• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
Isa Dan Islam
  • Awal
  • Maksud Situs Ini
    • Tentang Kami
    • Isa dan Al-Fatihah
    • Daftar Artikel
  • Jalan Keselamatan
  • Tanya / Jawab
  • Artikel
  • Audio Alkitab
  • Hubungi Kami
  • Al-Fatihah
Isa Dan Islam > Pertanyaan / Jawaban > Pertanyaan Sulit dalam Agama Islam dan Nasrani > Lebih baik Hidup sebagai “Anak” ataukah “Hamba” Allah?

Lebih baik Hidup sebagai “Anak” ataukah “Hamba” Allah?

29 Desember 2009 oleh Web Administrator 181 Komentar

Umat beragama di seluruh dunia bangga menyebut dirinya “hamba” atau “abdi” Allah. Sebutan ini sungguh menggambarkan hubungan ciptaan Allah dengan sang Pencipta. Sebutan lain yang juga dipakai dalam Kitab Suci untuk menjelaskan hubungan orang dengan Allah ialah “anak, ini adalah gambaran yang lebih dekat hubungannya dengan Allah.” Pertanyaannya adalah manakah yang terbaik apakah hidup sebagai anak ataukah hamba Allah? Nabi Besar, Isa Al-Masih dalam Injil pernah kemukakan konsep “abdi” maupun “anak”  sbb:

Ayah & Anak

Anak yang terhilang

Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya.

Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan [abdi, hamba] bapa.

Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.

Orang dibelenggu

Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersuka-ria (Injil, Lukas 15:11-24).

 

Kembalinya anak yang hilang

Pada waktu anak yang hilang ini tiba di rumah ia bersedia menjadi seorang upahan [seorang abdi] saja di rumah ayahnya. Tetapi bapa sungguh mencintainya dan langsung mengangkatnya lagi sebagai anak yang sesungguhnya. Nabi Besar Isa Al-Masih mempergunakan ceritera ini untuk mengajar kita bahwa Allah Bapa di sorga ingin menjadikan kita, bukan abdiNya, tetapi anakNya.

Hidup Sebagai Anak Ataukah Hamba Allah?

Mungkin Saudara merasa tidak pantas mengharapkan lebih daripada menjadi “abdi Allah” (Abdullah). Tetapi jikalau kita menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat, selagi kita hidup atau dalam surga kemudian, kita akan diterima sebagai “anak” Allah yang sesungguhnya. Seorang “abdi” memang mempunyai hubungan dengan tuannya tetapi lain sekali daripada “anak”nya. Allah ingin agar Saudara atau saya, apalagi semua orang di dunia menjadi “anak”Nya. Bukankah Saudara ingin menjadi “anak-angkat” Allah? Allah tidak ingin kita rindu menjadi abdiNya toh! Ia ingin mengangkat kita menjadi anakNya!

Kiranya Saudara dapat merenungkan ayat Allah dari Injil berikut ini:

Tetapi semua orang yang menerimaNya (Isa Al-Masih sebagai Juruselamat) diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya [Isa Al-Masih] (Injil, Rasul Yohanes 1:12).

 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Lebih baik Hidup sebagai “Anak” ataukah “Hamba” Allah?”  Silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau WA/SMS ke: 0812-8100-0718

Ditempatkan di bawah: Pertanyaan Sulit dalam Agama Islam dan Nasrani

Reader Interactions

Comments

  1. ian mengatakan

    4 Mei 2011 pada 12:50 pm

    *
    Silahkan membaca surat Al Ikhlas dengan artinya, dan lebih baik lagi dengan tafsirnya. Pahami dengan akal dan hati.

    Balas
    • staff mengatakan

      11 Mei 2011 pada 6:57 am

      ~
      Terima kasih Saudara Ian untuk tanggapan ini. Dalam surat Al-Ikhlas ini kami menemukan bahwa Allah kita adalah Allah yang esa.

      Dan kata ‘esa’ ternyata berarti: ‘satu yang terdiri dari satu kesatuan’.
      ~
      CA

  2. Mikha mengatakan

    8 Mei 2011 pada 6:01 pm

    *
    Saya lebih senang dan bangga menjadi hamba Tuhan daripada menjadi anak Tuhan. Karena tidak masuk akal Tuhan ada istrinya, kakaknya, adiknya, dan ada anak-anak yang lain.

    Balas
    • staff mengatakan

      11 Mei 2011 pada 7:05 am

      ~
      Saudara Mikha, tentu saja adalah lelucon belaka jika dikatakan bahwa Allah memiliki anak secara jasmani, dan kemudian bahkan istri, kakak, paman, tante, dan lain sebagainya.

      Saudara Mikha tentu saja sudah salah mengerti akan konsep ‘Anak Allah’ yang dianut oleh umat Kristiani.

