Ada orang berkata bahwa konsep Allah Maha Esa yang beroknum tiga sulit diterima dengan nalar. Memang semua konsep tentang Allah sulit diterima dengan nalar, karena Allah jauh di atas kita. Bahkan konsep Tauhid jauh lebih sulit diterima nalar, dibandingkan konsep Allah Tri-Tunggal.
Kelemahan konsep Tauhid adalah Allah menggambarkan Allah yang jauh dari sempurna. Allah SWT hanya dapat dilihat sempurna, jika diteropong di dalam konsep bahwa Allah itu Maha Esa yang beroknum tiga.
Berikut dikemukakan beberapa kelemahan konsep Tauhid:
1. Dengan Konsep Tauhid, Allah Sendirian dalam Kekekalan
Kita tahu Allah SWT kekal adanya. Artinya, Ia sudah ada sebelum manusia dan alam raya diciptakan. Dia selalu ada. Apakah yang dilakukan Allah sebelum jagad raya dan manusia ada? Mungkin pertanyaan tersebut terdengar aneh. Namun tidak salah bila kita bertanya, apakah Dia sendirian saja?
Mungkin Anda akan berkata, “Dia menyibukkan diri dengan menciptakan jagad raya lain.” Walau benar, tapi jawaban ini kurang masuk akal. Karena Allah dapat menciptakan sejuta jagad raya dengan sepatah kata saja.
Konsep Tri-Tunggal menjelaskan masalah ini. Dalam diri Allah yang Esa terdapat tiga Pribadi (Oknum, “Person”) yang selalu ada. Dalam kekekalan ketiga Pribadi itu saling mengasihi satu sama lain. Allah tidak sendirian dalam kekekalan. Ada lingkaran kasih dalam Allah Tri-Tunggal. Dalam Allah yang Maha-Esa ada interaksi kekal antara tiga Pribadi ini.
Mungkin Anda berkata, “Allah tidak pernah bosan dan senang sendirian.” Jawaban ini sulit diterima dengan nalar. Pribadi yang sendirian dalam kekekalan pasti bosan!
2. Dengan Konsep Tauhid, Allah Tidak Memiliki Sifat Kasih
Kita semua tahu bahwa sifat kasih sejati hanya dapat dinyatakan jika ada pribadi lain untuk dikasihi. Karena kasih berarti memberi. Maka menurut nalar, bila tidak ada seseorang untuk dikasihi, maka kasih tidak dapat dinyatakan.
Jika Allah dalam kekekalan sendirian, siapakah yang dikasihi-Nya? Tidak ada! Sehingga, dari kekekalan, yaitu dalam diri Pribadi Allah, sifat kasih tidak mungkin ada.
Jika Allah SWT perlu menciptakan malaikat atau manusia agar Dia dapat menyatakan sifat kasih itu, berarti sifat kasih Allah bergantung pada ciptaan-Nya. Artinya, Allah SWT tidak sempurna di dalam diri-Nya. Sebab sebelum ciptaan-Nya ada, sifat kasih-Nya tidak ada.
Dalam konsep Allah Tri-Tunggal, dapat dimengerti bahwa Allah yang kekal memiliki sifat kasih yang sama kekalnya. Jadi Allah tidak bergantung pada ciptaan-Nya untuk memungkinkan adanya sifat kasih-Nya. Dalam Allah Tri-Tunggal, Roh Allah mengasihi Allah Bapa dan Kalimat Allah. Kalimat Allah mengasihi Roh Allah dan Allah Bapa. Allah Bapa mengasihi Roh Allah dan Kalimat Allah. Sehingga Allah Maha Esa yang beroknum tiga selalu berada dalam lingkaran kasih yang kekal adanya.
3. Dengan Konsep Tauhid, Kemampuan Allah untuk Berkomunikasi Dibatasi
Menurut konsep tauhid, sebelum dunia diciptakan Allah tidak dapat berkomunikasi. Karena berabad-abad lamanya, bahkan sebelum masa penciptaan, yaitu dalam kekekalan, Allah tidak dapat berkomunikasi. Karena tidak ada satu oknum pun yang dapat menerima komunikasi-Nya.
