JIHAD adalah kata yang selalu kita dengar bila terjadi bom di tempat-tempat umum dan memakan begitu banyak korban tak bersalah. Bila ada teroris tertangkap mereka selalu mengatas-namakan JIHAD atas semua kerusuhan yang telah mereka timbulkan. Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim sering menjadi sasaran para teroris yang mengatas-namakan jihad. Pertanyaannya adalah, apakah Jihad Islam atau kasih Isa Al-Masih yang mesti diterapkan oleh manusia? Mana yang baik bagi manusia dari antara keduanya? Ijinkan kami menjelaskannya.
Jihad dalam Islam
Jihad dalam bahasa Indonesia berarti “Berusaha Keras” atau “Berjuang”. Dalam konteks Islam Jihad berarti “Berjuang menegakkan syariat Islamiah”. JIHAD juga sering diartikan sebagai “Perang Suci”. Ayat QS 2:216; QS 8:39; QS 9:29 adalah sebagian dari ayat-ayat dalam Al-Quran yang menyerukan perang. Para pembela kaum Islam mengartikan bahwa tujuan dari ayat ini adalah tindakan yang harus dilakukan sampai musuh-musuh mereka memeluk agama Islam, dan akhirnya “agama Allah (Islam) menjadi penguasa tunggal!”.
Jihad Diartikan Dari Segi Agresif
Dapat diartikan bahwa ini adalah pernyataan perang yang sangat agresif. Sifatnya menyerang, karena orang yang sedang menyerang tidak mungkin dikejar, orang yang melarikan dirilah yang dikejar. Namun tentu saja, orang-orang Muslim biasa yang mempunyai akal sehat dan yang tinggi nilai kemanusiaannya, akan mengabaikan saja ayat-ayat semacam ini. Lagi banyak orang Islam juga mengartikan jihad sebagai “jihad dengan pena” dan “jihad melalui argumentasi” dan menolak jihad dengan pedang.
Isa Al-Masih melarang Perang?
Lalu bagaimana pandangan Injil tentang “Perang Suci” ini? Ketika Isa Al-Masih akhirnya ditangkap, Petrus salah seorang murid-Nya, mencabut pedangnya guna mempertahankan Tuhannya dari tangan para serdadu Romawi yang menangkap-Nya, akan tetapi Isa MENGHARDIK Petrus. “Kata Yesus [Isa Al-Masih] kepadanya, “Masukkan kembali pedangmu ke dalam sarungnya, sebab semua orang yang menggunakan pedangnya akan mati oleh pedang” (Injil, Rasul Matius 26:52).
Kasih Adalah Cara Allah!
Isa Al-Masih tidak mengajarkan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan Dia mengajarkan supaya umat-Nya saling mengasihi, bahkan kepada musuh sekalipun. “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; minta berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu”. (Injil, Rasul Lukas 6:27).
Lewat penjelasan di atas kita dapat memahami dan membedakan dengan jelas tentang Jihad Islam atau kasih Isa Al-Masih?. Kita juga dapat mempertimbangkan dan mengikuti ajaran mana yang terbaik bagi manusia. Tentunya semua orang pasti tidak mau hidup diperangi dan dimusuhi, bukan? Kasih Isa Al-Masih adalah terbaik, hiduplah dalam kasih-Nya, bahkan kasih-Nya menyelamatkan semua orang.
(Saodah)
sumin mengatakan
~
Baca tafsir (Qs 8:12) adalah ayat yang menceritakan Perang Badar, sebagai perang perdana antara Islam melawan musyrik yang berjumlah lebih banyak dan mempunyai peralatan baju besi lengkap. Dalam peperangan tersebut Allah berfirman, bahwa titik lemah musuh ada di leher dan di ujung jari. Jika di leher terlihat seolah-olah ada pakaian besi, padahal tidak hanya sarung kain saja sebagai tutupan leher, sedangkan di jari tidak menggunakan sarung besi sampai ke ujung jari, hanya sarung kain saja di ujung.
staff mengatakan
~
Saudara Sumin,
Saudara merujuk kepada tafsir. Pertanyaannya adalah apakah dalam ayat-ayat di Qs 8:1-75 disebutkan bahwa itu terjadi pada masa perang badar. Bukankah itu tafsiran? Atau sangat baik bila Al-Quran dibantu dengan hadits agar lebih jelas. Bagaimana saudara?
