• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
Isa Dan Islam
  • Awal
  • Maksud Situs Ini
    • Tentang Kami
    • Isa dan Al-Fatihah
    • Daftar Artikel
  • Jalan Keselamatan
  • Tanya / Jawab
  • Artikel
  • Alkitab
  • Hubungi Kami
  • Al-Fatihah
Isa Dan Islam > Pertanyaan / Jawaban > Etika Islam dan Nasrani > Ketakwaan > Apakah Saya Mempunyai Ciri-Ciri Orang Munafik?

Apakah Saya Mempunyai Ciri-Ciri Orang Munafik?

15 Juli 2019 oleh Web Administrator 92 Komentar

seorang-pria-dibalik-topeng-ciri-ciri-orang-munafikMunafik atau orang bermuka dua tidak disukai orang beragama! “Sesungguhnya, orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik” (Qs 9:67). Siapa yang mau mendapat julukan “fasik”?

Takutkah Anda munafik? Bagaimana menentukannya? Inilah delapan di antara puluhan ciri-ciri orang munafik yang terdaftar di internet:

  1. Mempercepat sholat tanpa rasa khusyuk sedikit pun.
  2. Meninggalkan sholat Jumat
  3. Memperolok kesucian agama
  4. Sombong di antara sesama manusia
  5. Fitna, yaitu menyampaikan keburukan orang lain
  6. Dusta
  7. Menipu dalam jual beli
  8. Menangguh pembayaran hutang

Ceritakanlah kepada kami tentang munafik yang Anda ketahui dan ciri-cirinya.

ciri-ciri-rangka-tengkorak-kepala-orangZahir dan Batin 

Pada waktu membahas ciri-ciri orang munafik pakar Islam menyuruh kita berfokus pada Zahir dan Batin. Dengan mengerti konsep Zahir dan Batin kita dapat menilai setiap amal kita, apakah amalnya orang munafik atau amal orang tulus.

Terlalu sering fokus ketakwaan kita adalah pada yang Zahir dan mengabaikan Batin.  Untuk tahu apakah kita betul-betul mempunyai ciri-ciri orang munafik atau tidak, kita harus dapat menilai dua macam ketakwaan: “Ketakwaan Umum” dan “Ketakwaan Murni.”  

Ciri-ciri “Ketakwaan Umum” Mukmin dan Nasrani

Biasanya ada tiga sebab agamawan melakukan amal:

  1. Takut ditangkap atau mungkin mempermalukan diri sendiri. Contoh: Seseorang menghindari berbohong karena takut ketahuan dan akibatnya jadi malu.
  2. Ingin orang lain memuji, menganggap dia orang sholeh. Contoh: Orang angkuh dan ingin menunjukkan keunggulannya.
  3. Ingin meraih pahala. Contoh: Beramal karena ingin menambah pahala supaya masuk sorga.

“Ketakwaan Umum” seperti di atas adalah untuk diri sendiri, bukan untuk Allah.

Kita mengenal orang yang sholat atau ke gereja berdasarkan ketakutan. Takut orang lain akan memandang rendah pada mereka bila tidak beribadah. Atau mungkin egoisme menjadi motivasi.

Mereka ingin orang lain melihat dan memuji karena amalnya. Ketakwaannya diwarnai keangkuhan. Email kami tentang pandangan Anda akan tiga alasan di atas mengapa orang melakukan amal.

seorang-pria-membaca-bukuApakah “Ketakwaan Murni”?

Apakah satu-satunya motivasi beramal yang berkenan kepada Allah? Menurut Injil, Isa Al-Masih selalu, “. . . melakukan apa yang berkenan kepada Allah, yang menyenangkan hati-Nya” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:29). Satu-satunya motivasi untuk beramal ialah karena mengasihi Allah, ingin menyenangkan Allah!

Jadi kalau beramal untuk menghindari kehinaan, membuktikan diri lebih baik dari orang lain, atau meraih pahala, berarti kita berfokus pada Zahir dan mengabaikan Batin. Dengan kata lain, ketakwaan yang fokusnya semata-mata pada keuntungan diri sendiri, tidak berkenan kepada Allah.

orang-sedang-memperlihatkan-benda-merah-bentuk-hati-ditangannyaLangkah Pertama Menghindari Ciri-Ciri Orang Munafik

Menerima hati baru dari Allah. Hati yang semata-mata berfokus pada kemuliaan-Nya saja. Isa Al-Masih menawarkan kepada Anda hati baru seperti ini.