Manusia sadar bahwa hubungan seseorang dengan yang lain sangat penting. Tetapi konsep Tauhid berarti bahwa sebelum sesuatu diciptakan, yaitu bertrilyun-trilyun tahun, bahkan sebelum “waktu” diciptakan, Allah tinggal sendirian tanpa hubungan dengan seorangpun.
Konsep Allah Maha Esa yang beroknum tiga menyelesaikan masalah ini. Sejak kekekalan, sebelum ada suatu apapun, telah ada komunikasi dalam lingkaran Allah Tri-Tunggal.
4. Dengan Konsep Tauhid, Orang Islam Terpaksa Harus Menolak Kekekalan Al-Quran
Dalam abad kesembilan Imam Hanbal dianiaya oleh orang Islam karena mengatakan Al-Quran kekal. Akhirnya pihak Imam Hanbal menang. Umumnya Muslim setuju dengan Imam Hanbal dan Imam Shaafi’ee yang berkata, “Al-Quran tidak diciptakan Allah. Siapa yang mengatakan Al-Quran diciptakan adalah orang kafir” (Ash-Shariah). Ayat berikut ini juga sering dikutip, “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh (batu tulisan abadi)” (Qs 85:21-22).
Bila kita menerima konsep bahwa Al-Quran kekal adanya, berarti Al-Quran tidak mempunyai permulaan. Sama seperti Allah tidak mempunyai permulaan. Jika Al-Quran tidak mempunyai permulaan, berarti ada dua yang kekal. Berarti, Allah mempunyai saingan.
Orang yang sungguh-sungguh ingin berpegang pada konsep tauhid, terpaksa harus menolak konsep bahwa Al-Quran kekal adanya. Jelas orang Islam tidak percaya pada dua Allah. Demikian juga orang Kristen tidak percaya pada tiga Allah. Namun mereka percaya bahwa Allah Bapa, Kalimat Allah, dan Roh Allah kekal.
5. Konsep Tauhid Menyebabkan Orang Sembahyang di Makam Orang Sakti
Mengapa Mukmin di seluruh dunia banyak yang berziarah ke makam orang sakti (tempat keramat)? Walaupun Islam sudah ada di Indonesia, Pakistan, Afghanistan, Iran, Iraq berabad-abad lamanya, tapi mengapa banyak Muslim yang sembahyang di makam orang yang sudah mati? Bukankah ini karena ajaran Tauhid meyakinkan umat bahwa Allah terpisah jauh dari manusia. Allah tersendiri, terpisah dari umat-Nya.
Allah tidak dikenal oleh manusia. Orang Sufi berusaha mengatasi doktrin ini dengan berkata “Allah lebih dekat kepadanya (manusia) daripada urat lehernya” (Qs 50:16). Tapi pada umumnya Allah SWT dianggap tersendiri. Nun jauh di sana dan terpisah dari manusia.
Konsep Allah Tri-Tunggal mengatasi masalah ini. Kalimat Allah, yaitu satu Oknum dari Allah Maha Esa yang Beroknum Tiga, menjelma menjadi manusia. Ia tinggal di antara kita. Kita tahu siapa Dia, yaitu Isa Al-Masih. Ketika Ia kembali ke sorga, Roh Allah turun dan memenuhi hati setiap orang percaya, “. . . Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘Ya Abba, ya Bapa!’” (Injil, Surat Galatia 4:6).
Orang yang sudah menerima keselamatan melalui Isa Al-Masih tidak mungkin sembahyang ke kuburan! Mengapa? Karena Allah sudah berkomunikasi dengan mereka setiap hari melalui Roh Allah yang mendiami hati mereka.
Kesimpulan
Jelas konsep Tauhid memuat beberapa kelemahan filsafati dan teologis. Orang Kristen juga mengakui sulit menjelaskan konsep Tri-Tunggal. Namun kelemahan konsep Tauhid jauh lebih sulit, apa lagi memecahkan beberapa pertanyaan yang diakibatkan oleh konsep tauhid. Jika keduanya dibandingkan, konsep Tri-Tunggal lebih gampang diterima dengan nalar.
Akhirnya perlu diingat bahwa Allah tidak jauh dari kita. Tidak terpisah dari kita dan tidak tinggal sendirian. Dalam diri Kalimat Allah Ia turun ke dunia untuk menyelamatkan kita, dan mendiami hati kita. Setiap orang diundang datang kepada-Nya dan menerima keselamatan. Isa Al-Masih berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Injil, Rasul Besar Matius 11:28).
