Munafik atau orang bermuka dua tidak disukai orang beragama! “Sesungguhnya, orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik” (Qs 9:67). Siapa yang mau mendapat julukan “fasik”?
Takutkah Anda munafik? Bagaimana menentukannya? Inilah delapan di antara puluhan ciri-ciri orang munafik yang terdaftar di internet:
- Mempercepat sholat tanpa rasa khusyuk sedikit pun.
- Meninggalkan sholat Jumat
- Memperolok kesucian agama
- Sombong di antara sesama manusia
- Fitna, yaitu menyampaikan keburukan orang lain
- Dusta
- Menipu dalam jual beli
- Menangguh pembayaran hutang
Ceritakanlah kepada kami tentang munafik yang Anda ketahui dan ciri-cirinya.
Zahir dan Batin
Pada waktu membahas ciri-ciri orang munafik pakar Islam menyuruh kita berfokus pada Zahir dan Batin. Dengan mengerti konsep Zahir dan Batin kita dapat menilai setiap amal kita, apakah amalnya orang munafik atau amal orang tulus.
Terlalu sering fokus ketakwaan kita adalah pada yang Zahir dan mengabaikan Batin. Untuk tahu apakah kita betul-betul mempunyai ciri-ciri orang munafik atau tidak, kita harus dapat menilai dua macam ketakwaan: “Ketakwaan Umum” dan “Ketakwaan Murni.”
Ciri-ciri “Ketakwaan Umum” Mukmin dan Nasrani
Biasanya ada tiga sebab agamawan melakukan amal:
- Takut ditangkap atau mungkin mempermalukan diri sendiri. Contoh: Seseorang menghindari berbohong karena takut ketahuan dan akibatnya jadi malu.
- Ingin orang lain memuji, menganggap dia orang sholeh. Contoh: Orang angkuh dan ingin menunjukkan keunggulannya.
- Ingin meraih pahala. Contoh: Beramal karena ingin menambah pahala supaya masuk sorga.
“Ketakwaan Umum” seperti di atas adalah untuk diri sendiri, bukan untuk Allah.
Kita mengenal orang yang sholat atau ke gereja berdasarkan ketakutan. Takut orang lain akan memandang rendah pada mereka bila tidak beribadah. Atau mungkin egoisme menjadi motivasi.
Mereka ingin orang lain melihat dan memuji karena amalnya. Ketakwaannya diwarnai keangkuhan. Email kami tentang pandangan Anda akan tiga alasan di atas mengapa orang melakukan amal.
Apakah “Ketakwaan Murni”?
Apakah satu-satunya motivasi beramal yang berkenan kepada Allah? Menurut Injil, Isa Al-Masih selalu, “. . . melakukan apa yang berkenan kepada Allah, yang menyenangkan hati-Nya” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:29). Satu-satunya motivasi untuk beramal ialah karena mengasihi Allah, ingin menyenangkan Allah!
Jadi kalau beramal untuk menghindari kehinaan, membuktikan diri lebih baik dari orang lain, atau meraih pahala, berarti kita berfokus pada Zahir dan mengabaikan Batin. Dengan kata lain, ketakwaan yang fokusnya semata-mata pada keuntungan diri sendiri, tidak berkenan kepada Allah.
Langkah Pertama Menghindari Ciri-Ciri Orang Munafik
Menerima hati baru dari Allah. Hati yang semata-mata berfokus pada kemuliaan-Nya saja. Isa Al-Masih menawarkan kepada Anda hati baru seperti ini.
Anda dapat minta hati seperti ini dengan doa, “Isa, saya tidak ingin memiliki ciri-ciri orang munafik. Berikanlah saya hati baru supaya saya dapat bertakwa dengan hati murni, hanya bagi-Mu dan menyenangkan-Mu sebagaimana mestinya.”
Dengan hati baru, ketakwaan Anda akan berkenan kepada Allah!
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah Saudara merasa Allah tidak memperhatikan motivasi amal? Jelaskanlah jawaban Saudara.
- Apakah biasanya Saudara mengadakan amal buat diri sendiri atau supaya berkenan kepada Allah? Jelaskanlah!
- Kalau Saudara menilai hati sendiri apakah Saudara melihat ciri-ciri orang munafik dalam cara Saudara beragama? Jelaskanlah penilaian Saudara akan ibadat Saudara.
