“……Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-‘umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya….” (Qs. 2:158). Ayat ini menjadi dalil bagi Muslim, jika naik haji menjamin keselamatan mereka.
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam. Hal ini wajib dilakukan bagi mereka yang mampu. Seseorang yang sudah menunaikan ibadah haji disebut sebagai “Haji/Hajjah”.
Bagi seorang Muslim, sebutan “Haji/Hajjah” mempunyai arti tersendiri. Itulah sebabnya tidak sedikit umat Muslim setiap tahunnya berlomba-lomba menunaikan ibadah haji. Mereka sangat menghargai ritual ibadah naik haji. Tetapi pertanyaannya adalah apakah naik haji menjamin keselamatan para Mukmin? Pernahkan pertanyaan ini dipikirkan?
Ritual Saat Menunaikan Ibadah Haji
Dalam menunaikan ibadah haji, seseorang diwajibkan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Selain itu juga mencium batu hitam yang disebut Al-Hajr al-Aswad. Mereka juga diharuskan berlari bolak-balik antara bukit As-Safa dan Al-Marwa.
Sebagai ritual, mereka juga harus melemparkan tujuh batu pada tiga tiang (jamarat). Tiap tiang diyakini merupakan Setan.
Ritual Haji Dan Agama Pra-Islam
Ritual mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali bukanlah ritual pertama yang dilakukan oleh umat Muslim. Ritual ini sudah dilakukan oleh penyembah berhala di Arab, jauh sebelum Muhammad mendirikan agama Islam.
Saat itu, mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali bertujuan untuk menyembah Hubal dan Shams (dewa bulan dan matahari). Sedangkan mencium batu hitam merupakan acuan kepada Hubal. Mereka meyakini, para Dewa dan Dewi mempunyai batu khusus yang akan menggantikan perwujudan diri mereka. Sementara melempar batu, juga merupakan ritual yang berhubungan dengan dewa-dewa palsu.
Sedangkan bukit-bukit kecil yang disebut bukit As-Safa dan Al-Marwa, dipercaya merupakan tempat dewa Isaf dan Naila. Sering orang bertanya, mengapa pengikut haji harus berlari bolak-balik di antara bukit itu. Bukankah ini juga dilakukan para penyembah Isaf dan Naila di zaman Jahiliah?
Menurut pakar Islam, Yusuf Ali, “Keseluruhan ziarah penyembah berhala dirohanikan dalam Islam” (Yusuf Ali, catatan kaki no 223, hal. 80, terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Inggris).
Apakah Naik Haji Menjamin Keselamatan?
Bila dilihat dari sisi lain, naik haji merupakan ritual ziarah ke makam Muhammad. Pertanyaannya, dapatkah orang yang sudah mati dapat memberikan keselamatan?
Jelas ritual menunaikan ibadah haji tidak dapat memberi jaminan keselamatan bagi seseorang. Walaupun tidak sedikit haji/hajjah merasa dirinya sudah layak untuk mendapatkan keselamatan.
Keselamatan Menurut Injil Terpisah dari Ritual
Seseorang yang merindukan keselamatan hanya perlu memintanya kepada Allah, bukan melalui ritual-ritual. Keselamatan yang diterima umat percaya berdasar pada iman akan Isa Al-Masih. Jadi, bukan naik haji menjamin keselamatan sorgawi para Mukmin melainkan kemurahan Allah melalui Isa Al-Masih.
Keselamatan itu merupakan anugerah (pemberian cuma-cuma) dari Allah, bukan upah. Anugerah adalah “. . . kemurahan Allah . . . dan kasih-Nya kepada manusia … bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya . . . .” (Injil, Surat Titus 3:4-5).
Keselamatan Bukti Kasih Allah
Isa Al-Masih mengajarkan berita yang sempurna. Ia mati tersalib untuk menggantikan dan membayar hukuman dosa manusia. Allah melakukan ini karena Dia mengasihi manusia. Dia ingin manusia menikmati kekekalan bersama dengan Dia di sorga!
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya [Kalimat-Nya] yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16).
