Joyo Darsono, sangat bangga menjadi abdi dalem/pelayan di Keraton Yogyakarta. Sebab dia dipercayai Sultan Keraton Yogyakarta dan mendapatkan kepuasan batin. Tentu, boleh bangga menjadi abdi dalem, namun tidak ada abdi dalem yang mewarisi tahta kerajaan. Hanya anak (atau keluarga)Sultan yang pasti mewarisinya. Buktinya, Sultan Hamengku Buwono VII, VIII, IX dan ke X, adalah satu keturunan.
Manakah lebih baik, menjadi “hamba” Allah atau “anak” Allah? Dan, apakah pewaris surga untuk Hamba Allah atau anak Allah?
Makna Manusia Menjadi “Hamba Allah” Menurut Al-Quran
Islam percaya bahwa relasi manusia dan Allah SWT adalah hubungan seorang hamba/’abid dengan tuannya. Hamba harus senantiasa taat dengan ikhlas sepenuh hati pada tuannya. “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah . . .” (Qs 4:125). Padahal selama kita masih mengharapkan sorga, ketundukan kita tidak dapat ikhlas sepenuhnya.
“Hamba Allah” Tidak Pasti Menjadi Pewaris Surga
Karena relasi tuan-hamba, para Mukmin dinilai berdasarkan amalnya. Jika perbuatan baik mereka lebih banyak dari dosa-dosanya, maka masuk sorga. Sebaliknya, jika dosa mereka lebih banyak daripada kebaikannya, maka masuk neraka (Qs 18:48-49,103-106).
Akibat relasi tuan-hamba, para Mukmin tidak pasti mendapat warisan sorga. Itulah sebabnya para Mukmin selalu berkata “insya Allah”, “mudah-mudahan”, “semoga” dan “allahu alam/hanya Allah SWT yang tahu.” Tepatlah Kitab Allah menuliskan bahwa “hamba” tidak memperoleh warisan sorga (Injil, Surat Galatia 4:7).
Makna “Anak Allah”, Menurut Kitab Allah
Injil mengajarkan konsep anak Allah. Melalui kematian-Nya di kayu salib, Isa mengangkat setiap orang yang percaya kepada-Nya menjadi anak Allah. “… semua orang yang menerima-Nya [Isa Al-Masih] diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, … yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:12-13).
“Anak Allah” Pasti Menjadi Pewaris Surga
Tujuan pengangkatan anak ini ialah agar umat-Nya “… menjadi ahli waris Kerajaan [sorga] yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Injil, Surat Rasul Besar Yakobus 2:5). Bukankah orang tua kita membagikan warisannya kepada anak-anaknya, dan bukan kepada pembantunya? Terlebih lagi Allah, memberikan warisan sorga dan hidup kekal hanya kepada anak-anak-Nya.
Karena penilaian seorang hamba Allah SWT adalah amalnya, maka para Mukmin tidak pasti menjadi pewaris surga. Sebaliknya, anak Allah beroleh pengampunan dosa dan pewaris surga karena karya penyelamatan Isa Al-Masih.
Saudara dapat berdoa mohon pengampunan dosa kepada Isa Al-Masih, supaya menjadi anak Allah secara rohani dan mewarisi kehidupan kekal di sorga.
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa menjadi hamba Allah tidak mempunyai hak menjadi pewaris surga?
- Sekarang mana yang Saudara pilih, menjadi “hamba Allah” atau “anak Allah”? Berikan alasan pilihan Saudara!
- Mengapa konsep anak Allah lebih baik dari konsep budak Allah?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Lebih Baik Hidup Sebagai “Anak” Ataukah “Hamba” Allah?
- Budak Allah Atau Anak Allah, Mana Yang Lebih Baik?
- Mengapa Orang Kristen Memanggil Allah Sebagai “Bapa”?
- Ke Sorga, Mengapa Tidak Cukup Menjadi Kekasih Allah?
- Ceritera Inspiratif Yatim Bagi Mukmin Dan Nasrani
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
ahmad mengatakan
~
Alhamdulillah makin jelas antara Islam dan Kristen. Dari topik ini semakin menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan tanggung jawab. Tiada jaminan orang masuk surga tiada lain yang menyembah Allah dan selalu beribadah ke Allah. Kristen mengajarkan konsep anak Allah, dan dijamin masuk surga. Cocok untuk Yesus dimana nabi Allah, manusia tanpa dosa, sedangkan kita semua manusia yang selalu berdosa. Apakah cocok dengan gelar anak Tuhan? Terima kasih, mohon maaf bila belum berkenan.
staff mengatakan
~
Saudara Ahmad,
Orang yang sudah diperdamaikan dengan Allah akan diangkat menjadi anak Allah sehingga memperoleh warisan. Sedangkan seorang hamba tidak akan memperoleh apa-apa. Ini menjelaskan bahwa sorga adalah hak Allah atau rahmat Allah. Sungguh berbeda dengan seorang hamba. Sekalipun ia telah bekerja puluhan tahun, maka ia tidak akan memperoleh apa-apa. Ini merupakan gambaran bahwa sekalipun manusia berbuat baik atau beramal, maka sorga tidak akan diberikan karena ia adalah hamba.