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Mengapa Orang Beragama Cenderung Berdosa?
- Apakah Amal Islam Mengungguli Amal Agama Lain?
- Dengan Amal, Tidak Dapat Menjadi Benar!
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Pradjanto, SH. MSi mengatakan
Buat Staff IDI: Saya dapat menyetujui ”Ciri-ciri Ketaqwaan Umum Muslim Dan Nasrani” yang Anda sebutkan dalam Point 2 Artikel di atas, namun saya tidak menyetujui Ciri-Ciri yang Anda sebut pada Point 1 dan Point 2. Alasan saya : (1) Allah SWT memang melaknat “Orang-Orang Yang Beribadah Dan Berbuat Baik Karena Ingin Dipuji Orang”. (2) Dalam Islam diperbolehkan untuk ”Taqiyya/White Lie/Bohong Putih” sepanjang itu bisa menyelamatkan kehidupan Orang lain atau diri kita sendiri dari kezaliman Orang lain/Penguasa yang terkait dengan Aqidah Islam diri kita sendiri/Orang tersebut. (3) ”Meraih Pahala Sebanyak-Banyaknya Dan Surga” adalah Perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Sdr. Pradjanto,
Menarik sekali pernyataan saudara dalam Islam diperbolehkan berbohong putih. Yang menjadi pertanyaan, bukankah berbohong itu adalah dosa? Lantas mengapa Allah memperbolehkan umat-Nya untuk melakukan dosa? Mengapa melakukan ketaqwaan supaya mendapatkan pahala atau sorga bukankah ini ketaqwaan yang egois?
~
Juni
ᵝᴵᴬᴺᴳᴷᴬᴸᴬ mengatakan
ILAH DI QURAN = DEWA JANUS yang bermuka dua. Contoh dua pendapat ilah di Quran yang bertolak belakang: 1. pendapatnya yang pertama adalah melarang mengambil orang kafir menjadi wali Ǫs 3:28. 2. pendapatnya ke-dua adalah ngebolehin mengambil orang kafir menjadi wali Ǫs 3:28
Mengapa ilah di Quran rada munafik ngajarin ajaran bermuka dua ciri khas dewa janus yg haq…ʔʔ
Salah satu ciri kemunafikan di atas adalah sombong. Ilah Arab memiliki dua sikap yang saling bertolak belakang, yakni kasih dan sombong: Ǫs 9:117…ilαh αrαb Mαhα Pengαsih. Ilαh αrαb berkαtα: “Kesombongαn αdαlαh selendαngku.” HR.Muslim,4752
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Sdr. Biangkala,
Minta maaf saya menghapus sebagian komentar saudara karena melebihi satu kolom. Terimakasih atas komentarnya semoga saudara-saudara Muslim dapat menanggapi komentar saudara dengan baik.
~
Juni
Hola Holo mengatakan
Munafik menurut saya (untuk semua agama):
1) Mengaku beriman, tapi kelakuan berkuman. 2) Berpakaian serelijius mungkin. Untuk apa? Pamer paling saleh? Berpakaian yang sopan saja sudah cukup. 3) Menganggap bahwa amal kita bisa masukkan dalam sorga. Memangnya bobot amal dari Allah berapa kilo? Tidak ada yang tahu. Ini sebabkan sombong karena merasa amal paling banyak. 4) Memanfaatkan firman Allah untuk kepentingan pribadi: biar terkenal, dapat uang, pembenaran diri, dsb. 5) Yang salah dibenarkan, yang benar disalahkan. Tuhan dan orag lain terus yang disalahkan, diri sendiri tidak mau. 6) Alim hanya dalam tempat ibadah. Di luar, nol. 7) Menganggap diri lebih baik dan benar dari yang lain. 8) Baik karena ada apanya. 9) Agamanya hanya ada di KTP.
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Sdr. Hola,
Apa yang saudara sampaikan di atas memang betul bahwa sering orang beragama entah agama apapun itu berlaku munafik dengan melakukan kegiatan agama bukan untuk menyenangkan hati Allah tetapi atas dasar kepentingan diri sendiri. Itulah sebabnya sebelum melakukan segala sesuatu kita intropeksi diri, apakah yang kita perbuat untuk kepentingan diri kita atau hanya untuk menyenangkan Allah?