      Konsep ‘Anak Allah’ sama sekali bukan berarti bahwa Allah melakukan suatu hubungan pernikahan dengan Maryam, dan untuk kemudian mereka melahirkan Isa Al-Masih sebagai anak. Hal ini sungguh menjijikkan bagi kami.

      Konsep ‘Anak Allah’ bagi kami adalah bahwa Isa Al-Masih itu adalah mewakili Allah secara sepenuhnya di dalam setiap firman dan tindakan-Nya. Isa Al-Masih menyatakan Allah yang tidak kelihatan itu di dalam diri-Nya, sebagai ‘tanda yang besar’ dari Allah bagi semesta alam (Qs 21:91).

      Inilah konsep ‘Anak Allah’ yang dianut oleh seluruh umat Kristiani. Sama sekali tidak ada unsur ‘anak’ secara lahiriah.

      Saudara tentunya bisa setuju terhadap konsep ‘Anak Allah’ ini, bukan?
      ~
      CA

  3. Swara mengatakan

    15 Juni 2011 pada 10:55 am

    *
    Istilah “hamba Allah” lahir dalam kondisi masyarakat jahiliah Arab yang terpecah bersuku-suku, serta mengenal kelas sosial terendah yaitu kelas hamba sahaya (budak). Istilah ini nyatanya telah berhasil membawa umat Islam untuk menyadari bahwa mereka sama kedudukannya di hadapan Allah. Kesadaran Egalitarian ini nyatanya menjadi syarat terbentuk nya masyarakat yang modern dan telah berhasil menyatukan masyarakat Arab Jahiliah hanya dalam waktu 23 tahun di bawah kepemimpinan Muhammad Saw.

    Sedangkan Istilah ‘Anak Allah’ nyatanya telah membuat umat Kristiani terjebak dalam spekulasi teologis: Trinitas yang kontroversial.

    Balas
    • staff mengatakan

      20 Juni 2011 pada 6:12 am

      ~
      Saudara Swara, perlu Saudara ketahui bahwa istilah “Anak Allah” tidak pernah menjadi masalah bagi umat Nasrani atau pengikut Isa Al-Masih yang sejati. Sama sekali tidak pernah ada keraguan atau apalagi seperti merasa terjebak.

      Yang merasa terjebak justru adalah orang-orang yang tidak mengerti tentang istilah ini. Kitab Saudara bahkan berpikir bahwa kata “Anak Allah” berarti bahwa Allah memiliki suatu hubungan dengan Maryam, dan kemudian melahirkan Isa Al-Masih. Kami tidak mengerti mengapa kitab Saudara bisa melakukan kesalahan yang demikian nyata.

      Kitab Saudara bahkan menganggap bahwa Trinitas itu terdiri dari Allah, Maryam, dan Isa Al-Masih. Kitab Saudara telah salah menuduh bahwa umat Nasrani menganggap Maryam sebagai Tuhan. Tidak pernah ada umat Nasrani yang menganggap bahwa Maryam adalah Tuhan. Ini kesalahan yang nyata dalam kitab Saudara.

      Jadi, yang bingung dan yang terjebak adalah bukan umat Nasrani, melainkan umat Islam sendiri.
      ~
      CA

  4. Swara mengatakan

    26 Juli 2011 pada 8:07 am

    *
    Tidak ada pernyataan Yesus yang tegas dalam Injil yang menyatakan bahwa Ia sebagai Anak Tuhan adalah Allah itu sendiri, Ia tidak pernah menyatakan “Aku adalah Allah, sembahlah Aku.”

    Sekali lagi, semuanya adalah imajinasi umat Kristen.

    Balas
    • staff mengatakan

      23 Agustus 2011 pada 2:21 am

      ~
      Saudara Swara,

      Isa Al-Masih berkata dalam Injil, Rasul Besar Yohanes 13:13″Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.” Dan lagi Isa Al-Masih berkata dalam Injil, Rasul Besar Yohanes 10:30 “Aku (Isa Al-Masih) dan Bapa (Allah) adalah satu.”

      Dari dua ayat itu saja kita bisa mengerti apa maksud Isa Al-Masih mengatakan hal itu. Tidak mungkin Isa Al-Masih mengaku diri Tuhan Allah jika Ia bukan Tuhan. Dan tidak mungkin Isa Al-Masih berdusta. Mungkinkah seorang pendusta mengadakan mujizat bahkan mati dan bangkit bagi dosa manusia.
      ~
      NN

  5. JTP mengatakan

    19 Agustus 2011 pada 9:10 am

    *
    Muhammad adalah keturunan budak, yaitu dari Ismail yang mempunyai ibu seorang budak/pembantu yaitu Hagar.

    Yesus lahir lahir dari Maryam dari keturunan Ishak dari ibunya Sara. Ibunya Ismail adalah budak/pembantu dari Ibunya Ishak.