[Staff Isa dan Islam – Kami mengundang Saudara juga membaca karangan berhubungan dengan Sholat, Kiblat dan Konsep ‘Rumah Allah’]
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silahkan klik pada link-link berikut:
- Kesaksian Fatimah Tentang Ritual Ajaran Islam
- Bagaimana Jika Tidak Mampu Menjalankan Syariat?
- Menunaikan Ibadah Haji Menghapus Semua Dosa Saya?
- Allah Islam Membedakan Dosa Kecil Dan Besar
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
abdullah mengatakan
*
Yang jelas Muhammad bukan pembawa ajaran baru dan bukan pendiri agama Islam, jika anda beranggapan bahwa Muhammad pendiri agama Islam anda nol besar, jadi kita harus memahami dulu apa itu agama!
staff mengatakan
~
Saudara Abdullah,
Jika memang bukan Muhammad pendiri agama Islam, lalu siapakah pendiri agama Islam sebenarnya? Sebab setahu kami, tidak ada satu nabi/rasul Allah yang datang ke dunia ini dengan misi agama tertentu, selain Muhammad tentunya.
Semua nabi/rasul Allah yang datang, mulai dari awal hingga Isa Al-Masih, misi yang mereka bawa adalah, agar manusia berpaling dari hidupnya yang penuh dengan dosa, dan mencari wajah Allah.
Untuk itu pulalah Isa Al-Masih datang ke dunia, memberi Jalan dan Petunjuk bagi manusia agar mereka mendapatkan kasih karunia keselamatan dari Allah. Sebab keselamatan adalah anugerah dari Allah di dalam Isa Al-Masih, bukan pada satu agama tertentu.
~
SO
Azriadi mengatakan
*
Bangunan Kabah telah ada bahkan sebelum bangsa Arab ada, Ibrahim dikenal sebagai pendiri Kabah tapi bukan yang pertama mendirikan Kabah.
Tujuan didirikan Kabah adalah sebagai Baitullah, Bait Allah atau Rumah Tuhan merupakan tempat untuk mengadakan ritual mengingat Allah. Ibrahim atau Abraham oleh bangsa lain dikenal sebagai Brahma. Karena adanya pengaruh kebudayaan pagan akhirnya Kabah dipenuhi patung berhala.
staff mengatakan
~
Umat Muslim percaya bahwa Ka’bah adalah sebuah bangunan suci. Merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah untuk hal hal yang bersifat ibadah. Selain itu, merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat musim haji dan umrah.
Menurut ajaran Alkitab ketika seseorang menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat maka Roh Kudus di dalam dirinya. Roh tersebut berfungsi sebagai penolong, pemimpin, dan penghibur yang setia. Roh Kudus merupakan penghubung antara umat Kristen dengan Allah.
Orang Kristen percaya bahwa Roh Kuduslah yang memampukan mereka menjalani hidup Kristen. Roh Kudus tinggal di dalam diri setiap orang Kristen sejati. Setiap tubuh orang Kristen adalah Bait Suci tempat tinggal Roh Kudus.
“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (Injil, Surat 1 Korintus 3:16)
~
SL
San-San mengatakan
*
Untung saya tidak diwajibkan naik haji. Karena Tuhan Yesus baik, keselamatan tinggal minta dalam doa dan penyerahan diri sepenuhnya untuk mengikuti firman-Nya dan hidup kudus, gratis pula.
Percuma kalau status Haji namun hidup tidak dalam kekudusan, contohnya koruptor. Orang Kristenpun yang korupsi artinya juga tidak hidup dalam kekudusan dan tidak menuruti kehendak-Nya.
staff mengatakan
~
Firman Allah, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Injil, Surat Efesus 2:8-9).
Demikianlah firman Tuhan mengatakan, setiap usaha yang dilakukan manusia untuk mendapatkan anugerah keselamatan, adalah sia-sia.
~
SO
hamba Allah mengatakan
*
Nabi Muhammad bukanlah pendiri agama Islam, tapi pembawa agama Islam. Islam itu sendiri datang dari Allah, yang jelas-jelas merupakan Rahmat dan berkah bagi umat Muslim yang menganut Islam dan menjadi pengikut Nabi Muhammad.