Anda dapat minta hati seperti ini dengan doa, “Isa, saya tidak ingin memiliki ciri-ciri orang munafik. Berikanlah saya hati baru supaya saya dapat bertakwa dengan hati murni, hanya bagi-Mu dan menyenangkan-Mu sebagaimana mestinya.”

Dengan hati baru, ketakwaan Anda akan berkenan kepada Allah!

[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]

 


Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca

Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:

  1. Apakah Saudara merasa Allah tidak memperhatikan motivasi amal? Jelaskanlah jawaban Saudara.
  2. Apakah biasanya Saudara mengadakan amal buat diri sendiri atau supaya berkenan kepada Allah? Jelaskanlah!
  3. Kalau Saudara menilai hati sendiri apakah Saudara melihat ciri-ciri orang munafik dalam cara Saudara beragama? Jelaskanlah penilaian Saudara akan ibadat Saudara.

Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.

Artikel Terkait

Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:

  1. Mengapa Orang Beragama Cenderung Berdosa?
  2. Apakah Amal Islam Mengungguli Amal Agama Lain?
  3. Dengan Amal, Tidak Dapat Menjadi Benar!

Video:

  1. Dapatkah Amal Menghapus Dosa?
  2. Berapa Banyak Pahala Diperlukan Mukmin Guna Menghapus Dosa?

Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”

 

Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS/WA ke: 0812-8100-0718

 

Bagikan Artikel Ini:

Facebook Twitter WhatsApp Email SMS

Ditempatkan di bawah: Etika Islam dan Nasrani, Ketakwaan

Reader Interactions

Comments

  1. Pradjanto, SH. MSi mengatakan

    15 Juli 2019 pada 1:49 pm

    Buat Staff IDI: Saya dapat menyetujui ”Ciri-ciri Ketaqwaan Umum Muslim Dan Nasrani” yang Anda sebutkan dalam Point 2 Artikel di atas, namun saya tidak menyetujui Ciri-Ciri yang Anda sebut pada Point 1 dan Point 2. Alasan saya : (1) Allah SWT memang melaknat “Orang-Orang Yang Beribadah Dan Berbuat Baik Karena Ingin Dipuji Orang”. (2) Dalam Islam diperbolehkan untuk ”Taqiyya/White Lie/Bohong Putih” sepanjang itu bisa menyelamatkan kehidupan Orang lain atau diri kita sendiri dari kezaliman Orang lain/Penguasa yang terkait dengan Aqidah Islam diri kita sendiri/Orang tersebut. (3) ”Meraih Pahala Sebanyak-Banyaknya Dan Surga” adalah Perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.

    Balas
    • Staff Isa dan Islam mengatakan

      22 Juli 2019 pada 5:39 pm

      ~

      Sdr. Pradjanto,

      Menarik sekali pernyataan saudara dalam Islam diperbolehkan berbohong putih. Yang menjadi pertanyaan, bukankah berbohong itu adalah dosa? Lantas mengapa Allah memperbolehkan umat-Nya untuk melakukan dosa? Mengapa melakukan ketaqwaan supaya mendapatkan pahala atau sorga bukankah ini ketaqwaan yang egois?

      ~

      Juni

  2. ᵝᴵᴬᴺᴳᴷᴬᴸᴬ mengatakan

    16 Juli 2019 pada 7:08 pm

    ILAH DI QURAN = DEWA JANUS yang bermuka dua. Contoh dua pendapat ilah di Quran yang bertolak belakang: 1. pendapatnya yang pertama adalah melarang mengambil orang kafir menjadi wali Ǫs 3:28. 2. pendapatnya ke-dua adalah ngebolehin mengambil orang kafir menjadi wali Ǫs 3:28

    Mengapa ilah di Quran rada munafik ngajarin ajaran bermuka dua ciri khas dewa janus yg haq…ʔʔ
    Salah satu ciri kemunafikan di atas adalah sombong. Ilah Arab memiliki dua sikap yang saling bertolak belakang, yakni kasih dan sombong: Ǫs 9:117…ilαh αrαb Mαhα Pengαsih. Ilαh αrαb berkαtα: “Kesombongαn αdαlαh selendαngku.” HR.Muslim,4752

    Balas
    • Staff Isa dan Islam mengatakan

      22 Juli 2019 pada 5:48 pm

      ~

      Sdr. Biangkala,

      Minta maaf saya menghapus sebagian komentar saudara karena melebihi satu kolom. Terimakasih atas komentarnya semoga saudara-saudara Muslim dapat menanggapi komentar saudara dengan baik.