~
Solihin
sumin mengatakan
~
Qs Al-Anfal, sangat jelas minimal enam ayat tentang perang Badar. Redaksinya dimulai “ingatlah“ (7, 8, 9, 10, 11, 12).
Hadist/tafsir Al-Anfal: Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya dari Mush’ab bin Sa’ad dari bapaknya, ia berkata, “Ketika telah terjadi peperangan Badar, aku datang membawa pedang, lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah mengobati (rasa marah) dadaku kepada kaum musyrik” dst. Abu Dawud juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas..
Dari Abdurrahman Ibnu ‘Auf Radliyallaahu ‘anhu tentang kisah pembunuhan Abu Jahal. Ia berkata: “Mereka berdua (Mu’awwidz dan Mu’adz) saling berlomba memancungnya, hingga mereka membunuhnya.”
staff mengatakan
~
Saudara Sumin,
Kami telah memeriksa ayat-ayat itu. Tidak ada disebutkan bahwa itu perang Badar. Dan kami tidak menemukan bunyi hadits di atas yang menjelaskan bahwa Qs 8:12 adalah perang Badar. Tetapi kami menemukan bentuk sadisme dari hadits yang saudara kutip. Jelas, ini bertentangan dengan ajaran Isa Al-Masih untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama (Injil, Rasul Markus 12:30, 31). Pertanyaannya adalah dari hadits yang saudara kutip dimana letak kasih sayang terhadap sesama? Bagaimana saudara?
~
Solihin
sumin mengatakan
~
Mengenai surah Al-Anfal sangat banyak menjelaskan perang Badar. Anda bisa baca di tafsir Al-Quran yang ada arti, tafsir Depag, tafsir Al-mishbah, dan hampir semua Al-Quran yang ada arti seperti Al-Quran-ku, Al-Quran cet SABIQ, dll. Hampir semua ada catatan kakinya tentang perang Badar. Anda datang saja ke toko buku itu ayat terlalu umum.
Dalam hal ini semakin jelas kedangkalan Kristen membuat pemahaman keliru terhadap Islam. Dan dari cara admin menanggapi komen AnakkuNafiisah terhadap Yeremia 50:21, Yosua11:10 dll ini telah membuktikan subjektivitas dan kesesatan Kristen.
staff mengatakan
~
Saudara Sumin,
Barangkali saudara lupa bahwa pertanyaan kami adalah apakah dalam ayat-ayat di Qs 8:1-75 disebutkan bahwa itu terjadi pada masa perang badar. Ayat berapa yang menyatakan itu perang Badar? Bukankah yang saudara berikan adalah tafsiran? Dan dari hadits yang saudara kutip dimana letak kasih sayang terhadap sesama? Bagaimana saudara?
~
Solihin
umar mengatakan
~
Dalam buku hadist kisah pembunuhan Abu Jahal (Panglima Musyrikin) yang dilakukan oleh dua orang pemuda (Mu’awwidz dan Mu’adz) yang ikut dalam perang Badar diceritakan: “Mereka berdua saling berlomba memancungnya, hingga mereka membunuhnya.”
Apakah sadis? Yang namanya perang, wajarlah terjadi pemancungan. Karena kalau tidak memancung, maka akan dipancung lawan. Selama dalam perang apalagi main pedang masak berperang seperti orang main anggar kaya orang gelitik kaya anak TK? Nah, yang dilarang dalam Islam adalah menyiksa tawanan yang sudah menyerah. Bagaimana admin?
staff mengatakan
~
Saudara Umar,
Bukankah Abu Jahal sudah dalam keadaan kritis pada perang itu? Jelas, ini tertuang dalam hadits. “Mendatangi Abu Jahal dalam keadaan kritis pada perang Badar. Maka Abu Jahal berkata; Apakah aku lebih celaka dari seseorang yang kalian bunuh?” [HR. Bukhari No.3666]. Bukankah sadis memancung kepala orang yang dalam kondisi kritis? Pernyataan saudara sangat bertentangan dengan bunyi hadits di atas. Pertanyaannya adalah dimanakah letak kasih sayang terhadap sesama? Bagaimana saudara?