(Jason Gilead)
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Kelemahan-kelemahan Konsep Tauhid” silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau WA/SMS ke: 0812-8100-0718
staff mengatakan
Pedoman wajib untuk memasukkan comment-comment:
(1) Tidak boleh memakai lebih dari satu kotak.
(2) Pertanyaan / masukan harus berhubungan erat dengan uraian diatas.
(3) Sebaiknya satu atau dua pertanyaan dimasukan dalam satu comment.
(4) Masukan harus selalu sopan dan jangan agresif.
(5) Masukan tidak boleh memuat banyak bahasa lain, misalnya Bahasa Arab.
(6) Masukan harus dalam Bahasa Indonesia yang lazim dimengerti semua orang.
(7) Jangan memakai singkatan-singkatan, misalnya yg, dlm, sdh, tdk, dlsbgnya.
(8) Huruf besar tidak boleh dipakai untuk menekankan sesuatu.
Kami mempersilahkan Saudara mengemail untuk pertanyaan / comment yang majemuk. Kami senang menjawabnya.
Kiranya petunjuk-petunjuk diatas akan kita perhatikan.
Wassalam,
Jason Gilead
Staff, Isa dan Islam
staff mengatakan
T
TOPIK URAIAN UNTUK COMMENT:
………………………….KELEMAHAN-KELEMAHAN TAUHID………………………………
Kami senang menerima comments yang langsung menyetujui atau menantang intisari uraian tentang kelemahan-kelemahan Tauhid. Informasi yang memperkaya pengertian tentang Tauhid juga diterima dengan senang hati.
Comment-comment lain yang tidak berhubungan langsung dengan topik di atas akan dihapus.
Di tempat ini kami ingin menjalankan satu diskusi mengenai topik ini saja.
Achmad Nurul mengatakan
*
Otak dan akal manusia itu seperti sangkar dan merpati, dan pengetahuan Tuhan itu seperti rajawali. Jadi bagaimana mungkin bisa, rajawali masuk sangkar merpati?” (Jalaluddin Rumi)
staff mengatakan
~
Kami setuju dengan kutipan dari Rumi. Namun Rumi tidak mengatakan bahwa kita tidak boleh menggumuli konsep-konsep yang berhubungan dengan Allah. Ia hanya mengatakan bahwa kita tidak boleh lupa bahwa Allah jauh lebih tinggi dari kita. Kita harus memiliki sikap yang rendah hati apabila membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan Allah.
Jikalau kita berhenti berpikir, maka itu berarti kita berhenti memakai kemampuan unik yang Allah berikan kepada kita, yaitu kemampuan berpikir. Allah ingin agar kita berpikir mengenai semua hal. Perhatikanlah ajaran Isa Al-Masih bahwa hukum yang paling utama di dunia adalah: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” (Injil, Rasul Matius 22:37).
Dengan demikian, kita wajib menggumuli konsep ketauhidan dan ketri-tunggalan Allah dengan akal budi yang Allah telah berikan kepada kita. Namun dengan selalu memiliki sikap rendah hati.
~
CA
staff mengatakan
*
Otak dan akal manusia itu seperti sangkar dan merpati, dan pengetahuan Tuhan itu seperti rajawali. Jadi bagaimana mungkin bisa, rajawali masuk sangkar merpati?” (Jalaluddin Rumi).
staff mengatakan
~
Saudara Achmad Nurul,
Allah lebih besar daripada Rajawali maka tidak akan mungkin dikuasai oleh akal manusia. Terutama setelah manusia berdosa. Dosa memisahkan manusia dari Allah. Maka hal pertama yang mesti dibereskan adalah masalah keberdosaan manusia. Apapun upaya manusia menutupi dosanya tidak akan mungkin bisa. Maka Allah memberikan korban sejati yaitu diri-Nya dalam Isa Al-Masih. Melalui Isa Al-Masih kita dimampukan melihat Allah dan disucikan dari dosa.