      ~

      Juni

  3. Hola Holo mengatakan

    22 Juli 2019 pada 12:22 pm

    Munafik menurut saya (untuk semua agama):
    1) Mengaku beriman, tapi kelakuan berkuman. 2) Berpakaian serelijius mungkin. Untuk apa? Pamer paling saleh? Berpakaian yang sopan saja sudah cukup. 3) Menganggap bahwa amal kita bisa masukkan dalam sorga. Memangnya bobot amal dari Allah berapa kilo? Tidak ada yang tahu. Ini sebabkan sombong karena merasa amal paling banyak. 4) Memanfaatkan firman Allah untuk kepentingan pribadi: biar terkenal, dapat uang, pembenaran diri, dsb. 5) Yang salah dibenarkan, yang benar disalahkan. Tuhan dan orag lain terus yang disalahkan, diri sendiri tidak mau. 6) Alim hanya dalam tempat ibadah. Di luar, nol. 7) Menganggap diri lebih baik dan benar dari yang lain. 8) Baik karena ada apanya. 9) Agamanya hanya ada di KTP.

    Balas
    • Staff Isa dan Islam mengatakan

      22 Juli 2019 pada 6:00 pm

      ~

      Sdr. Hola,

      Apa yang saudara sampaikan di atas memang betul bahwa sering orang beragama entah agama apapun itu berlaku munafik dengan melakukan kegiatan agama bukan untuk menyenangkan hati Allah tetapi atas dasar kepentingan diri sendiri. Itulah sebabnya sebelum melakukan segala sesuatu kita intropeksi diri, apakah yang kita perbuat untuk kepentingan diri kita atau hanya untuk menyenangkan Allah?

      ~

      Juni

  4. ᵝᴵᴬᴺᴳᴷᴬᴸᴬ mengatakan

    22 Juli 2019 pada 9:27 pm

    No problem kang IDI,
    Sifat mendua yang bertolak belakang lainnya:
    1. Satu sisi beliau berkata rasul dari bangsa malaikat hanya diutus kepada bangsa malaikat doang, dan rasul dari bangsa manusia hanya di utus kepada bangsa manusia.

    Ǫs 17:95…seαndαinyα ada mαlαikαt-mαlαikαt di bumi, niscαya Kαmi turunkαn kepada merekα seorαng mαlαikαt menjadi rαsul.

    2. Disisi lain: beliau mengutus jibril kepada bangsa manusia (Muhammad dan Maryam), kok bisaʔ Katanya malaikat hanya diutus kepada jenis malaikat, mana yg benarʔ

    Balas
    • Staff Isa dan Islam mengatakan

      23 Juli 2019 pada 7:19 pm

      ~

      Sdr. Biangkala,

      Yang menjadi pertanyaannya, mengapa nabi Islam tidak konsisiten dengan apa yang disampaikannya?

      ~

      Juni

  5. hakkullah mengatakan

    23 Juli 2019 pada 12:50 am

    Menarik sekali pernyataan saudara dalam Islam diperbolehkan berbohong putih..
    Respon: Berbohong seperti apa? Kasih contohnya. Segala sesuatu harus ada contohnya. Kalau tidak ada contoh, seenaknya orang berbohong. nanya dong, pak jangan mengambil kesimpulan sendiri. Bohong putih contohnya seperti apa? Anda terlalu sensitif kata bohong, padahal anda pendusta. Coba anda baca komen–komen anda, saya yang menilai, jangan sedikit–sedikit bohong dosa. Anda menyekutukan Allah, dosa besar sama saja anda membohongi Allah. Apakah ini dosa lebih besar? Sudah jelas, Yesus diciptakan Allah. Anda bantah itu dulu sebelum anda masuk kepada pembahasan lain, memang bohong itu dosa, tapi menyekutukan Allah dosa besar.

    Balas
    • Staff Isa dan Islam mengatakan

      23 Juli 2019 pada 7:25 pm

      ~

      Sdr. Hakullah,

      Silahkan saudara simak dengan baik komentar Sdr. Pradjanto, beliau yang mengatakan bahwa dosa putih diperbolehkan dalam Islam dan beliau juga sudah memberikan contohnya. Saudara mengakui kalau berbohong itu dosa, lantas mengapa berbohong putih diperbolehkan dalam Islam?

      ~

      Juni

  6. Jesus Park mengatakan

    23 Juli 2019 pada 10:24 pm

    SH. MSi
    Apakah saudara setuju jika allah islam mengajarkan kemunafikan? Apakah ada taqiya putih dalam islam? Bagaimana dengan taqiya hitam yang diajarkan allah islam? Apakah saudara tahu taqiya hitam allah islam? Banyak muslim yang munafik menurut nabi islam karena nabi islam pernah bersabda: “Barangsiapa yang meninggal dan ia belum berperang, dan tidak berniat untuk perang, ia mati pada salah satu cabang kemunafikan.” (Sunan an-Nasa’I, 3097)
    Hakullah
    Apakah jika menggunakan iman imajinasi adalah taqiya putih? Karena banyak muslim mengimani hal yang menurut muslim baik tapi tidak ada dalam ajaran Quran. Seperti muslim klaim Quran melarang zina tapi dalam Quran zina dilegalkan. Bagaimana?