    Kenapa Allah memilih Maryam yang merupakan keturunan Ishak (Tuan) menjadi ibunya Yesus, karena tidak mungkin keturunan seorang budak lahir seorang penyelamat dunia. Namun budak dan berikut keturunannya akan selalu memberontak terhadap tuannya.

    Balas
  6. koko mengatakan

    23 Agustus 2011 pada 7:53 am

    *
    Kata “KAMI” dalam ayat-ayat Al-Quran ialah bahwa dalam melakukan sifat ke-Tuhana-nNya Allah menggunakan mahluk-Nya sebagai perantara. Jadi tidak Allah saja yang ikut berurusan dalam suatu kejadian.

    Misalnya untuk menciptakan manusia, Allah menggunakan sepasang pria wanita. Dengan ijin-Nya telah ditiupkan ruh kepada rahim seorang ibu. Atau juga ketika penciptaan Nabi Isa yang lahir dari kelamin Siti Maryam. Atau juga dalam penyampaian wahyu karena menggunakan Jibril dan rasul untuk sampai kepada manusia.

    Balas
    • staff mengatakan

      6 September 2011 pada 2:32 am

      ~
      Penggunaan kata “kami”, sebenarnya kurang tepat karena bisa menjadi bias dengan pengertian plural. Tetapi kata itu dapat digunakan untuk menunjukkan suatu fenomena yang berlatar hukum Tuhan dan kekuasaan Tuhan sekaligus. Dengan kata lain kata “kami” dalam Al-Quran adalah istilah “jamak kebesaran” yaitu gelar kebesaran Allah.

      Yang menjadi pertanyaan, kalau umat Muslim dapat memahami kata “Kami” sebagai “jamak kebesaran” Allah, lalu apa sulitnya memahami Allah, Kalimat Allah dan Roh Allah adalah satu hakikat. Esa. Tiga oknum dalam satu Pribadi?
      ~
      SL

  7. ando mengatakan

    16 November 2011 pada 3:23 am

    *
    Anak bisa tumbuh, dan sifat bisa menyerupai sang bapa. Bagi umat Muslim, kami menyadari amat sangat jauh sifat dan kuasa kita antara manusia dengan Tuhan (Allah). Kami menyadari manusia itu tidak ada apa-apanya dengan Tuhan, maka kami menyebut diri kami hamba, karena tak satupun manusia bisa memiliki sifat Tuhan secara utuh, karena hanya Allah yang mempunyai sifat Maha dalam Asmaul husna.

    Balas
    • staff mengatakan

      19 November 2011 pada 5:52 am

      ~
      Saudara Ando,

      Para pengikut Isa Al-Masih yang sejati memiliki hubungan yang sangat baik dengan Allah di sorga. Oleh sebab itu, mengapa kita tidak boleh memanggilnya sebagai Bapa kita? Allah itu tidak jauh. Ia senantiasa berada dekat dengan kita.

      Setiap orang percaya yang benar-benar telah menerima keselamatan dalam Isa Al-Masih, mereka akan disebut sebagai anak-anak Allah, karena mereka telah menerima kuasa dari Allah.

      “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:12)
      ~
      SO

  8. yanto mengatakan

    21 Februari 2012 pada 6:39 am

    *
    Bagi saya sebagai anak maupun sebagai hamba, sama saja. Karena Allah Maha Mengetahui.

    Balas
    • staff mengatakan

      29 Februari 2012 pada 5:39 am

      ~
      Saudara Yanto,
      Tidak ada yang menyangkal bahwa Allah maha mengetahui. Dan perbedaan antara anak dengan hamba, Allah pun lebih mengetahuinya. Allah tahu karena Allah yang menetapkan bahwa ahli waris adalah anak bukan hamba. Itu sebabnya disetiap suku bangsa telah menjadi kebiasaan bahwa ahli waris yang utama dari peninggalan orang tuanya adalah si anak bukan si hamba.

      Ada tertulis demikian, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya (Isa Al-Masih) diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (Isa Al-Masih)”.(Injil, Rasul Besar Yohanes 1:12). Jadi orang yang menerima Isa Al-Masih sebagai Tuhan, dijadikan-Nya anak-anak Allah, yaitu ahli waris sorga yang kekal.

      Bahkan juga tercatat dalam kitab suci saudara bahwa pengikut Isa Al-Masih dimuliakan hingga hari kiamat

      “(Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai `Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya”. (Qs 3:55)
      ~
      NN

  9. Dudi mengatakan

    29 Maret 2012 pada 6:22 pm

    *
    Seorang anak akan cenderung merasa sombong dan angkuh, yang pada akhirnya menjerumuskannya di dunia dan di akhirat. Bahkan tidak akan dapat lagi membedakan hal yang salah dan benar.

