Pak Broto adalah petani miskin dan sederhana yang tinggal di desa Air Sungai di sebuah kerajaan kecil yang bernama Bukit Abad. Ia merasa sangat diberkati Allah karena mempunyai isteri dan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan yang sehat. Anak sulungnya masih berumur 10 tahun. Karena kemiskinan, Pak Broto tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya. Namun keluarganya rukun dan semua bekerjasama untuk mencari nafkah.
Lahan yang Kecil
Pak Broto terpaksa bekerja di kebun orang kaya karena lahan yang dia miliki sangat kecil, 8 meter kali 10 meter. Demikianlah setiap pagi ia bangun, mandi, sarapan seadanya, lalu mengambil cangkulnya dan berangkat bekerja. Gaji yang dia terima hanya cukup untuk membeli beras bagi keluarganya dalam satu hari. Namun Pak Broto selalu mempunyai sikap positif dan tidak bersunggut-sunggut akan nasibnya. Ia senang karena cukup sehat sehingga dapat bekerja dan mencari nafkah bagi keluarganya.
Pada musim hujan Pak Broto biasanya pergi ke kota kecil, kurang-lebih 12 kilometer dari rumahnya. Di sana ia bekerja sebagai kuli, memikul karung beras dan barang-barang lain pada punggungnya untuk pemilik toko-toko guna memenuhi kebutuhan keluarganya.
Lahan kecil didekat rumahnya digunakan sebagai kebun keluarga. Karena rumah mereka terletak di pegunungan, mereka dapat menanam tomat, kentang, wortel dan sayuran lainya. Pak Broto selalu menyiangi dan menanami kebunnya. Karena ia bekerja setiap hari maka yang memelihara kebunnya adalah isteri dan anak-anaknya. Hasil kebun tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka dan juga ada yang dijual ke pasar jika hasil panen cukup bagus.
Wortel yang Besar dan Bagus
Pada suatu hari, pak Broto terkesima melihat sebuah wortel yang tumbuh besar dan luar biasa di kebunnya. Ia belum pernah melihat wortel yang begitu besar dan sangat bagus. Menurutnya itu adalah wortel terbesar yang pernah tumbuh di kebun di daerahnya. Ia memanggil para tetangganya dan mereka juga heran melihat wortel itu.
Mimpi dan Hadiah Untuk Raja
Disaat orang-orang masih membicarakan wortel yang luar biasa itu, pada satu malam pak Broto bermimpi. Dalam mimpinya ia melihat banyak orang memberi hadiah bagus kepada Raja Bukit Abad dan dia sedih karena tidak mempunyai apa-apa yang dapat diberikan kepada Sang Raja.
Pagi harinya setelah dia bangun, dia memikirkan kembali mimpinya, dia merasa bahwa “Raja Bukit Abad sungguh baik” tapi sayang, dia tidak dapat memberi hadiah apapun pada Sang Raja sebagai tanda terima kasih dan penghargaan dia, walaupun itu hanya dalam mimpinya saja. Tetapi kemudian dia teringat dengan wortel yang besar dan luar biasa itu. Lalu dia mengutarakan niatnya kepada istrinya, kemudian mereka sepakat untuk menghadiahkan wortel kesayangan mereka itu kepada Sang Raja.
Wortel Untuk Raja
Tiga hari kemudian Pak Broto mengambil wortel itu dari kebunnya, membersihkannya dengan baik dan memasukkannya ke dalam karung. Lalu dia mandi dan menggunakan pakaiannya yang terbaik, pakaian yang selalu dia gunakan jika mengikuti pesta pernikahan. Ia pun akhirnya berangkat ke istana Raja yang terletak 15 kilometer dari rumahnya.
Jam 11 siang dia tiba di istana. Kelihatan ada puluhan orang di depan istana. Di depannya Sang Raja berbicara dengan dua anak muda. Pak Broto maju terus dan memberanikan diri untuk mendekati Raja. Seorang Panglima, Bapak Joko, yang sedang melayani Raja berusaha menghalangi Pak Broto. Tetapi Sang Raja melihat Pak Broto dan mengijinkan dia berbicara.