    Balas
    • Staff Isa dan Islam mengatakan

      25 Juli 2019 pada 6:23 pm

      ~

      Sdr. Park,

      Menyatakan maupun menunjukkan sesuatu yang bukan apa adanya merupakan salah satu ciri kemunafikan entah itu untuk menyelamatkan diri sendiri ataupun orang lain. Jika memang dalam Islam diperbolehkan untuk berbohong putih berarti Allah sedang mengajarkan kemunafikan bukan?

      ~

      Juni

  7. hakkullah mengatakan

    24 Juli 2019 pada 10:32 am

    @Admin
    Mengapa melakukan ketaqwaan supaya mendapatkan pahala atau sorga bukankah ini ketaqwaan yang egois?

    Respon: Makanya nanya dong, jangan suka mengambil kesimpulan sendiri. Bukan egois, biar tambah semangat membantu orang lain. Biar semangat mengajak orang masuk Islam..kenapa harus begitu itu ya pak? Kenapa kita manja sama Tuhan, kalau perlu ngarapin pujian-pujian dari Allah. Begini nih orang suka mengambil kesimpulan sendiri. Kalau tidak mengerti bertanya. Kalau kita tidak bisa jawab, jangan suka memaksa, tapi kamu pikirin saja sendiri, kenapa ya ummat Islam tidak mau jawab? Kalau kita kan mainnya logika, menggunakan akal sehat.

    Balas
    • Staff Isa dan Islam mengatakan

      25 Juli 2019 pada 6:35 pm

      ~

      Sdr. Hakullah,

      Bertanya apalagi Sdr. Hakullah, bukankah komentar Sdr. Pradjanto sudah jelas menjelaskan tentang dosa putih yang diperbolehkan dalam agama Islam dan beliau pun sudah memberikan contohnya, mungkin saudara yang harus lebih fokus dalam menyimak komentar-komentar sebelumnya supaya tidak asal menuduh.

      Sdr mengatakan bukan egois ketika melakukan ketaqwaan untuk mendapatkan pahala dan sorga, yang menjadi pertanyaannya, apakah saudara tetap semangat membantu orang lain seandainya saudara tidak dijanjikan pahala?

      ~

      Juni

  8. Pradjanto, SH. MSi mengatakan

    24 Juli 2019 pada 1:20 pm

    Buat Sdr. Juni: Bohong Karena Adanya Bahaya Yang Mengancam Diri Kita/Orang Lain, Apalagi Bila Bahaya Itu Muncul Karena Adanya Perbedaan Aqidah” malahan merupakan hal yang dianjurkan/diperintahkan oleh Agama Islam. Apakah nyawa Anda/saya/Orang lain akan dibiarkan melayang hanya karena persoalan perbedaan Aqidah dengan Aqidah Penguasa yang jahat dan bersifat sewenang-wenang? Apa kita tidak boleh berbohong dan berpura-pura seiman dengan Penguasa jahat itu?

    Balas
    • Staff Isa dan Islam mengatakan

      24 Juli 2019 pada 10:37 pm

      ~

      Sdr. Pradjanto,

      Untuk menyelamatkan nyawa sendiri akhirnya berbohong dengan berpura-pura seiman dengan penguasa jahat hal ini merupakan salah satu kompromi dan kemunafikan. Firman Allah berkata: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Injil, Rasul Besar Matius 5:37).

      Berbohong putih berasal dari si jahat karena tidak menyatakan apa adanya suatu kebenaran, bagaimana menurut saudara?

      ~

      Juni

  9. Karimmania mengatakan

    25 Juli 2019 pada 7:27 am

    Buat sdr yang Islam.
    Beranikah sdr konsisten dan transparan dalam menyikapi hal yang benar?

    1.Apakah Berbohong diajarkan oleh Allah bangsa Arab?
    2.Sedangkan dalam Injil tidak diperbolehkan bohong.