Muslim adalah hamba Allah, sedangkan pengikut Isa Al-Masih adalah anak Allah. Pertanyaanya, manakah yang lebih baik menjadi hamba atau anak Allah?
~
Solihin
anton mengatakan
~
Allah akan lebih memihak kepada hamba Allah yang mengabdi dengan tulus daripada kepada anak Allah yang durhaka. Allah akan menghukum orang-orang yang menduakan Tuhan, mentigakan Tuhan, dsb.
staff mengatakan
~
Saudara Anton,
Warisan hanya dapat diberikan kepada seorang anak, bukan seorang hamba atau budak. Bagaimana pun perilaku anak tersebut, ia pasti mendapatkan warisan. Sebab ia adalah anaknya.
Demikianlah hidup seorang manusia yang diangkat menjadi anak Allah memperoleh warisan sorgawi dari pada seorang hamba Allah. Pertanyaannya, bagaimana cara saudara menerima warisan sorgawi bila saudara hanya seorang hamba?
~
Solihin
syai baba mengatakan
~
Tuhan telah menjelma dalam diri Syai Baba. Syai Baba itu adalah Tuhan bapak. Jadi, untuk apa lagi jadi anak?
staff mengatakan
~
Saudara Syai Baba,
Menjadi anak Allah sangat penting sebab setiap orang yang diangkat menjadi anak Allah memperoleh jaminan pasti masuk sorga. Isa Al-Masih berfirman, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kecuali melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Ini menjelaskan betapa indah dan menyenangkan menjadi anak Allah dari pada hamba Allah. Pertanyaannya, apakah saudara memiliki tujuan yang jelas dalam hidup ini agar mendapatkan warisan sorgawi? Bagaimana?
~
Solihin
xucinxgaronx mengatakan
~
IDI
Hamba Allah tentu saja terikat dengan peraturan / hukum syariat yang dibuat Allah. Kalau mau bebas merdeka dari peraturan Allah itulah yang namanya kafir terhadap Allah.
Yesus tak pernah memerdekaan siapapun dari peraturan Hukum Taurat. Ikut perintah Yesus adalah menjalankan perintahnya
Matius 5:17, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”
Penggenapan Hukum Taurat dijabarkan Yesus dalam kelanjutanya Matius 5:18 sampai Matius 7:29 dan faktanya tak satupun Kristen menjalankan perintah Yesus tersebut
staff mengatakan
~
Saudara Xucinxgaronx,
Posisi sebagai hamba ataupun sebagai anak tentu ada tetap ada peraturan. Sebagai hamba Allah atau Anak Allah tentu saja tetap ada peraturan yang harus ditaati. Namun ada perbedaan antara hamba dan anak, bukan?
Antara hamba dan tuannya ada jarak dan ada batasan serta tidak ada ikatan emosional. Namun sebagai anak, tentu memiliki ikatan emosional dengan ayah atau ibunya serta memiliki hubungan yang sangat dekat dan akrab tanpa ada yang membatasi seperti hamba dan tuannya.
~
Noni
jhon mengatakan
Yg pasti memilih jadi anak… knp .. krn anak memiliki hak sedangkan hamba pastilah menunggu/berharap dapat gak dlm hal ini warisan sorga…. dan walaupun kita anak tentunya hanya terpilih untuk menjadi raja… lihat saja Yesus raga manusiaNya terpilih untuk menebus dosa manusia… sedangkan muhamad jika benar adalah rasul knp dia selalu berkata hamba… bukankah ini suatu pertanda bahwa dia muhammad hanya berstatus hamba saja tak lebih…
staff mengatakan
~
Saudara Jhon,
Pilihan yang bijak sekali. Menjadi anak merupakan kesempatan istimewa untuk memiliki relasi yang dekat dengan Allah. Di samping itu, menjadi anak memiliki hak waris. Sedangkan menjadi hamba, hanya cukup puas untuk melayani tuan dan keturunannya. Terimakasih saudara Jhon.