Dengan gemetar Pak Broto berkata: “Baginda Raja yang hamba hormati, hamba adalah petani sederhana yang tinggal di desa Air Sungai. Hamba sangat menghargai Baginda karena kebaikan Baginda terhadap rakyat di Kerajaan Bukit Abad. Beberapa hari yang lalu hamba bermimpi tentang memberi tanda terima kasih kepada Baginda. Sayangnya, hamba orang miskin dan tidak mempunyai apa-apa yang berharga. Tetapi kebun hamba yang sangat kecil menghasilkan wortel yang luar biasa. Semua tetangga mengakui bahwa mereka belum pernah melihat wortel yang begitu bagus. Akhirnya hamba berpikir, karena wortel ini merupakan harta hamba yang paling berharga, hamba akan mempersembahkannya kepada Baginda Raja. Demikianlah hari ini hamba membawa wortel itu dalam kantong ini dan hamba ingin menghadiahkannya kepada Baginda.
Orang-orang yang mendengar pidato singkat Pak Broto tertawa geli. Tetapi Baginda Raja mendengar dengan serius dan terharu. Akhirnya ia berterima kasih atas kebaikan Pak Broto dan menerima wortel dari tangannya.
Kemudian Raja bertanya kepada Pak Broto berapa ukuran kebunnya. “delapan meter kali sepuluh meter,” jawab Pak Broto. “Begini Pak Broto,” kata Raja, “Saya ingin memberikan kepada Pak Broto satu hektar tanah.” Pak Broto terkejut dan gemetar. Dia menangis karena terharu lalu berlutut dan berterima kasih pada Sang Raja. Kemudian Raja menyuruh pembantunya untuk mengurus surat kepemilikan tanah untuk Pak Broto secepatnya. Kemudian dengan rasa hormat dan sopan dia minta diri lalu pulang ke rumahnya.
Rencana dan Hadiah Pak Joko
Pak Joko, Panglima yang melayani Raja Bukit Abad, menyaksikan kejadian ini dengan heran. Bagaimana mungkin Raja mau memberi satu hektar tanah kepada petani hanya karena petani tersebut menghadiahkan wortel kepada Raja?
Pak Joko adalah orang yang sangat kaya dan mempunyai 30 kuda. Bertahun-tahun dia membeli dan menjual kuda sehingga kuda-kuda yang dimilikinya mempunyai kwalitas yang sangat bagus. Lalu dia berpikir, “Jika Pak Broto saja diberi satu hektar tanah karena menghadiahkan wortel kepada Sang Raja, apa yang akan terjadi jika saya menghadiahkan kuda saya yang terbaik kepada Raja?“
Keesokan harinya Pak Joko membawa kudanya yang terbaik ke istana dan memberikannya kepada Raja. Kemudian dia berpidato persis seperti yang disampaikan oleh Pak Broto. Raja mendengarkan dan berterima kasih kepada Pak Joko. Lalu Raja meminta pembantunya mengambil kuda tersebut dan memasukkannya ke dalam kandang dengan kuda-kuda yang lain. Setelah itu Raja meninggalkan Pak Joko.
Pak Joko Kecewa dengan Sikap Raja
Pak Joko terkejut dengan tindakan Raja. Dia heran, “Mengapa Baginda Raja tidak memberi apapun kepada saya sedangkan saya telah memberi kuda terbaik”. Sementara itu Sang Raja sudah tahu apa yang dipikirkan oleh Pak Joko. Ia berpaling dan berkata, “Pak Joko, kemarin Pak Broto memberi wortel terbaiknya kepada saya. Sedangkan hari ini Pak Joko memberi kuda bukan untuk saya tapi untuk diri pak Joko sendiri.”