~
Juni
ᵝᴵᴬᴺᴳᴷᴬᴸᴬ mengatakan
No problem kang IDI,
Sifat mendua yang bertolak belakang lainnya:
1. Satu sisi beliau berkata rasul dari bangsa malaikat hanya diutus kepada bangsa malaikat doang, dan rasul dari bangsa manusia hanya di utus kepada bangsa manusia.
Ǫs 17:95…seαndαinyα ada mαlαikαt-mαlαikαt di bumi, niscαya Kαmi turunkαn kepada merekα seorαng mαlαikαt menjadi rαsul.
2. Disisi lain: beliau mengutus jibril kepada bangsa manusia (Muhammad dan Maryam), kok bisaʔ Katanya malaikat hanya diutus kepada jenis malaikat, mana yg benarʔ
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Sdr. Biangkala,
Yang menjadi pertanyaannya, mengapa nabi Islam tidak konsisiten dengan apa yang disampaikannya?
~
Juni
hakkullah mengatakan
Menarik sekali pernyataan saudara dalam Islam diperbolehkan berbohong putih..
Respon: Berbohong seperti apa? Kasih contohnya. Segala sesuatu harus ada contohnya. Kalau tidak ada contoh, seenaknya orang berbohong. nanya dong, pak jangan mengambil kesimpulan sendiri. Bohong putih contohnya seperti apa? Anda terlalu sensitif kata bohong, padahal anda pendusta. Coba anda baca komen–komen anda, saya yang menilai, jangan sedikit–sedikit bohong dosa. Anda menyekutukan Allah, dosa besar sama saja anda membohongi Allah. Apakah ini dosa lebih besar? Sudah jelas, Yesus diciptakan Allah. Anda bantah itu dulu sebelum anda masuk kepada pembahasan lain, memang bohong itu dosa, tapi menyekutukan Allah dosa besar.
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Sdr. Hakullah,
Silahkan saudara simak dengan baik komentar Sdr. Pradjanto, beliau yang mengatakan bahwa dosa putih diperbolehkan dalam Islam dan beliau juga sudah memberikan contohnya. Saudara mengakui kalau berbohong itu dosa, lantas mengapa berbohong putih diperbolehkan dalam Islam?
~
Juni
Jesus Park mengatakan
SH. MSi
Apakah saudara setuju jika allah islam mengajarkan kemunafikan? Apakah ada taqiya putih dalam islam? Bagaimana dengan taqiya hitam yang diajarkan allah islam? Apakah saudara tahu taqiya hitam allah islam? Banyak muslim yang munafik menurut nabi islam karena nabi islam pernah bersabda: “Barangsiapa yang meninggal dan ia belum berperang, dan tidak berniat untuk perang, ia mati pada salah satu cabang kemunafikan.” (Sunan an-Nasa’I, 3097)
Hakullah
Apakah jika menggunakan iman imajinasi adalah taqiya putih? Karena banyak muslim mengimani hal yang menurut muslim baik tapi tidak ada dalam ajaran Quran. Seperti muslim klaim Quran melarang zina tapi dalam Quran zina dilegalkan. Bagaimana?
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Sdr. Park,
Menyatakan maupun menunjukkan sesuatu yang bukan apa adanya merupakan salah satu ciri kemunafikan entah itu untuk menyelamatkan diri sendiri ataupun orang lain. Jika memang dalam Islam diperbolehkan untuk berbohong putih berarti Allah sedang mengajarkan kemunafikan bukan?
~
Juni
hakkullah mengatakan
@Admin
Mengapa melakukan ketaqwaan supaya mendapatkan pahala atau sorga bukankah ini ketaqwaan yang egois?
Respon: Makanya nanya dong, jangan suka mengambil kesimpulan sendiri. Bukan egois, biar tambah semangat membantu orang lain. Biar semangat mengajak orang masuk Islam..kenapa harus begitu itu ya pak? Kenapa kita manja sama Tuhan, kalau perlu ngarapin pujian-pujian dari Allah. Begini nih orang suka mengambil kesimpulan sendiri. Kalau tidak mengerti bertanya. Kalau kita tidak bisa jawab, jangan suka memaksa, tapi kamu pikirin saja sendiri, kenapa ya ummat Islam tidak mau jawab? Kalau kita kan mainnya logika, menggunakan akal sehat.