    Sebaliknya seorang hamba akan lebih menyadari posisi dan derajatnya, hingga dapat menghindari dari rasa angkuh dan sombong yang akan menghancurkan hidupnya di dunia dan di akhirat.

    Seorang hamba Allah akan berdoa dengan kerendahan hati dan rasa hormat yang tinggi, mereka selalu bersujud dan menyembah Allah Tuhannya Sang Pemilik kerajaan surga.
    Sebaliknya kaum Kristen akan berdoa dengan cara yang disukainya saja. Dengan rasa tinggi hati dan merasa sangat malu untuk bersujud dan menyembah Allah seperti yg dilakukan umat Islam.

    Pak tolong dijawab pertanyaan saya, bukankan umat Kristen tidak pernah menyembah Allah Bapanya karena merasa punya derajat sangat tinggi dan sangat yakin akan diterima di kerajaan surga? Bukankan itu sebuah kesombongan?

    Balas
    • staff mengatakan

      3 April 2012 pada 6:39 am

      ~
      Saudara Dudi salah besar dengan mengatakan orang Kristen tidak pernah menyembah Allah Bapanya. Justru pengikut Isa Al-Masih diperintahkan untuk menyembah Allah Bapanya setiap saat. Bukan hanya lima kali sehari.

      Firman Allah dalam kitab suci berkata, “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh” (Injil, Surat Efesus 6:18). “dan berdoalah senantiasa” (Injil, Surat 1 Tesalonika 5:17).

      Dengan melihat dua perintah dari Allah di atas, apakah masih dapat dikatakan bahwa orang Kristen tidak pernah menyembah Allah Bapanya?

      Kami sebagai pengikut Isa Al-Masih tidak pernah merasa sombong. Tidak ada alasan untuk kami menjadi sombong. Sebab Keselamatan yang kami terima bukanlah hasil usaha kami, tapi pemberian Allah.

      Yang kami tahu hanyalah satu hal, bahwa kelak bila Penghakiman Allah telah tiba, kami tidak akan dilemparkan ke tempat penyiksaan. Tempat di mana orang-orang tidak mengindahkan kebenaran dari Allah.
      ~
      SO

  10. dudi cs mengatakan

    10 April 2012 pada 1:40 pm

    *
    “Saudara Dudi salah besar dengan mengatakan orang Kristen tidak pernah menyembah Allah Bapanya. Justru pengikut Isa Al-Masih diperintahkan untuk menyembah Allah Bapanya setiap saat. Bukan hanya lima kali sehari”

    Admin tidak bisa membedakan antara berdoa dan sholat.

    Balas
    • staff mengatakan

      12 April 2012 pada 5:10 am

      ~
      Saudara Dudi,

      Adakah yang salah dari penjelasan kami di atas? Kiranya saudara dapat menjelaskan letak kesalahannya, supaya kami dapat memperbaikinya.

      Terimakasih!
      ~
      SO

Baca komentar lainnya:

1 2 3 … 10 »

PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR

Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!

Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: .

Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.

Wassalam,
Staf, Isa dan Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 huruf tersedia

Sidebar Utama

Artikel Terbaru

  • Kisah Kelahiran Nabi Isa Menurut Kitab Suci
  • Seorang Muslim Bertemu Allah di Penjara
  • Seorang Muslim Menemukan Pengampunan
  • Selidikilah Sholawat Nabi Muhammad Dan Isa Al-Masih
  • Alkitab – Kitab Suci Umat Kristen

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • Kisah Nabi Isa Singkat Menurut Kitab Allah
  • Isa Al-Masih Dalam Al-Quran
  • Pandangan Orang Kristen Tentang Nabi Muhammad
  • Pandangan Al-Quran Tentang Sorga Dan Neraka
  • Alkitab – Kitab Suci Umat Kristen

Artikel Yang Terhubung

  • Mencintai Isa yang Hidup atau Muhammad yang Mati?
  • Orang Kristen dan Cahaya Kebenaran Allah
  • Bagaimana Allah Dapat Mati?
  • Dari Mana Asal Kata Allah?

Footer

Aplikasi Isa Dan Islam

Aplikasi Isa dan Islam merupakan aplikasi smartphone yang dapat Anda download GRATIS!

App Isadanislam

Renungan Berkala Isa dan Al-Fatihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Social Media

Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
Hak Cipta © 2009 - 2019 Dialog Agama Isa dan Islam. | Kebijakan Privasi |
Kebijakan Dalam Membalas Email
| Hubungi Kami

 

Tunggu dulu!

Anda bisa mempelajari Isa Al-Masih dan agama Islam mendalam dengan menerima bulletin berkala Isa dan Al-Fatihah yang gratis.
Daftarlah sekarang!



 


 
 
 




×