Pembaca yang terhormat, apa arti perkataan Sang Raja itu? Pak Broto memberikan sesuatu yang sangat berharga kepada Raja tanpa mengharapkan apa-apa. Ia memberi karena dorongan kasih. Berbeda dengan Pak Joko. Pak Joko memberi dengan motivasi supaya menerima imbalan dari Raja, sesuatu yang lebih berharga dari kuda yang dia berikan. Karena Pak Joko memberi dengan harapan mendapat balasan dari Raja, itu artinya Pak Joko memberi kepada dirinya sendiri.
Apa Aplikasi Untuk Kita?
Apakah aplikasi untuk kita dari cerita diatas? Setiap kali kita sembahyang, sholat, memberi sedekah, naik haji dan lain-lain dengan tujuan menambah amal supaya kita dapat masuk sorga, itu artinya kita berbuat amal untuk diri sendiri dan bukan untuk Allah. Kita sholat untuk diri sendiri, bukan untuk Allah. Kita tidak memberi sedekah untuk Allah. Tapi semua itu kita lakukan untuk kepentingan diri sendiri. Kita seperti Pak Joko, memberi dengan harapan menerima sesuatu dari Allah.
Yang Sudah Selamat Sholat Karena Kasih
Seseorang yang menerima keselamatan yang diberikan oleh Isa Al-Masih, tidak lagi sholat untuk diri sendiri ataupun beramal dengan tujuan menerima apapun. Semua amal, sholat yang dijalankan merupakan tanda kasih, tanda terima kasih kepada Allah. Orang yang sudah diselamatkan, yang sudah menjadi anak Allah beramal karena kasih saja. Tidak ada motivasi lain.
Orang ini adalah seperti Pak Broto, memberi yang terbaik karena kasih.
Semoga para Pembaca akan menerima keselamatan yang disediakan Isa Al-Masih. Dan akhirnya saudara akan terdorong bahwa sholat untuk diri sendiri bukan menjadi alasan memperoleh sesuatu dari Allah, melainkan karena kasih kepada Allah. Tanpa terlebih dahulu menerima keselamatan Al-Masih, setiap amal kita adalah sia-sia belaka.
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Perhatikan Kaitannya “Wortel Untuk Raja dan Sholat Untuk Diri Sendiri””, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke: 0812-8100-0718
{jcomments on}
Timotius luhut mengatakan
*
Cerita yang bagus untuk menyadarkan kita semua tentang apa motivasi kita dalam memberi.
Pada dasarnya segala sesuatu yang kita punyai adalah berkat dari Tuhan. Dan kalaupun kita dapat memberikan dari apa yang kita punyai kepada Tuhan, itu adalah suatu keharusan sebagai ucapan terimakasih kita kepada-Nya. Bukan berarti dengan memberi kepada Tuhan, kita sudah berjasa.
staff mengatakan
~
Intisari dari cerpen ini adalah bila setiap kali kita beramal dengan tujuan meraih sorga atau berjasa, berarti kita beramal untuk diri sendiri. Ini jelas bukan amal di hadapan Allah.
Sebaliknya Allah hanya akan menerima setiap aktivitas rohani kita, yaitu doa, sedekah, baptisan, sholat, dan yang lainnya, kalau itu dilakukan sebagai tanda terima kasih kepada Allah.
Dengan demikian, jika seseorang belum menerima anugerah keselamatan yang diberikan oleh Isa Al-Masih, maka semua amalnya tidak bermanfaat. Seseorang yang sudah menerima hadiah keselamatan pasti terdorong beramal, tetapi dorongan tersebut semata-mata hanya karena ia mengasihi Allah, bukan untuk menerima sesuatu dari Allah.
radiuskusuma mengatakan
*
Sangat bagus cerpen ini. Pada dasarnya cinta kasih itu adalah sumber segala doa.
Sebenarnya Tuhan tidak minta apa-apa dari umat-Nya. Yang diminta Tuhan adalah kita menjalankan Firman-Nya.
Staff Isa dan Islam mengatakan
~
Kami berterima kasih atas masukan Saudara Radius. Prinsip dasar cerpen ini adalah sangat penting. Apabila kita bersholat atau beramal dengan tujuan mendapat sesuatu dari Allah, maka kita sebetulnya melakukan itu bukan untuk Allah, tetapi untuk diri kita sendiri.