Karena Islam adalah agama yang paling baik dan penuh dengan keselamatan. Apabila seorang Muslim sudah memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama Islam, maka orang tersebut termasuk golongan orang mukmin, yang pasti mendapat “keberkahan dan keselamatan ” baik di dunia maupun akherat nanti.
staff mengatakan
~
Bila benar Islam adalah agama dari Allah, apa yang terpikirkan oleh Allah saat itu sehingga Dia memutuskan membentu sesuatu yang namanya “agama Islam”. Mengapa ide untuk membentuk sebuah agama tidak terpikirkan oleh Allah sejak zaman nabi-nabi sebelum Muhammad? Apakah Allah begitu tidak konsisten?
Setiap umat tentu mengatakan agamanya paling baik. Namun satu hal yang pasti, manusia tidak hanya membutuhkan agama. Untuk hal akhirat, manusia membutuhkan jaminan kepastian keselamatan. Bukan mudah-mudahan (insyallah masuk sorga).
Benarkah orang yang memeluk Islam pasti mendapat “keberkahan dan keselamatan “baik di dunia maupun akherat nanti? Sayangnya Al-Quran berkata lain, “Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan” (Qs 19:71).
Inilah Jaminan Kepastian Keselamatan yang ditawarkan Isa Al-Masih: http://tinyurl.com/6ntpehg.
~
SO
Manusia Biasa mengatakan
*
Secara langsung/tidak langsung, sengaja/tidak sengaja, sadar/tidak sadar, mengerti/tidak mengerti, seluruh umat Muslim di dunia, difokuskan (kiblat) untuk sujud menyembah minimal 5x sehari ke arah batu hitam dan Ka’bah.
Jesua mengatakan
*
Kadang saya juga tidak mengerti, saya ada baca buku tentang Muhammad dalam terjemahan Arab. Diceritakan ketika Muhammad masih kecil, dia ditidurkan oleh Jibril dan katanya Jibril sambil mengambil hatinya dan mengeluarkan gumpalan darah Muhammad dan berkata, “ini adalah bagian dari setan”
Yang jadi pertanyaan, berarti Muhammad itu adalah manusia yang dipenuhi dengan setan sehingga harus disucikan? Sesdangkan Isa Al-Masih dari kandungan sudah suci dan kelahiran-Nya sudah dinubuatkan.
Yang beragama Islam mohon pencerahan apakah benar ada kisah seperti itu
Dewa mengatakan
*
Kalau tidak ada negara Arab lantas naik haji ke mana?
staff mengatakan
~
Menurut kami, Arab ditentukan sebagai negara tujuan haji bukan semata-mata karena negaranya. Tetapi karena nabi umat Muslim kebetulan berasal dari negara Arab. Bila seandainya Muhammad orang Indonesia, bisa jadi naik haji tempatnya di Indonesia, bukan di Arab.
Namun satu hal yang perlu kita ketahui, ketika kita ingin menemui Allah, kita tidak perlu pergi jauh-jauh hingga ke negara lain. Sebab Allah tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Jadi, dimanapun dan kapanpun kita dapat menemui-Nya dalam setiap ibadah dan doa yang kita naikkan.
~
SO
sandy mengatakan
*
Muhammad mengikuti jejak-jejak nabi sebelumnya yang disebutkan dalam Kitab. Muhammad mengikuti jejak Ibrahim, begitu pula Musa dan nabi-nabi yang lain.
Oleh karenanya kaum Muslim memiliki satu titik Ibadah yang menjadi pusat yaitu Ka’bah (yang dibangun Ibrahim).
Anda mengikuti siapa? Kalau Isa hanya menganjurkan yang penting beriman kepada-Ku, berarti Isa tidak mengikuti jejak nabi sebelumnya.
staff mengatakan
~
Saudara Sandy,
Maaf, kami tidak pernah mengatakan bahwa Muhammad mengikut jejak nabi-nabi sebelumnya. Kami pun tidak pernah membaca dalam Kitab Suci Alkitab yang menjelaskan tentang Muhammad yang akan mengikuti jejak Ibrahim, Musa ataupun nabi-nabi yang lain.
Kitab Suci Alkitab tidak pernah menjelaskan bahwa Ibrahim membangun sebuah Ka’bah yang saat ini menjadi arah kiblat umat Muslim. Bila saudara pernah menemukan penjelasan yang demikian di Alkitab, silakan berbagi informasi tersebut di sini.