~
Noni
afrianto mengatakan
*
Ada satu hal besar yang membedakan antara konsep ketuhanan Islam dan agama lainnya, yaitu personifikasi. Dalam agama lain termasuk Kristen, ternyata Tuhan begitu lemah (seperti makhluk), karena bisa bosan sehingga membutuhkan teman. Untuk bisa mengasihi, Tuhan ternyata tidak bisa jika tidak ada teman. Kesimpulan: Tuhan dalam Kristen lemah, dan bersifat kemakhlukan (ciptaan) karena punya kebutuhan.
staff mengatakan
~
Sdr. Afrianto perlu berusaha menjawab pertanyaan-pert anyaan yang termuat dalam konsep Tauhid: (1) Dengan siapakah Allah berkomunikasi sebelum Ia menciptakan satu mahluk? (2) Apakah satu “personifikasi” dapat mempunyai sifat kasih jikalau tidak ada sesuatu untuk dikasihi? (3) Apakah Allah sudah ada sebelum Al-Quran ada? Daripada menyerang agama Kristen, kiranya Saudara lebih dahulu berusaha menjawab pertanyaan-pert anyaan itu.
Dalam konsep Allah Yang Maha Esa yang beroknum tiga, pertanyaan 1 dan 2 mempunyai jawaban yang jelas. Orang Kristen yakin Allah tidak lemah dan tidak berkebutuhan. Jawaban pada pertanyaan 1 dan 2, akan menolong Saudara melihat keindahan dari Isa Al-Masih, Kalimat Allah.
~
CA
afrianto mengatakan
*
Jika Tuhan butuh beroknum tiga untuk bisa sempurna dan tidak butuh apa-apa, sama saja berarti Tuhan tidak sempurna karena butuh beroknum tiga. Kebutuhan menunjukkan kelemahan.
staff mengatakan
~
Karena Tuhan dalam diri-Nya adalah “Maha Esa yang beroknum tiga”, ini berarti definisi kesempurnaan ialah “Allah yang Maha Eesa, yang beroknum tiga.” Apa saja yang berusaha menyerang kesempurnaan ini, berusaha mengurangi kesempurnaan Tuhan. Jika demikian, konsep Tauhid adalah berusaha mengurangi kesempurnaan Tuhan. Kami yakin Saudara tidak percaya bahwa konsep Tauhid mengurangi kesempurnaan Tuhan.
Tuhan tidak butuh tiga oknum untuk menjadi sempurna. Kesempurnaan terdiri dari Allah Yang Maha Esa yang beroknum tiga. Tetapi perlu kami tekankan bahwa kami yakin penuh akan keesaan Tuhan. Kami hanya merasa konsep Tauhid mengurangi kesempurnaan Tuhan karena tidak mengaku bahwa Allah beroknum tiga.
~
CA
arif budiman mengatakan
*
Salam.
Apa kabar? Saya sangat senang dengan adanya kolom ini. Semoga akan tetap menjadi sarana yang akan memberikan pengertian yang seluas-luasnya bagi kita semua, Amin.
staff mengatakan
~
Sdr. Arif Budiman, kabar kami baik. Terimakasih atas apresiasi yang Saudara berikan. Semoga situs ini dapat menjadi berkat bagi banyak orang, dan dapat menjadi sarana bagi mereka yang sedang mencari Kebenaran dan Keselamatan.
~
SO
staff mengatakan
~
Saudara Arif Budiman,
Kami bersyukur kepada Tuhan jika kehadiran situs ini dapat memberikan pengertian bagi saudara. Silakan kunjungi artikel kami lainnya yang akan sangat berguna sekali. Dan mohon kedesiaanya untuk memberikan tanggapan.
~
Noni
Danang mengatakan
*
Apakah Allah memiliki kasih sebelum menciptakan makhluknya? Tentu iya, karena tiap perbuatan ada dasarnya. Seperti seorang calon ibu yang memiliki rasa kasih walau anaknya belum lahir.
Dengan siapa Allah berkomunikasi? Hanya Allah yang tahu. Allah tidak membutuhkan apapun. Dia berkehendak atas segala sesuatu. Jika Allah digambarkan membutuhkan sesuatu, itu justru akan melemahkan sifat keEsaanNya.
staff mengatakan
~
Sdr. Danang,
Bagaimana kalau ibu itu bahkan belum menikah, apakah ia bisa sayang akan anaknya? Kita harus berpikir dari segi kekekalan. Dalam diri Allah tidak mungkin dapat memiliki kasih, kalau tidak ada sesuatu untuk dikasihi. Kasih hanya mungkin bisa, ada asal ada obyek untuk dikasihi.