Ini tidak berarti salah untuk berdoa dengan tujuan mendapat pimpinan dari Allah atau supaya Tuhan memberkati keluarga kita. Tetapi kalau kita beramal dengan tujuan mendapat sesuatu dari Allah, amal kita ditolak. Dorongan utama beramal yang diterima Allah ialah beramal dengan kasih dari hati yang murni.
bambangmaulana mengatakan
*
Cerita ini bisa menyadarkan orang yang mau memperkaya dirinya sendiri, dan untuk kita agar jangan memiliki sifat serakah. Sebagai umat, kita harus melakukan segala perbuatan dengan ikhlas, tanpa mengharapkan apapun. Dan Allah akan memberikan berkah kepada kita.
staff mengatakan
~
Memang kita perlu melakukan semua perbuatan dengan ikhlas tanpa mengharapkan apapun. Intisari cerpen ini adalah ketidak-berhasilan amal sebagai strategi untuk meraih keselamatan kekal jiwa. Pada umumnya, orang beramal dengan pikiran bahwa Allah akan membalas amalnya dengan memberikan izin masuk sorga. Amal seperti ini dijalankan bukan untuk Allah, tetapi untuk diri sendiri.
Amal seperti itu sama sekali tidak diharapkan Allah. Kita diwajibkan untuk beramal, tetapi bukan untuk meraih sorga. Kita beramal sebagai tanda syukur, yaitu karena Allah terlebih dahulu telah mengasihi kita. Kita tidak berusaha memastikan “hidup yang kekal.” Kita sudah mempunyai jaminan hidup yang kekal. Kita beramal dan melayani Allah semata-mata karena kasih.
Jika Saudara ingin mendapat kepastian “hidup yang kekal”, kunjungilah isadanislam.org/jalan-keselamatan, dan membaca dengan teliti keterangan mengenai keselamatan.
sariman mengatakan
*
Apakah masih ada harta kita yang berharga di mata Allah, selain hati yang bersih?
Jadi persembahkanlah hatimu kepada Allah, supaya Allah mempergunakannya untuk karya keselamatan-Nya.
staff mengatakan
~
Saudara Sariman, kiranya ayat-ayat berikut ini diperhatikan: “Demikian kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor.” (Kitab Nabi, Yesaya 64:6). “…di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik.” (Injil, Surat Roma 7:18).
Apakah yang Allah harapkan dari kita? “Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” (Kitab Mazmur 34:19).
Berikut adalah ayat tentang keselamatan: “Karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu.” (Injil, Surat Efesus 2:8-9)
Kita diselamatkan semata-mata dengan percaya bahwa Kristus Yesus mati tersalib ganti kita. (Injil, Surat I Petrus 2:24, 3:18). Tidak satu karya pun dari diri kita yang diperlukan.
Kiranya Saudara boleh mempelajari dan merenungkan [url]https://www.isadanislam.org/jalan-keselamatan[/url]. Ikutilah petunjuk-petunjuknya, dan Saudara akan dapat menerima hidup yang kekal.
Achmad Nurul mengatakan
*
Segala sesuatu hanya butuh penempatan. Hal itu tidak sesuai dengan ayat-ayat Al-Quran, Surat Al-hadid ayat 21 “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” Masih banyak surat-surat lain yang senada.
Hanya Allah, tempat kita memohon dan bukan kepada yang lain. Dan jika kita katakan bahwa kita tidak membutuhkan pahala, itu menandakan kita manusia yang sombong. Kepada kita dijanjikan pahala, tetapi malah ditolak.
staff mengatakan
~
Sdr. Achmad Nurul menjelaskan perbedaan dasar antara berita Injil yang dibawa Kalimat Allah ke dunia, dengan agama yang dibawa Nabi Saudara.