Isa Al-Masih tidak pernah mengajarkan harus menghadap arah tertentu ketika beribadah. Karena Allah berada dimanapun. Sehingga, ketika kita ingin beribadah kepada-Nya, kita dapat menghadap kemana saja.
Firman Allah dalam kitab suci mengatakan, “Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Kitab Nabi Besar Yesaya 59:2).
Jadi, yang membuat ibadah kita berkenan di hadapan Allah atau tidak, bukan ditentukan ke arah mana kita berkiblat. Tetapi dosa yang ada dalam diri kitalah yang membuat Allah menyembunyikan diri-Nya.
~
SO
issa mengatakan
*
Dalam Alkitab mereka sendiri, jelas tertulis bahwa shalat itu harus menghadap kiblat, ini ayatnya:
Mazmur 5:8 “Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut akan Engkau.”
Mazmur 138:2 “Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.”
Yehezkiel 44:4. “Lalu dibawanya aku melalui pintu gerbang utara ke depan Bait Suci; aku melihat, sungguh, rumah TUHAN penuh kemuliaan TUHAN, maka aku sujud menyembah.”
staff mengatakan
~
Saudara Issa,
Ketika umat Muslim sholat, mereka harus menghadapat ke kiblat, yaitu Mekkah. Hal ini jelas-jelas diajarkan dalam agama Islam. Bagi mereka yang sholat tidak menghadap ke Mekkah, maka sholatnya tidak sah. Dengan kata lain, wajib hukumnya bagi seorang Muslim menghadap ke Mekkah ketika mereka sholat.
Ketika seorang Muslim sholat, sholat yang dilakukannya harus mengikuti ritual yang sudah ditentukan. Termasuk bagaimana posisi tubuhnya. Kapan dia harus berdiri, kapan harus sujud, duduk, dst. Semua ini sudah ditetapkan dan tidak boleh dilanggar.
Sementara dalam kekristenan, baik dalam Taurat, Injil, maupun perkataan Isa/Yesus, tidak satupun dituliskan bahwa orang Kristen atau pengikut Isa/Yesus sholat harus menghadap ke Mekkah dan harus sujud.
Dan, “Bait Suci” yang disebut pada ayat yang saudara kutip di atas bukanlah Mekkah!
~
SO
Love nabisa mengatakan
*
Alkitab pun sebenarnya menyuruh mereka bersujud, tapi kebanyakan doktrin gerejanya jadi Alkitab kadang dilupakan. Lihat ayat ini
-Matius 26:39 “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
-Markus 14:35 “Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya.”
-Keluaran 34:8 “Segeralah Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah”
Itulah makanya kami Islam sujud waktu solat karena seluruh nabi mengajarkan demikian dan Isa pun mengajarkan sujud ke arah baitmu.
staff mengatakan
~
Saudara Love nabisa,
Yang membedakan orang Kristen dan Islam ketika beribadah adalah “ritual”nya. Ketika umat Muslim sholat, mereka terikat dengan ritual yang sudah ditetapkan. Seperti: Bacaan yang harus dibaca, gerakan tubuh, dan posisi tubuh/arah.
Bagi orang Kristen, hal-hal yang jasmani seperti di atas bukanlah hal yang utama. Ketika beribadah, orang Kristen lebih mengutamakan “hubungan” yang akan mereka bangun bersama Allah. Apa artinya kita mengikuti semua ritual tersebut, bila Allah tidak berkenan terhadap ibadah kita? Bukankah semua akan menjadi sia-sia?
Orang Kristen tidak pernah dilarang untuk sujud ketika berdoa. Tetapi juga tidak pernah diajarkan/diperintahkan. Isa Al-Masih tidak pernah memerintahkan pengikut-Nya supaya sujud ketika beribadah juga harus menghadap ke kiblat tertentu.
Walau demikian, ada juga orang Kristen yang sujud ketika mereka berdoa. Bahkan saya sendiri tidak jarang bersujud ketika berdoa. Tapi ingat, semua itu bukan supaya ibadah saya diterima Allah. Allah tidak melihat bagaimana posisi tubuhmu ketika beribadah, tapi Allah melihat jauh ke dalam hatimu!
~
SO