Dalam kekekalan Allah tidak dapat berkomunikasi, kalau tidak ada yang dapat menerima komunikasi-Nya. Dalam konsep Trinitas, dari kekekalan ada komunikasi dalam Allah sendiri. Memang poin ini nampaknya melemahkan sifat keesaan-Nya, tetapi kalau memeluk konsep Allah Maha Esa yang beroknum tiga, masalah ini di atasi sementara keesaan Allah tetap dipelihara.
~
CA
staff mengatakan
~
Saudara Danang,
Allah memang tidak bergantung pada apapun sebab apapun itu berasal dari diri-Nya, tetapi Allah sebagai pribadi tentu saja membutuhkan sesuatu dari dalam diri-Nya. Apakah sifat “membutuhkan sesuatu” itu buruk bagi Allah? Tentu saja tidak, sifatnya tidak akan merubah kemahakuasaan-Nya. Misalnya, bagaimana Dia bisa menciptakan suatu relasi jika Dia tidak memahami sebuah relasi dan tidak membutuhkan relasi? Pastilah Dia membutuhkan relasi sebab relasi itu sendiri berasal dari Dia.
~
Noni
zulkeffli mengatakan
*
Saya sangat senang membaca setiap uraian-uraian yang diberikan oleh admin. Dan yang lebih menarik, di sini kesediaan admin menjawab dengan tenang segala pertanyaan. Islam seharusnya memiliki kesabaran seperti admin. Saya merasa bahwa pegangan dan tradisi beragamakan Islam itu menjadi penghalang orang Islam mendalami Kristian.
Wasallam,
Zul
staff mengatakan
~
Sdr. Zulkeffli,
Kami berterima kasih atas masukan. Kami merasa akidah kita menjadi makin kuat kalau kita menantang konsep-konsep dalam agama kita. Kalau konsep (doktrin, kepercayaan itu benar) kita tidak perlu kuatir. Kalau salah mungkin kita perlu mempertimbangkan kepercayaan lain. Soalnya baik konsep Tauhid dan konsep Tri-Tunggal sulit dimengerti. Namun orang beragama perlu menggumuli konsep ini kalau mereka ingin makin mengenal Allah.
Akhirnya kita perlu menyembah sambil mengucapkan Firman Allah yang diberikan pada Nabi Besar Yesaya: Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari ranganganmu. (Kitab Nabi-Nabi, Yesaya 55:9)
~
CA
staff mengatakan
~
Saudara Zulkeffli,
Terimakasih untuk penilaian positif atas kerja tim Admin. Tuhanlah yang memampukan kami dan biarlah Tuhan yang kita tinggikan sebab daripada-Nyalah segala sesuatu.
~
Noni
Iskandar el-Masihiyy mengatakan
*
Tritunggal (Ats-Tsuluts al-Muwahid) Kristen yang berakar pada teologi Ibrani justru ingin memurnikan Tauhid (Ke-Esa-an) Ilahi: Esensi Allah Bapa (al-Abi, Dzat Wajib al-Wujud) sejak kekal memiliki Akal Ilahi/Hikmat/Firman (al-Ibni, Kalimat Allah).
Allah yang ghaib / tak tampak (ar-Ruh al-Qudus, Hayat Allah) itu, dinyatakan secara historis-temporal dengan Inkarnasi Firman (Kalimat Allah Mutajjasad): Sayyidina ‘Isa al-Masih Ibn Maryam. Dia mempunyai dua kodrat (sempurna Ilahi dan sempurna insani) sebagaimana keyakinan Islam tentang kodrat ganda Al-Quran.
staff mengatakan
~
Saudara Iskandar, sesungguhnya memang konsep tritunggal sama sekali tidak bertabrakan dengan konsep Allah yang esa. Bagi mereka yang berusaha berpikir jernih dan tidak berpikir berputar-putar, maka akan memahami bahwa Allah itu sesungguhnya tidak bisa dihitung secara matematika. Ketika Alah yang tidak tampak mewujudkan diri-Nya di dalam diri Isa Al-Masih, itu tidak harus dihitung bahwa Allah sudah bertambah satu.