Menurut semua agama di dunia, termasuk agama Saudara, kita harus berlomba-lomba melakukan perbuatan baik dan amal. Tujuannya agar kita mendapatkan pahala dan pengampunan dari Allah. Namun ternyata tidak seorangpun yang dapat hidup tenang dan damai, karena selalu belum yakin bahwa ia telah berhasil dalam perlombaan. Begitu pula tidak ada jaminan bahwa ia telah diampuni.
Kalimat Allah berjanji kepada mereka yang menerima Dia sebagai Juruselamat: “Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya.“ (Injil, Rasul Yohanes 10:28).
Dengan demikian, pengikut Isa Al-Masih tidak lagi hidup dalam ketakutan, bahwa mereka mungkin akan tidak diberi keselamatan. Apabila mereka menerima Kalimat Allah sebagai Juruselamat, maka mereka pasti sudah selamat.
Selidikilah [url]www.isadanislam.org/jalan-keselamatan[/url] untuk melihat cara menerima keselamatan sorgawi dan menjadi “Pasti Selamat.”
ramdanih mengatakan
*
Kasihan.
staff mengatakan
~
Sudah jelas, bahwa jika motivasi beramal adalah semata karena ‘kasih’ saja, maka hati kita lebih murni dan lebih berkenan kepada Allah.
Jikalau kita beramal dengan tujuan menerima sesuatu dari Allah, amal yang kita jalankan adalah buat diri kita sendiri.
Orang yang menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat beramal sebagai tanda syukur karena Allah telah menganugerahkan keselamatan bagi mereka.
staff mengatakan
~
Pedoman wajib untuk memasukkan comment-comment:
(1) Tidak boleh memakai lebih dari satu kotak.
(2) Pertanyaan / masukan harus berhubungan erat dengan uraian diatas.
(3) Sebaiknya satu atau dua pertanyaan dimasukan dalam satu comment.
(4) Masukan harus selalu sopan dan jangan agresif.
(5) Masukan tidak boleh memuat banyak bahasa lain, misalnya Bahasa Arab.
(6) Masukan harus dalam Bahasa Indonesia yang lazim dimengerti semua orang.
(7) Jangan memakai singkatan-singkatan, misalnya yg, dlm, sdh, tdk, dlsbgnya.
(8) Huruf besar tidak boleh dipakai untuk menekankan sesuatu.
Kami mempersilahkan Saudara mengemail [email protected] untuk pertanyaan / comment yang majemuk. Kami senang menjawabnya.
Kiranya petunjuk-petunjuk diatas akan kita perhatikan.
Wassalam,
Jason Gilead
Staff, Isa dan Islam
syamsul mengatakan
*
Sayangnya, hingga hari ini belum ada satupun orang yang diselamatkan Yesus.
Mengapa? Karena untuk menyelamatkan diri dari tiang salib saja Dia tidak mampu. Sampai-sampai Dia berteriak memanggil Allah: “Eli Eli Lama Sabakhtani.”
staff mengatakan
~
Sdr Syamsul, pernyataan Saudara tidak tepat.
Seorang penjahat yang bersama-sama disalib dengan Isa Al-Masih mendapat jaminan masuk sorga. Isa Al-Masih berkata kepadanya: “Aku berkata kepada kamu, hari ini kamu akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Di atas kayu salib, Isa Al-Masih mengalami penderitaan dan kesakitan. Ia mengutip perkataan seperti yang tercatat dalam Zabur 22:2 “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.”
Doa ini sering diucapkan tatkala umat Allah mengalami penderitaan. Isa Al-Masih memberi contoh agar manusia menggantungkan segala persoalan hidup hanya kepada Allah saja.
“Eli, Eli, lama sabakhtani.” merupakan seruan kepahitan yang dialami Isa Al-Masih. Saat itu seolah-olah Ia harus terpisah dari Allah Bapa, akibat segala kenajisan dosa manusia yang sedang ditanggung oleh-Nya. Keadaan seperti keterpisahan itulah, yang teramat menyakitkan hati-Nya.