~
Solihin
sumin mengatakan
~
Selain dalam buku tafsir, dalam sirah nabawiyah banyak sekali bercerita tentang perang Badar dan Qs-Al-anfal, yang penting saat ini saudara sudah tahu tentang Al-Anfal. Masalah pengakuan tidak penting saya sangat maklum dengan admin.
Apakah sadis pembunuhan Abu Jahal? Kejadian itu sudah terjadi dalam perang Badar. Menurut saya beruntunglah orang yang berhasil membunuh Abu Jahal. Abu Jahal sangat pantas menerima mati hina dipenggal dalam peperangan. Dan menurut saya pula pembunuhan Abu Jahal sangat santun daripada pembantaian brutal pada orang Amalek yang diceritakan dalam Alkitab.
staff mengatakan
~
Saudara Sumin,
Terimakasih untuk tanggapan saudara. Tetapi itu belum menjawab pertanyaan kami. Apakah dalam ayat-ayat di Qs 8:1-75 disebutkan bahwa itu terjadi pada masa perang badar. Ayat berapa yang menyatakan itu perang Badar? Bukankah yang saudara berikan adalah tafsiran? Bagaimana saudara?
~
Solihin
sumin mengatakan
~
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.: Dari Said bin Jubair, ia berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Abbas ra…, Aku bertanya lagi: Bagaimana dengan surat Al-Anfaal? Ia menjawab: Surat itu diturunkan ketika Perang Badar. Bagaimana dengan surat Al-Hasyr? Tanyaku. Ia menjawab: Diturunkan berkenaan dengan Bani Nadhir.
Diriwayatkan oleh ath-Thabarani di dalam kitab al-Ausath,dari Ibnu ‘Abbas bahwa Ibnu ‘Abbas berkata: “Demi Allah, ayat ini (al-Anfaal: 70) turun berkenaan dengan diriku ketika aku mengingatkan Rasulullah saw. bahwa aku telah masuk Islam.”
staff mengatakan
~
Saudara Sumin,
Terimakasih untuk usaha saudara menjawab pertanyaan kami. Kalau boleh tahu, kapan hadits itu ditulis, pada masa nabi saudara atau kapan tahun penullisan hadits tersebut? Dan bila saudara mengutip hadits untuk membenarkan pendapat saudara, maka sesungguhnya tidak ada keterangan dalam Al-Quran bahwa Qs 8:12 terjadi pada masa perang Badar. Benarkah demikian? Bagaimana saudara?
~
Solihin
sumin mengatakan
~
Saya tidak mengutip pendapat saya. Cerita perang badar sangat banyak dalam kitab sirah nabawiyah, dan ceritanya tidak bisa dilepaskan antara Qs Al-anfal dengan Perang badarnya. Dalam Al-Quran Allah tidak perlu menjelaskan secara detail keterangannya, karena ada nabi dan ayatnya pun turun berangsur-angsur maka yang pertama-tama bisa menafsirnya ayat adalah nabi, disusul sahabat-sahabat nabi, disusul generasi pengikut sahabat, dst.
Dan mengenai teknis penulisan hadis itu masalah lain. Saya tidak begitu detail tentang teknis penulisan hadis, yang jelas penulisan hadis lebih baik dibandingkan penulisan Alkitab.
staff mengatakan
~
Saudara Sumin,
Kami menghargai klaim saudara tentang penulisan hadits jauh lebih baik, sekalipun itu saudara perlu membuktikannya. Karena hingga saat ini pun, pertanyaan kami belum terjawab. Kami bertanya kepada saudara. Apakah dalam Qs 8:12 ada keterangan perang badar? Kapan hadits itu ditulis, pada masa nabi saudara atau kapan tahun penulisan hadits tersebut? Bagaimana saudara?