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Sdr. Hakullah,
Bertanya apalagi Sdr. Hakullah, bukankah komentar Sdr. Pradjanto sudah jelas menjelaskan tentang dosa putih yang diperbolehkan dalam agama Islam dan beliau pun sudah memberikan contohnya, mungkin saudara yang harus lebih fokus dalam menyimak komentar-komentar sebelumnya supaya tidak asal menuduh.
Sdr mengatakan bukan egois ketika melakukan ketaqwaan untuk mendapatkan pahala dan sorga, yang menjadi pertanyaannya, apakah saudara tetap semangat membantu orang lain seandainya saudara tidak dijanjikan pahala?
~
Juni
Pradjanto, SH. MSi mengatakan
Buat Sdr. Juni: Bohong Karena Adanya Bahaya Yang Mengancam Diri Kita/Orang Lain, Apalagi Bila Bahaya Itu Muncul Karena Adanya Perbedaan Aqidah” malahan merupakan hal yang dianjurkan/diperintahkan oleh Agama Islam. Apakah nyawa Anda/saya/Orang lain akan dibiarkan melayang hanya karena persoalan perbedaan Aqidah dengan Aqidah Penguasa yang jahat dan bersifat sewenang-wenang? Apa kita tidak boleh berbohong dan berpura-pura seiman dengan Penguasa jahat itu?
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Sdr. Pradjanto,
Untuk menyelamatkan nyawa sendiri akhirnya berbohong dengan berpura-pura seiman dengan penguasa jahat hal ini merupakan salah satu kompromi dan kemunafikan. Firman Allah berkata: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Injil, Rasul Besar Matius 5:37).
Berbohong putih berasal dari si jahat karena tidak menyatakan apa adanya suatu kebenaran, bagaimana menurut saudara?
~
Juni
Karimmania mengatakan
Buat sdr yang Islam.
Beranikah sdr konsisten dan transparan dalam menyikapi hal yang benar?
1.Apakah Berbohong diajarkan oleh Allah bangsa Arab?
2.Sedangkan dalam Injil tidak diperbolehkan bohong.
Menurut sdr Islam, mana yang layak firman Allah.
Al-Quran atau Alkitab.
Saya mau jawaban yang simple dari sdr Islam. Bukan jawaban yang mutar-mutar.
Terimah kasih
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Sdr. Karimmania,
Benar sekali di dalam Injil tidak diperbolehkan berbohong, entah itu bohong putih atau bohong hitam sekalipun hal itu untuk menyelamatkan nyawa kita, itulah sebabnya banyak para nabi dan rasul mati martir karena tidak mau berbohong tentang imannya. Semoga pertanyaan saudara ditanggapi oleh saudara-saudara Muslim.
~
Juni
Pradjanto, SH. MSi mengatakan
Buat Sdr Noni: (1) ”Berpura-Pura Seiman” untuk melindungi diri dari “Kezaliman Seorang Penguasa” tidaklah sama dengan ”Berkompromi”. ”Kompromi” akan berujung pada ”Perubahan Aqidah”. ”Berpura-Pura” adalah ”Tetap Berpegang Pada Aqidah Yang Sebenarnya”. (2) ”Kemunafikan” juga berbeda dengan ”Berpura-Pura Seiman”, karena dalam ”Kemunafikan” itu telah hilang ”Aqidah Yang Sebenarnya” dari dalam diri kita. (3) ”Berpura-Pura Seiman” ini telah terbukti sebagai ”Strategi” yang sangat jitu dalam masa pertumbuhan Agama Islam dahulu, dimana Kaum Muslimin di Kota Mekkah tetap dapat mempertahankan eksistensinya di tengah Masyarakat Pagan/Musyrikin Kota Mekkah.
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Sdr. Pradjanto,
Berpura-pura berarti menunjukkan sesuatu yang bukan diri kita sendiri alias munafik. Didalam kepura-puraan mesti ada kompromi, misalnya: Sdr pura-pura seagama dengan penguasa yang zalim, ketika penguasa tersebut meminta saudara menyembah yang dia sembah kemudian saudara ikut-ikutan untuk menyelamatkan nyawa saudara berarti saudara telah kompromi bukan? Apakah selama ini saudara sering melakukan bohong putih dalam kehidupan saudara dan saudara merasa nyaman dengan hal itu?
Apakah saudara setuju bahwa berbohong berasal dari si jahat (Injil, Rasul Besar Matius 5:37)?
~
Juni