~
SL
Guest mengatakan
*
Allah mengasihi umat-Nya, oleh karena itu Allah ingin kita bersama-sama dengan Dia. Namun bagaimana manusia yang kerapkali berbuat dosa dapat bersama dengan Allah yang suci? Hal inilah yang membuat semua orang resah, menyadari bahwa dia tidak dapat menyucikan dirinya sendiri.
Allah tahu setiap keresahan manusia bahwa tidak ada manusia yang mampu selamat dengan usahanya, karena itu mengutamakan amal ibadah untuk memperoleh keselamatan adalah kekeliruan. Melainkan dengan percaya kepada Isa Al-Masih kita dapat disucikan, bukan kita yang menyucikan diri kita tetapi Allah melalui Isa Al-Masih.
Karena itu baiklah seluruh manusia mengatakan Allah itu baik, sungguh teramat baik.
Wassalam.
staff mengatakan
~
Terimakasih saudara Satra untuk komentar yang saudara berikan.
Kita juga harus ingat, bahwa keselamatan adalah anugerah dari Allah, bukan hasil usaha manusia.
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Injil, Surat Efesus 2:8-9).
~
SO
purwa mengatakan
*
Saudara staff, ijinkan saya memberikan sedikit tanggapan pada kisah di atas. Saya berpendapat bahwa Raja tersebut tidak mencerminkan sebagai Raja yang baik. Bukankah seharusnya Rajalah atau pemimpinlah yang memberikan hadiah kepada rakyatnya? Mengapa justru sebaliknya, rakyat yang justru memberi hadiah dan peduli pada Raja-nya?
staff mengatakan
~
Saudara Purwa,
Kami sangat senang dengan pendapat saudara, karena setiap orang bebas memberikan pendapat.
Saudara Purwa, ketika seseorang telah menerima perlindungan, keselamatan, dan kemakmuran dari seorang Raja, apakah salah jika ia memberikan ucapan terimakasih bagi Raja itu?
Intisari dari cerpen ini adalah bila setiap kali kita beramal dengan tujuan meraih sorga atau berjasa, berarti kita beramal untuk diri sendiri. Ini jelas bukan amal di hadapan Allah.
Sebaliknya Allah hanya akan menerima setiap aktivitas rohani kita, yaitu doa, sedekah, baptisan, sholat, dan yang lainnya, kalau itu melakukannya sebagai tanda terima kasih pada Allah.
Seseorang yang sudah menerima hadiah keselamatan pasti terdorong beramal, tetapi dorongan tersebut semata-mata hanya karena ia mengasihi Allah, bukan untuk menerima sesuatu dari Allah. Karena Allah lebih dahulu mengasihi.
~
DA
mahadewa mengatakan
*
Orang Kristen mengangap keselamatan adalah anugrah dari Tuhanya dan bukan hasil usaha sendiri. Seperti contoh, Yesus yang sudah berbuat banyak kebaikan selama hidup-Nya namun sayang tidak mendapat anugrah keselamatan hingga Ia mati nista di tiang salib.
staff mengatakan
~
Saudara Mahadewa,
Bila memang keselamatan bukan anugerah dari Tuhan, menurut saudara apakah manusia mampu mengusahakan sendiri keselamatannya?
Pertanyaan sederhananya, apakah saudara Mahadewa merasa sudah pasti masuk sorga hanya dengan melakukan amal ibadah saja?
Firman Allah dalam kitab suci berkata, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” (Kitab Nabi Yeremia 17:5).
Jelas keselamatan adalah anugerah dari Allah dalam Isa Al-Masih. Kematian Isa Al-Masih yang menurut saudara Mahadewa nista, bukanlah kematian yang sia-sia karena Dia tidak mendapat anugerah dari Allah. Justru dengan kematian-Nya itulah Allah memberi anugerah kepada manusia. Sebab Isa Al-Masih telah wafat untuk menebus dosa manusia.
“Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Injil, Kisah Para Rasul 4:12).
Saudara Mahadewa, bila saudara belum mempunyai jaminan keselamatan, artikel pda url ini dapat membantu saudara. Silakan klik di sini: http://tinyurl.com/cy279xv.
~
SO