Allah berada agung di atas tahta-Nya yang mulia, sekaligus juga senantiasa bersama-sama dengan manusia dan tidak pernah meninggalkan manusia. Allah senantiasa berada di sekeliling kita, dan mata Allah mengawasi kita di mana-mana. Apakah ini berarti Allah telah berkembangbiak menjadi banyak?
Allah sesungguhnya jauh melampaui hitungan, jauh melampaui ruang dan waktu. Janganlah kita menghitung Allah. Janganlah kita membatasi Allah. Kami berterima kasih atas tanggapan Saudara.
~
CA
staff mengatakan
~
Saudara Iskandar El-Masihiyy,
Allah itu tidak terbatas sedangkan manusia sangat terbatas. Itulah sebabnya setiap argumentasi manusia mengenai Allah tidak akan pernah sempurna sesempurna Allah itu, namun kita tidak harus apatis apalagi menjadi ateis. Konsep apapun itu hanya menunjukan bahwa sebenarnya kita terbatas. Satu-satunya cara yang masuk akal mengatasi keterbatasan itu adalah Allah menjadi manusia. Firman Allah berkata: “yang walaupun dalam rupa Allah, [Isa Al-Masih] tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,” (Injil, Surat Filipi 2:6).
~
Noni
Muslim mengatakan
*
Baru pertama saya membaca, bahwa konsep Tri-tunggal adalah konsep yang mudah diterima oleh nalar manusia. Umat non-muslim sendiri bahkan professor sekalipun menyatakan sebaliknya. Konsep Tri-tunggal adalah konsep yang tidak masuk di akal dan paling sulit untuk dimengerti.
staff mengatakan
~
Sdr. Muslim, uraian di atas tidak mengatakan bahwa konsep Tri-tunggal mudah dimengerti. Uraian mengatakan bahwa jika dibandingkan dengan konsep tauhid, Tri-tunggal lebih mudah diterima.
Sdr. Muslim langsung menyerang Tri-tunggal. Uraian ini mengenai kelemahan konsep tauhid. Sayang Saudara tidak menjelaskan bagaimana Allah dalam kekekalan dapat menyatakan kasih kalau tidak ada objek untuk dikasihi. Lagi bagaimana Allah dalam kekekalan dapat berkomunikasi kalau tidak ada objek untuk menerima komunikasi-Nya. Kami ingin supaya comments berkisar sekitar intisari uraian, yaitu: “Kelemahan-kelemahan Tauhid.”
~
CA
staff mengatakan
~
Saudara Muslim,
Tentu saja Allah itu lebih dari sekedar konsep teoritis. Ia tidak dapat dipahami melalui gelar akademis keprofesoran, tetapi bisa diketahui oleh seorang anak kecil sekalipun. Dia begitu besar dan tidak terbatas, namun manusialah yang sudah berdosa dan terbatas. Tritunggal adalah satu-satunya cara bahwa Allah mengatasi keterbatasan itu dengan menjadi sama dengan manusia. Hilang sudah batas-batas suci antara Allah dengan mahluk sehingga manusia dapat mengenal, menyentuh Dia yang maha baik.
“Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Isa Al-Masih.” (Injil, Surat 1Yohanes 1:3).
~
Noni
raihan mubarok mengatakan
*
Allah adalah zat yang sempurna. Jangan samakan kasih Allah seperti kasih kita. Jangan samakan pikiran Allah seperti pikiran kita . Jangan samakan nalar Allah seperti nalar kita. Jangan samakan waktu Allah seperti waktu kita. Jangan samakan perhitungan Allah dengan perhitungan kita. Jangan samakan logika Allah dengan logika kita, dan seterusnya.
Dalam Al-Quran sudah jelas tidak ada nalar seorang manusiapun yang sanggup memikirkan zat Allah yang Esa. Allah menyarankan kepada manusia hanya untuk memikirkan ciptaan-Nya yang begitu sempurna. Jika ada orang yang berpikir, bahwa tidak mungkin ciptaan Allah yang sempurna ini terjadi dengan sendirinya, pasti ada zat ilahi yang menciptakan. Contoh, betapa teliti Allah menciptakan organ tubuh kita hanya dari setetes air. Tidak mungkin itu terjadi dengan sendirinya.
staff mengatakan
~
Sdr. Raihan Mubarok,
Kami sangat setuju bahwa manusia mesti heran dengan ciptaan Allah. Juga siapa sanggup menyelidiki sedalam-dalamnya semua yang Allah kerjakan di dunia ini. Jelas juga tidak ada orang yang sanggup memikirkan dengan tuntas akan Allah yang esa. Pandangan Saudara dalam hal ini pasti kami terima!