    Menurut sdr Islam, mana yang layak firman Allah.
    Al-Quran atau Alkitab.
    Saya mau jawaban yang simple dari sdr Islam. Bukan jawaban yang mutar-mutar.
    Terimah kasih

    Balas
    • Staff Isa dan Islam mengatakan

      25 Juli 2019 pada 6:53 pm

      ~

      Sdr. Karimmania,

      Benar sekali di dalam Injil tidak diperbolehkan berbohong, entah itu bohong putih atau bohong hitam sekalipun hal itu untuk menyelamatkan nyawa kita, itulah sebabnya banyak para nabi dan rasul mati martir karena tidak mau berbohong tentang imannya. Semoga pertanyaan saudara ditanggapi oleh saudara-saudara Muslim.

      ~

      Juni

  10. Pradjanto, SH. MSi mengatakan

    25 Juli 2019 pada 2:12 pm

    Buat Sdr Noni: (1) ”Berpura-Pura Seiman” untuk melindungi diri dari “Kezaliman Seorang Penguasa” tidaklah sama dengan ”Berkompromi”. ”Kompromi” akan berujung pada ”Perubahan Aqidah”. ”Berpura-Pura” adalah ”Tetap Berpegang Pada Aqidah Yang Sebenarnya”. (2) ”Kemunafikan” juga berbeda dengan ”Berpura-Pura Seiman”, karena dalam ”Kemunafikan” itu telah hilang ”Aqidah Yang Sebenarnya” dari dalam diri kita. (3) ”Berpura-Pura Seiman” ini telah terbukti sebagai ”Strategi” yang sangat jitu dalam masa pertumbuhan Agama Islam dahulu, dimana Kaum Muslimin di Kota Mekkah tetap dapat mempertahankan eksistensinya di tengah Masyarakat Pagan/Musyrikin Kota Mekkah.

    Balas
    • Staff Isa dan Islam mengatakan

      25 Juli 2019 pada 7:03 pm

      ~

      Sdr. Pradjanto,

      Berpura-pura berarti menunjukkan sesuatu yang bukan diri kita sendiri alias munafik. Didalam kepura-puraan mesti ada kompromi, misalnya: Sdr pura-pura seagama dengan penguasa yang zalim, ketika penguasa tersebut meminta saudara menyembah yang dia sembah kemudian saudara ikut-ikutan untuk menyelamatkan nyawa saudara berarti saudara telah kompromi bukan? Apakah selama ini saudara sering melakukan bohong putih dalam kehidupan saudara dan saudara merasa nyaman dengan hal itu?

      Apakah saudara setuju bahwa berbohong berasal dari si jahat (Injil, Rasul Besar Matius 5:37)?

      ~

      Juni

Baca komentar lainnya:

1 2 3 … 5 »

PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR

Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!

Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected]

Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.

Wassalam,
Staf, Isa dan Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 huruf tersedia

Sidebar Utama

Artikel Terbaru

  • Keaslian Kitab, Naskah-Naskah Kuno Al-Quran dan Alkitab
  • Bukti Utama Allah Mencintai Mukmin Miskin
  • Muhasabah Islam dalam Terang 3 Pertanyaan Isa Al-Masih
  • Mengapa Kelahiran Isa Malam Teristimewa Bagi Muslim dan Nasrani?
  • Apakah Kelahiran Isa Malam Teristimewa bagi Muslim dan Nasrani?

Artikel Terpopuler Bulan Ini

  • Isa Tidak Pernah Katakan, “Akulah Allah!”
  • Cara Allah Memberi Hidayah dan Cara Muslim Mendapatkannya
  • Mengapa Kelahiran Isa Malam Teristimewa Bagi Muslim dan Nasrani?
  • Apakah Menikah Siri Islam Sesuai dengan Kitab Allah?
  • Sudahkah Anda, Sebagai Mukmin, Mendapat Ketenangan Hati Sejati?

Artikel Yang Terhubung

  • Islam Dan Kristen Bertanya "Apakah Allah Mencintai Saya?"
  • Bagaimana Jika Saya Makan Makanan Haram?
  • Apakah Allah Membenci Berzinah atau Makan Babi?
  • Apakah Dampak Pernikahan Hubungan Suami Istri Tidak…
  • Apakah Arti Kata ‘Assalamualaikum’ Menghibur Umat Islam?

Footer

Aplikasi Isa Dan Islam

Aplikasi Isa dan Islam merupakan aplikasi smartphone yang dapat Anda download GRATIS!

App Isadanislam

Renungan Berkala Isa dan Al-Fatihah

Apabila Anda ingin menerima renungan singkat setiap minggu, silakan menekan tombol di bawah ini

Renungan Berkala Isa Dan Al-Fatihah

Social Media

Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
Hak Cipta © 2009 - 2021 Dialog Agama Isa dan Islam. | Kebijakan Privasi |
Kebijakan Dalam Membalas Email
| Hubungi Kami