~
Solihin
Surya Adi Nugraha mengatakan
MAAF:
1. BAGAIMANA BILA ANAK ALLAH TIDAK MENGASIHI DIA? DIA MENGAKU KRISTEN TETAPI TIDAK MENJALANKAN KEWAJIBANNYA SECARA UTUH SEPERTI YG ADA DI INJIL. APAKAH MASIH DISEBUT ANAK ALLAH?
2. Tidak pantas Tuhan Allah memiliki Anak karena Dia tidak memiliki pewaris, Dia mustahil mati seperti Makhluk-Nya. Dia juga tidak memiliki istri. Jadi kata Hamba bagi setiap Makhluk Ciptaan-Nya adalah lebih pantas.
3. Allah tidak memberi keterangan apapun kecuali Yesus as adalah hamba Allah yg diberikan nikmat sbg Nabi & Rasul. Semua ayat di Injil menyatakan ketidaksetaraan antara Allah & Yesus. Allah yg menciptakan Yesus di dalam kandungan Maryam tanpa ayah.
staff mengatakan
*****
Saudara Surya,
1. Apakah ketika anak saudara tidak taat pada saudara sebagai orang tua, maka saudara menolak anak saudara sebagai anak? Atau bila saudara sebagai anak tidak taat kepada orang tua saudara, apakah orang tua saudara tidak mengakui saudara sebagai anaknya? Silakan saudara memikirkannya.
2. Konsep Tuhan memiliki istri dan anak merupakan konsep manusia. Bila ada kitab yang memiliki konsep demikian, maka dapat dipastikan bahwa kitab tersebut bukan firman Allah, tetapi perkataan manusia. Pertanyaannya adalah mungkinkah Allah mempunyai anak biologis? Mengapa?
3. Apakah saudara sudah membaca Injil secara menyeluruh? Injil menjelaskan bahwa Isa Al-Masih memiliki sifat yang sama dengan Allah. Dia kekal (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:58). Dia suci (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:46). Ini membuktikan bahwa ada kesamaan sifat antara Allah dan Isa Al-Masih. Bagaimana menurut saudara?
~
Solihin
@Jhon Lukas mengatakan
~
Buat : Umat Muslim
Saudaraku, sorga untuk semua umat manusia yg dikasihi Allah. Mengapa…? Contohnya ketika Isa al-Masih disalibkan dengan 2 orang jahat, 1 orang berkata : Yesus ingatlah aku apabila engkau datang sebagai raja, Jawab Yesus sesungguhnya hari juga engkau akan ada bersamaku didalam firdaus[sorga]
Masalahnya adalah, ketika kita percaya kepada Yesus Kristus walaupun kita tidak mengenal Yesus Kristus dan mengakui dan merendahkan diri dihadapannya, maka sorga bagi semua orang. Amin
Jadilah anak-anak Allah, jangan menjadi hamba Allah, hamba Allah adalah kenajisan, Muhammad berkata Nafasku ada di dalam Isa Al-Masih, tetapi menyembah Berhala. Amin Ya Allah Ku Yesus ampunilah Umat Muslim.
andi mengatakan
~
Kita coba batasi pembicaraan pada lingkup tiga agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Yahudi mengakui keesaan Allah. Nasrani keesaan Allah dalam bentuk tiga yaitu Roh Kudus, Allah Bapa, Yesus. Islam mengakui keesaan Allah. Apabila ajaran Nasrani benar maka Yahudi dan Islam masuk neraka. Tapi faktanya dari tiga agama ini Yahudi dan Islam yang benar-benar mengakui keesaan Allah.
Maka yang bisa masuk surga tinggal Yahudi dan Islam. Tetapi persoalannya Yahudi tidak mengakui kerasulan Isa dan Muhammad, makanya masuk neraka. Jadi, janganlah umat Nasrani sesuka hati klaim bisa masuk surga sementara ajarannya saja menyimpang dari apa yang diajarkan Taurat, yaitu keesaan Allah.
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Saudara Andi,
Kami menghargai pendapat saudara yang mencoba menekankan keesaan Allah. Memang ketiga agama yang disebutkan oleh saudara menekankan keesaan Allah. Tetapi mengetahui keesaan Allah bukan jaminan pasti masuk sorga. Sebab Iblis pun mengetahui bahwa Allah adalah esa (Injil, Surat Yakobus ). Pengikut Isa Al-Masih yakin dan pasti masuk sorga karena Isa Al-Masih yang berfirman, “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:18).
Bagaimana dengan Islam? Apakah Islam yakin dan pasti masuk sorga? Adakah tertulis dalam Al-Quran mengenai hal ini? Bukankah seorang hamba tidak mendapat bagian dalam diri tuannya? Bagaimana menurut saudara?
~
Solihin