Juga kami tidak bertentangan dengan penjelasan bahwa pikiran Allah tidak sama dengan pikiran manusia. Lagi Saudara mengatakan, “Jangan samakan nalar Allah seperti nalar kita.” Saya kira ucapkan ini memuat hikmat yang berbobot.
Sering orang mengatakan konsep Allah yang Maha Esa yang Beroknum Tiga tidak masuk nalar. Mungkin konsep ini tidak cocok dengan nalar manusia, tetapi seperti Saudara katakan, “Jangan samakan nalar Allah seperti nalar kita.”Lagi mengenai konsep Tauhid. Mungkin ada hal-hal tentang keesaan Allah (ketauhidan Allah) yang tidak dapat diterima oleh nalar manusia. Tetapi lagi, “Jangan samakan nalar Allah seperti nalar kita.” Kami berterima kasih atas sumbangan Saudara. Sungguh menolong dalam diskusi uraian di atas!
~
CA
staff mengatakan
~
Saudara Raihan Mubarok,
Benar sekali bahwa manusia tidak akan mungkin menguasai pengertian Allah seutuhnya, namun tidak seluruh pengertian manusia itu salah. Mari kita saling membagikan dan mengumpulkan pengertian demi pengertian. Sebab kita berdosa itu sebabnya kita sangat terbatas dan dibatasi. Pengertian kami bahwa ketika Allah menjadi manusia, itulah cara Allah mengkomunikasikan diri-Nya tanpa batas lagi. Itulah pokok penting di dalam ketritunggalan-Nya.
~
Noni
Nur mengatakan
*
(1) Sudah jelas kalau Allah berbeda dengan manusia, jadi kasih dari Allah tidak sama dengan nalar anda tentang kasih anda.
(2) Anda sendiri kalau mendapat sakit, itu termasuk kasih dari Tuhan atau tidak?
(3) Tetapi kalau anda berbuat kasih ke anak anda, akankah dia akan anda sakiti? Terserah anda yang menjawab itu menunjukkan nalar anda atau tidak.
staff mengatakan
~
(1) Kasih Allah berbeda dengan kasih manusia dalam hal kasih Allah adalah sempurna, tidak pilih bulu, tidak terbatas dan mengasihi kita sedemikian rupa, sehingga rela menyelamatkan kita melalui kayu salib. Sulit untuk manusia dengan nalarnya, menjelajahi dalamnya kasih Allah.
(2) Penyakit, kerugian, perampokan, kelaparan, dan lain-lain, adalah akibat masuknya dosa ke dalam dunia ini, melalui jatuhnya Adam. Dunia tidak lagi sesempurna seperti yang dimaksudkan Allah pada mulanya.
(3) Allah yang mengasihi kita tidak mengirim penyakit pada kita. Kita menjadi sakit dan mati akibat adanya dosa di dunia ini. Isa Al-Masih mati di kayu salib untuk melepaskan kita dari akibat dosa yang paling buruk, yakni penderitaan di neraka selama-lamanya. Inilah bukti utama kasih Allah bagi kita. Semoga kita semua menerima keselamatan yang disediakan akibat penyaliban Isa Al-Masih.
~
CA
staff mengatakan
~
Saudara Nur,
Manusia telah berdosa, sedangkan Allah itu suci. Itu sebabnya manusia terpisah dari Allah. Ini seperti sebuah hukuman tetapi inipun bentuk kasih Allah, sebab jika manusia dalam keberdosaannya itu tidak dipisahkan dari Allah yang suci maka itu hanya akan mencelakakan manusia. Tetapi Allah lah yang berinisiatif menebusa dosa manusia melalui kematian dan kebangkitan-Nya sebagai korban yang sejati. Dengan demikian manusia yang menerima penebusan-Nya dapat menghadap tahta Allah.
“Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat…” (Injil, Surat Ibrani 10:22)
~
Noni