      23 Januari 2017 pada 1:07 pm

      ~
      Saudara Ladygaga,

      Benarkah ada perlakuan gender yang sama dalam Islam? Bila ada perlakuan yang sama, mengapa Al-Quran lebih merendahkan kedudukan wanita dalam Islam dibandingkan pria? Misal, wanita bisa dipukul (Qs 4:34). Jelas ayat tersebut telah merendahkan kedudukan wanita. Bagaimana dengan pria? Mengapa pria tidak diperlakukan yang sama bila tidak bisa dinasehati? Mohon pencerahan saudara.

      Berbeda dengan Alkitab. Setiap orang yang bersalah baik laki-laki dan perempuan akan mendapatkan hukuman. Bukankah Adam pun menerima hukuman dari Allah atas pelanggaran mereka? Artinya nabi pun adalah manusia berdosa.
      ~
      Solihin

  10. lisa mengatakan

    20 Januari 2017 pada 6:16 am

    ~
    Ladygaga,

    Kenapa dalam Islam boleh poligami, tapi wanita tidak boleh poliandri?

    Balas
    • staff mengatakan

      23 Januari 2017 pada 1:09 pm

      ~
      Saudara Lisa,

      Pertanyaan yang bagus. Allah tidak pernah menghendaki poligami karena akan merugikan manusia itu sendiri. Tetapi karena kekerasan hati manusia maka mereka tetapi berpoligami, sesuatu yang tidak pernah diajarkan dan difirmankan Allah. Silakan saudara melanjutkan diskusi tentang poligami di link ini http://tinyurl.com/k6gv59n . Terimakasih saudara Lisa.
      ~
      Solihin

Baca komentar lainnya:

« 1 … 7 8 9 10 11 »

PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR

Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!

Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected]

Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.

Wassalam,
Staf, Isa dan Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 huruf tersedia

Sidebar Utama

Artikel Terbaru

  • Bolehkah Suami Muslim Memukul Istri?
  • 8 Alasan Utama Orang Beragama Masuk Kepercayaan Kristen
  • Cara Masuk Surga Tanpa Hisab!
  • Apakah Al-Taqiyya Beda dengan Larangan Tidak Boleh Berbohong?
  • 6 Alasan Mengapa Isa Al-Masih Adalah Tuhan

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • “Hakim Yang Adil” – Hanya Isa Al-Masih Menerima Gelar Ini!
  • Apakah Al-Taqiyya Beda dengan Larangan Tidak Boleh Berbohong?
  • 6 Alasan Mengapa Isa Al-Masih Adalah Tuhan
  • Apakah Tafsir Surat 19 Ayat 33 Menyatakan Isa Mati & Bangkit?
  • Cara Minta Maaf Saat Lebaran Agar Dapat Bersilaturahmi

Artikel Yang Terhubung

  • Kesetaraan Gender Dalam Islam, Polemik Hijab dan Poligami
  • Tenaga Kerja Wanita Muslimah Rentan Pengaruh Negatif
  • Muslimah NU Cerdas Menjelaskan Hakikat Isa Al-Masih

Footer

Aplikasi Isa Dan Islam

Aplikasi Isa dan Islam merupakan aplikasi smartphone yang dapat Anda download GRATIS!

App Isadanislam

Renungan Berkala Isa dan Al-Fatihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Social Media

Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
Hak Cipta © 2009 - 2022 Dialog Agama Isa dan Islam. | Kebijakan Privasi |
Kebijakan Dalam Membalas Email
| Hubungi Kami