~
Solihin
ukang mengatakan
~
Isen-iseng di toko Gramedia baca Al-Quran arti dari Sura Al-Anfal, memang ceritanya tidak bisa dilepaskan dari perang Badar. Bahkan saya menemukan hal baru dalam Al-Quran, rupanya Al-Quran adalah salah satu kitab yang paling lengkap dalam mengatur hukum-hukum perang, dan hebatnya dalam Al-Quran itu ada ayat yang menyuruh memberi makan yang enak untuk tawanan perang (Qs 76:8).
staff mengatakan
~
Saudara Ukang,
Sura Al Insaan 76:8 bukan dalam konteks perang, tetapi dalam konteks hubungan Allah dengan manusia. Silakan saudara membaca mulai dari ayat 1. Nah, kami ingin bertanya kepada saudara. Pada Qs 8:12, bagian mana yang menyebutkan bahwa itu terjadi pada perang Badar? Bagaimana saudara?
~
Solihin
Sadise mengatakan
~
Pada tahun 1209, Vatikan mengirim 30.000 tentaranya untuk menyerbu dan menghabisi Kaum Gnostik yang berpusat di Selatan Perancis, daerah Languedoc. Ini yang dikenal dalam sejarah sebagai Perang Salib Albigensian.
Di kota Bezire saja terbunuh 15.000 lelaki, perempuan, dan anak-anak kecil. “Ketika itu, seorang perwira menanyakan pada wakil Paus bagaimana dia dapat membedakan orang-orang yang dituduh melakukan bid’ah (Kaum Kathari) dengan orang-orang yang beriman. Jawaban wakil Paus sungguh mengagetkan, “Bunuh saja semua. Tuhan akan mengenali hamba-Nya sendiri.” (Michael Baigent dkk, “The Holy Blood, Holy Grail”, 1982). Sejarah Dunia menyebutkan jika Perang Salib Albigensian merupakan genosida pertama yang terjadi di Eropa.
staff mengatakan
~
Saudara Sadise,
Isa Al-Masih bersabda, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini” (Injil, Rasul Markus 12:30, 31).
Bukankah indah sabda Isa Al-Masih? Kami yakin setiap orang yang tidak mengikuti ajaran Isa Al-Masih sedang menentang Isa Al-Masih. Demikian juga ajaran yang terdapat dalam Qs 8:12. “Ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman.’ Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.”
Tidakkah ini bertentangan dengan ajaran Isa Al-Masih? Dengan demikian, ajaran siapakah yang menekankan kasih? Bagaimana saudara?
~
Solihin
ukang mengatakan
~
Saudara hanya jualan kecap saja. Jika orang lagi bicara perang sebaiknya saudara bicaralah perang versi Bible, bukan malahan jualan kecap Yesus.
Mengenai perang badar sudah terjawab oleh follower di atas. Saudara Solihin, yang namanya tawanan perang, pasti hasil tangkapan perang, memangnya hasil tangkapan ikan. Bagaimana saudara ini? Nah, di sini jelas sekali melalui Qs 76:8 ini Al-Quran telah membuktikan sebagai kitab yang paling lengkap yang mengatur perang seperti tidak boleh membunuh tawanan bahkan menyuruh memberi makanan yang enak. Dalam hal ini berbeda jauh dengan Bible isinya sangat brutal dalam peperangan.
staff mengatakan
~
Saudara Ukang,
Kami tidak menjual kecap. Kami memberikan pertanyaan yang jelas. Pada Qs 8:12, bagian mana yang menyebutkan bahwa itu terjadi pada perang Badar? Teman Muslim lainnya belum memberikan jawaban atas pertanyaan kami. Mereka menggunakan tafsiran, tetapi tidak dapat menunjukkan bagian mana dari Qs 8:12 terjadi pada masa perang Badar.
Kami ingin memberikan pertanyaan lain. Apakah saudara sudah membaca Qs 76:8 mulai dari ayat 1? Ayat itu bukan dalam konteks perang dengan sesama tetapi konteks hubungan Allah dengan manusia. Bagaimana saudara?
~
Solihin